Selasa, 12 Juni 2007

Arsip Bakkara

[Lampiran 19]


Repeat : Pada tahun 1884, Pendeta Pilgram menyelamatkan setumpukan kertas-kertas tulisan tangan, Tulisan Batak, Bahasa Batak, yang merupakan Arsip dari Singamangaradja XI. Selanjutnya disebutkan “Arsip Bakkara”. Lewat Collection Joustra jatuh kedalam Collection Poortman di Voorburg Holland.

Arsip Bakkara terdiri atas kertas ukuran foolscap. Dari watermark kelihatan : Bikinan Italia. Import lewat Atjeh. Ditulisi loose leaf, kemudian dijilid. Masing-masing jilid 5 centimeter tebalnya. Totalnya 23 jilid dan satu setengah meter tebalnya !! Setiap jilid diperkuat dengan cotton serta kulit kerbau. Sangat kuat. Pulpit dimensions. Ink yang digunakan adalah Tinta Tiongkok, yang tahan lama dan tahan air. Pena yang digunakan bukanlah pena runcing, akan tetapi sangat mungkin adalah Kalam dari Pohon Aren.
Jilid 1 sampai dengan jilid 10 merupakan sesuatu “Book Of Kings” seperti : “Pararaton”, seperti : “Sejarah Banten”, seperti : “Sejarah Malayu”, seperti : “The Biblical Book Of Kings, dll. semacam itu.
Jilid 11 sampai dengan jilid 23 merupakan annals (buku-buku tahunan) perihal Pemerintahan Singamangaradja XI di Bakkara Toba. Seperti : Annals dari Kaisar Tiongkok, seperti “Daghreghister VOC”. Setiap hari ditulisi. Tidak dijilid sekali setahun, akan tetapi : Dijilid kalau sudah 5 centimeter tebalnya. Karena itu, Arsip Bakkara kelihatannya sangat rapi, seperti Encyclopedia, setiap jilid kira-kira sama tebalnya.

Tidak diketahui entah siapa Authors dan Redactors dari Arsip Bakkara, di bawah pimpinan Singamangaradja XI. Quality dari mereka itu, tidak kalah kepada Prapanca ataupun kepada Tun Sri Lanang.
Jilid 1 sampai dengan jilid 3 adalah perihal pemerintahan dari Pagan Priest Kings Sori Mangaradja Dynasty selama 90 generations di Siandjur Sagala Limbong Mulana, dikaki Gunung Pusuk Buhit.
Jilid 1 mulai dengan “Ta Pa Da Na Da Na A A Sa Na” (Putri Tapi Donda Nauasa, Ibu Suri dari Suku Bangsa Batak. Diturunkan dari Banua Gindjang oleh Debata Muladjadi Nabolon.
Jilid 2 Mulai dengan mengecam orang-orang Batak Simalungun, yang melepaskan diri dari Sori Mangaradja Dynasty, dan mendirikan Keradjaan Nagur. Menyusul pula demikian orang-orang Batak Karo, yang mendirikan Keradjaan Haru Wampu. Sebaliknya sangat penting ditunjuk, bahwa orang-orang Mandailing, Angkola, dan Sipirok, tetap setia kepada Sori Mangaradja Dynasty di Siandjur Sagala Limbong Mulana
Jilid 3 tutup dengan sesuatu ceritera Black and White Magic, yang malahan lebih seru daripada ceritera perihal Mozes di dalam Bible, dimana tongkat berubah menjadi Ular. Yakni cerita classic Aerial Combat sebagai berikut. Radja Sori Mangaradja XC menerbangkan Losung (rice block). Chief Witch Doctor dari Marga Simanulang menerbangkan Andula (rice stamper), yang tinggi di Udara menerjang Flying Losung itu, jatuh ke tanah. Radja dari Marga Sinambela menerbangkan pedang, yang tinggi di Udara memotong putus Andalu itu. Cerita Aerial Combat dengan Magic Powers itu perlu, karena : Sori Mangaradja Dynasty yang bernama Marga Sagala, digulingkan oleh orang-orang Marga Simanulang (Manullang). Kemudian Chief Witch Doctor Pagan Priest King dari Marga Manullang digulingkan pula oleh Chief Witch Doctor dari Marga Sinambela, yang selaku Singamangaradja I Pagan Priest King, mendirikan Singamangaradja Dynasty.

Repeat : Conform dengan Demak Dynasty yang digulingkan oleh Djoko Tingkir Adiwidjojo Self Made Sultan Pandjang. Kemudian Djoko Tingkir Adiwidjojo disunglap pula oleh Penembahan Senopati, yang mendiri Mataram Dynasty. L’Histoire se repete. C’est toujours Ia memechose.

Jilid 4 sampai dengan jilid 7 mengenai pemerintahan dari 9 orang Pagan Priest Kings dari Singamangaradja Dynasty di Bakkara Toba. Sangat annoying membacanya !! Itu saja berkali-kali diulangi-ulangi. Terutama perihal Calamities Natural Forces seperti : Pecah Langit, Gempa Bumi dlsb., setiap kali lahir seorang calon Singamangaradja. Akan tetapi very interesting, bahwa katanya : Pada semua para Singamangaradja yang naik takta, ohne Ausnahme ada Pigmentation Mole di atas lidahnya. (Repeat : Terkecuali cuma Singamangaradja XI). Very interesting pula bahwa : Seorang Usurper calon Singamangaradja VI jatuh sambil mencabut Keris Pusaka Gadjah Dompak, yang menembus jantungnya.

Sultan Alaudin Mahammad Sjah Sultan Atjeh mengadakan Perjanjian Offensive Defensive, dengan Singamangaradja IX. Seorang Sultan yang ber-Agama Islam, mengadakan Hubungan Diplomacy dengan seorang Pagan Priest King. Singamangaradja IX melepaskan Pelabuhan Singkil serta Daerah Uti Kiri definitive untuk Atjeh, akan tetapi : Mendapat kembali bekas Pelabuhan Pansur serta Daerah Uti Kanan dengan ibukotanya Lipatkadjang,. Pelabuhan Barus merupakan Neutral Zone, dan tidak lagi dipertengkarkan. Simalungun diakui oleh Atjeh merupakan Sphere Of Interest dari Singamangaradja Government, akan tetapi : Karo merupakan Sphere Of Interest dari Atjeh.

Oleh Singamangaradja IX exiled ke Uti, his helf-brother Prince Gindoporang Sinambela. Tidak disebutkan, apa sebabnya. Sama sekali tidak disebutkan di dalam Arsip Bakkara, perihal Princess Gana Sinambela. Catatan : perihal Ibu dan Ayah dari Tuanku Rao, dapat diketahui dari Family Papers orang-orang Muslimin Marga Sinambela di Singkil. Guru-guru Agama Islam di Singkil, yang intermarried dengan dito dari Marga Pohan di Barus).

Jilid 7 tutup dengan tragic story The Iron Fisted Singamangaradja IX mencoba sepucuk bedil hadiah Sultan Atjeh. Dia menembak mati satu gajah akan tetapi : Dia hancur lebur di-injak-injak oleh gajah-gajah yang lain

Jilid 8 seluruhnya perihal Singamangaradja X serta perihal “Pidari”. Sangat tegang membacanya, karena ditulis oleh eyewitnesses. Sayang sekali, bahwa : Perihal Tuanku Lelo The Big Scoundrel sama sekali disebutkan, yang dijadikan Momok hanyalah :”Ta A Nga KA Ra A (Tuanku Rao). Katanya, Tuanku Rao dengan sesuatu cadeau memancing his Uncle Singamangaradja X datang dari Bakkara ke Butar. Disitu Tuanku Rao alias Si Pongkinangolngolan katanya membalas dendam, dan menyerang Singamangaradja X dari Bekajang. Yang benar dari cerita itu, hanyalah bahwa : Tuanku Rao tidak pernah kembali ke Bakkara. That’s all.

Jilid 9 mulai dengan “Mythos Si Pongkinangolngolan” = Mythos Kepala Terbang Toba Edition, in originalia. Tidak banyak berubah, masih tetap hingga ini hari ia circulation di dalam cerita lisan di Toba, sebagimana pula sebelum PD I dituliskan oleh Guru Arsenius Lumbantobing untuk Sutan Martua Radja.
Jilid 9 serta jilid 10 rupa-rupanya ditulis dibawah pengawasan Datu Amantagor Manullang. Sangat banyak disitu puji-pujian atas jasa dari Datu Amantogar Manullang, selama his One Man Regency di Bakkara. Akan tetapi : Jilid 10 tutup dengan pemberitahuan bahwa : Datu Amantagor Manullang mati dibunuh oleh “Orang yang tidak dikenal” di dataran tinggi Tele. Very suspect, bahwa : Jenazah dari Datu Amantagor Manullang tidak jadi masuk Magalithic Knuckle House di Bakkara, akan tetapi : Separoh jalan dipendam di Kampung Paranginan Humbang.

Di dalam jilid 10 disebutkan pula perihal orang-orang kulit putih (di dalam Bahasa Batak : “Si Bontar Mata”) yang memasuki Silindung, akan tetapi tidak lewat Bukit Sigompulon. Agama yang mereka bawa, katanya ditolak oleh orang-orang Batak. Tidak disebutkan kenapa.
Jilid 11 mulai dengan penobatan Singamangaradja XI di dalam usia hanyalah 10 tahun, akan tetapi sudah sangat bijaksana.

Jilid 11 sampai dengan jilid 23 yang terakhir, itulah yang very minutely merupakan Annals dari Pemerintahan Ompu Sohahuaon = Singamangaradja XI The Great. Kalimat-kalimatnya sangat exactly to the point. Sedikit pun tidak ada dongengan omong kosong. Segala-galanya tetap berikut Angka-angka Tahunan di dalam Tarich Ompu Sohahuaon = Tarich Singamangaradja XI. Sistem “Tarich Tahun Pemerintahan” dari seorang Radja, kini masih berlangsung di Djepang dimana Tarich Sjoowa adalah “Tarich Pemerintahan Kaisar Hirohito”. Sama pula dengan Sistim Rumawi umpamanya di dalam buku : “The Twelve Caesars” karangan Sueonius, dimana malahan ada 12 Tarich-tarich. Satu Tarich untuk setiap Kaisar Rumawi. Sedikit sulit, jika Para Tuan-tuan Kaisar sedang asyik main racun dan di dalam dua tahun ada sampai 4 kaisar.

Tahun 1 di dalam Tarich Singamangaradja XI sama dengan tahun 1830 di dalam Tarich Masehi. Ditetapkan oleh Resident Poortman via Tarich Hidjrah. Yakni : Dia membandingkan kejadian yang tersebut di dalam Arsip Bakkara berikut Angka-angka Tahunan Tarich Singamangaradja XI, dengan kejadian yang sama yang tersebut pula di dalam buku-buku Hikayat Perang Atjeh berikut Angka-angka Tahunan di dalam Tarich Hidjrah. Pandai Resident Poortman.

Jilid 23 tutup dengan tahun ke 37 dari Pemerintahan Singamangaradja XI, sama dengan tahun 1866 M.
Singamangaradja XI menyesuaikan permulaan tahun dengan permulaan dari “Tingki Ni Pangkuron” (musim memacul sawah. Artinya : Disesuaikan dengan permulaan dari Musim hujan, yang di Tanah Batak adalah Medio November. Untuk tanda diambil timbulnya “Bintang Na Pintu” (Orion Constellation) yang di tunggu-tunggu while observing lengkapnya “Bintang Hala”= Scorpio Constellation.

Permulaan Bulan penting gampang dihitung mulai naiknya bulan. Sehingga : Tula (malam terang Bulan Penuh), selamanya jatuh pada tanggal 15 sama seperti pada Tarich Hidjrah.
10 bulan yang pertama, tidak diberi nama akan tetapi quiet simple diberi nomor. Menjadi “Bulan Sapaha Sada” sampai dengan “Bulan Sapaha Sappulu”. Conform seperti “Ichi Gatsu” sampai dengan “Dju Gatsu” di dalam Tarich Djepang. Bulan Sebelas ada namanya, yakni : “Bulan Hala”=Scorpio Month. Bulan Duabelas pun ada namanya, yakni : “Bulan Hurung”=Bulan Tutup Tahun.

Batak Star Gazers mengetahui bahwa : Tarich Bulan dan Tarich Bintang berbeda 11 hari setiap tahun. Akibatnya : Permulaan dari Bulan Sapaha Sada yang begitu penting untuk mulai memacul sawah-sawah turut pula tergesar 11 hari dari timbulnya Bintang Na Pitu. Don’t worry !! Singamangaradja XI The Great sanggup mengatasi situation.

Sama saja seperti Paus Gregorius The Great, juga Singamangaradja XI The Great pun mengadakan Leap Years. That’s it !! yakni : Singamangaradja memerintahkan adanya satu extra month satu kali setiap 3 tahun. Menjadi “Bulan Nabadia” (Holy Month) berupa “Bulan Tigabelas”, diselipkan antara Bulan Hurung serta Bulan Sapaha Sada. Ausgeglichen !! Menjadi tepat lagi permulaan yahun dengan timbulnya Bintang Na Pitu, tepat lagi dengan permulaan musim hujan tepat lagi dengan permulaan musim memacul sawah.

Sebaliknya di Pulau Djawa semula begitu pula di waktu masih sepenuhnya dipakai Tarich Adji Saka berupa Tarich Bintang. Akan tetapi Sultan Agung Sutan Mataram, mengacau-balaukan Tarich Djawa dengan Tarich Bulan=Tanggal 1 Muharram, sama sekali tidak ada lagi correlation dengan permulaan musim hujan. Sedangkan untuk orang-orang Djawa permulaan musim memacul sawah sebenarnya lebih penting lagi daripada untuk orang-orang Batak. Dahulu sebelum ada Irrigation bikinan Belanda.

Jilid 11 dan jilid 12 sangat rusak. Rupa-rupanya terlalu lama ketinggalan di dalam rumah yang terbakar dan ditimpa hujan di Bakkara, sebelum rescued oleh Pendeta Pilgram. Karena itu, tidak diketahui pendapat dari Singamangaradja Government perihal pembunuhan atas Pendeta Lyman serta Pendeta Munson oleh Radja Panggulamai di Lobupining.

Jilid 13 sampai dengan jilid 16 mengenai Periode Pembangunan Ibukota Bakkara serta Daerah Toba, di dalam periode 1835 – 1846. Dibandingkan kepada situation sebelum “Ringki Ni Pidari” 1818 – 1820, penduduk sudah berkurang separuh, akan tetapi : taraf kemakmuran malahan sudah lebih dari double. Hewan-hewan diperternakkan kembali dengan stock dari Pulau Samosir. Tanah-tanah pertanian yang dirusak oleh “Pidari” dengan parit-parit pertahanan, dioleh kembali. Tanah pertanian yang tinggal kosong karena orang-orang Marga Lubis serta orang-orang Marga Siregar Toba sudah decimated, jatuh kepada mereka punya “Boru”= their sons-in-law, yakni : Orang-orang Sihubil Branch serta orang-orang Somanimbil Branch dari Sibagot Ni Pohan Clan Group. Bekas kampung “Huta Na Pang” dimana Radja Mandangar Lubis begitu gagah perkasa bertahan terhadap Cavalry Tuanku Lelo, menjadi kampung “Sianipar” yang sekarang ini. Kampung-kampung yang permulaan abad ke-XX kelihatan begitu rapih bulat dikelilingi bambu duri di Toba, semuanya didirikan di dalam periode 1835 – 1846 itu. Fakta itu digunakan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama “kampung vorming”=”happung bornging” di dalam Bahasa Batak, untuk menentukan kedudukan para Kepala Negeri.

Di dalam jilid 14 disebutkan pula bahwa : Singamangaradja XI di dalam usia 24 tahun pergi ke Atjeh, untuk mengikuti pendidikan Militair di Indrapuri selama 2 tahun, bersama Prince Ali Muhammad Sjah Tengku Mahkota Kesultanan Atjeh. Pertama kali pula disebutkan nama dari Teku Nangta Sati (Ayah dari Tjut Nja Din dan Mertua dari Teku Umar), yang ikut ke Bakkara bersama Singamangaradja XI selaku Chief Atjeh Military Mission yang pertama, selama Singamangaradja XI ada di Luar Negeri. Pemerintah di Bakkara dipegang oleh Panglima Panibal Simorangkir, Putra dari Panglima Djomba Simorangkir yang hingga nafas yang penghabisan begitu setia mendampingi Singamangaradja X.

Di dalam jilid 16 dicatat bahwa : Lahir Prince Parobatu, Putra dari Singamangaradja XI, di dalam Tahun ke-16 dari Pemerintahan Ompu Sohahuaob 1845. Singamangaradja XI hanyalah satu orang Putranya. Prince Parobatu adalah the future Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia, hidup : 1845 – 1907, memerintah : 1867 – 1907.

Di dalam jilid 17 disebutkan : “Si Djunghun” serta “Si Pandortuk”, yakni : Dr. Junghuln serta Dr. van der Tuuk, yang datang mengunjungi Singamangaradja XI. Akibatnya : Dari Singamangaradja XI ada photo yang dibikin pada tahun 1847, sedangkan dari Singamangaradja XII sama sekali tidah ada photo. Duduknya sebagai berikut :
Dr. Junghuhn adalah Botanist (ahli tumbuh-Tumbuhan), sama sekali bukan Pendeta ataupun Ahli Bahasa (Philologist, seperti lazim di sangka oleh Orang-orang Toba dan Silindung. Dia pada tahun 1846 pergi ke Humbang untuk Survey Pananaman Kina. Ledger seorang Australia, berhasil mencuri Bibit Kina dari America Selatan. Oleh Ledger, Bibit Kina itu dijual kepada Pemerintah Hindia Belanda karena : Di Kepulauan Indonesia memang banyak penyakit malaria.
Dari Ledger diperoleh Information, bahwa : Dia mencuri Bibit Kina itu dari Peru Bolivia, daerah yang dekat ke Aequator, 1.200 meter tingginya diatas niveau laut, dan disitu continue ada angin keras. Di Australia di tepi laut, Ledger tentulah tidak success mau menjadi kaya raya dengan merebut Kina Monopoly. Untungnya bahwa Bibit Kina curian itu di Austrakia tidak mati walaupun hanyalah vegetating.
Daerah seperti disebutkan oleh Ledger di Indonesia ada dua. Yakni : Yang paling mirip adalah Daerah Humbang di Tanah Batak Utara, serta runner-up adalah Daerah Pengalengan di Djawa Barat. Perihal daerah Humbang, pihak Belanda sedikit-sedikit sudah mengerti dari pihak Inggris, yakni : Dari report oleh Holloway serta Miller yang pada tahun 1772 disitu mengadakan Survey Kemenjan. Pimpinan Kebun Raya di Bogor, mengutus Herr Doctor Junghuhn pergi fact finding Kina Survey ke Humbang di Tanah Batak Utara, yang orang Belanda sendiri satu pun tidak ada yang berani mendekati. Takut cannibals yang katanya sudah mulai di Lobupining. Orang Batak Makan Orang. Siapa berani mendekat.
Herr Doctor Junghuhn masih muda remaja, baru tammat di Unversitas Leipzig Djerman, berani saja auf Abenteuer !! Tanpa satu butirpun tahu Bahasa Batak, Junghuhn dari Teluk Siboga memasuki Tanah Batak Utara. Dia punya Suara Tenor. Junghuhn segera mengikuti menyanyi-nyanyikan lagu Batak “Si Tara Tullo”, walaupun dia tidak mengerti lyrics dari lagu-lagu yang merdu itu !! Junghuhn selaku Mahasiswa di Djerman, adalah Champion Bier Contest. Junghuhn membanting semua orang Batak di dalam Tuwak Contest, mulai dari Siboga Djulu. Der Meister Singer Herr Doctor Junghuhn sudah banyak repertoire lagu-lagu Batak, pada waktu dia 3 hari kemudiaan memasuki kampung Lobupining, dimana Pendeta Lyman serta Pendeta Munson 23 tahun sebelumnya, ermordet und aufgegessen. After some community singing di Lobupining, Herr Doctor Junghuhn menentang The Formidable Radja Panggulamai, to come out di dalam Tuwak Contest !! seterusnya, Junghuhn di Tanah Batak Utara mendapat escorte dari Radja Panggulamai. Memang jagoan itu orang Djerman !!

Herr Doctor Junghuhn punya hobby photography. Masih dengan alat-potret dibikin dari kayu dan sebesar peti sabun, films belum invented. Junghuhn menggunakan Glass Collodium Negatives, yang harus dia bikin sendiri di tempat, karena : Harus dipakai di dalam waktu setengah jam setelah selesai dibikin. Junghuhn memasuki Tanah Batak Utara sampai 1.400 metra di atas niveau laut, dengan membawa his big wooden photography apparatus, serta legio botol-botol untuk membikin Glass Collodium Negatives untuk mana perlu aneka warna Chemicals. Betul-betul Djerman punya macam.

Di Butar, Junghuhn ketemu dengan Singamangaradja XI yang kebetulan sekali tournee disitu. After some community singing pula, Junghuhn di-tracter oleh Singamangaradja XI dengan berbecue roastedpig. Setelah kenyang makan berbecued pig serta minum Tuwak. Junghuhn mendudukkan Singamangaradja XI selama 2 jam dijemur dipanas matahari. What for ?? To take his picture. Dengan wooden photographic apparatus, as big as a soap box. Grundlich Deutsch, oleh Herr Doctor Junghuhn atas glass negative itu dicoret dengan jarum : Der Konig der Batta’s”. Negative itu di antara ratusan, hampir satu abad kemudian diketemukan oleh Resident Poortman di dalam cellar dari perpustakaan Universitas Leipzig. Di atas meja tulis dari Resident Poortman di Voorburg Holland pada tahun 1937, ada photo dari Singamangaradja XI. Ein Unicum.

Si Pandortuk adalah Tamu Agung orang kulit putih yang satu-satunya pernah menginap di Bakkara Toba. Dr. van der tuuk menyampaikan kirim salam kepada Singamangaradja XI dari his 7 years older brother Prince Lambung Sinambela di Rontjitan Sipirok. That’s how.

Di dalam jilid 21 disebutkan kunjungan dari Singamangaradja XI pada tahun 1865, kepada Pendeta Nommensen di Huta Damai. Untuk menagih cukai, berupa Njonjah Kulit Putih. Memang Hak Radja !!

Di dalam jilid 23 disebutkan bahwa : Di dalam Tahun Pemerintahan Yang ke-36 dari Ompu Sohahuaon (Singamangaradja XI), di Tanah Batak Utara mengamuk lagi Begu Atturk (Plague Epidemics), serta Begu Arun (Cholera Epidemics).

Jilid 24 sayang sekali : Missing !! Sehingga tidak diketahui kapan wafat Singamangaradja XI dan kapan naik tahta Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia.

Catatan.
Menurut Sintua Johannes Nasution di Padangmatinggi Sipirok, katanya Singamangaradja XI wafat di dalam Cholera Epidemics, pada tahun 1867. Sintua Johannes Nasution pada tahun 1863 mengikuti Pendeta Nommensen dari Parausorat Sipirok ke Sait Ni Huta Silindung selaku pengawal bersenjata, dan ikut mendirikan Kampung Kristen yang pertama di Tanah Batak, yakni : Huta Damai

Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia, dua kali disebutkan di dalam Arsip Bakkara, dengan nama “Parobatu”. Pertama kali : Lahirnya disebut di dalam jilid 16. Kedua kali : di dalam jilid 23 disebutkan bahwa Prince Parobatu pun selama 2 tahun mengikuti Pendidikan Militair di Atjeh. (1864 – 1866).

Arsip Bakkara merupakan sumber yang paling kaya raya perihal fakta Sejarah Tanah Batak Utara, umumnya serta Ibukota Bakkara khususnya. Walaupun 1867 – 1884 tidak dilanjutkan oleh Singamangaradja selaku Pagan Priest King di Bakkara Toba. Di dalam gerilya 1884 – 1907. Singamangaradja XII Pahlawan Nasional Indonesia tentulah tidak sempat meneruskan Arsip Bakkara.

Kedalam ini serba sedikit dapat dimuat perihal Arsip Bakkara, karena Good insight dari Pendeta Pilgram serta Resident Poortman !! Thanks a lot.

Lampiran 20

Putri Hijau Yang Sebenarnya

Sangat besar confusion di dalam penulisan sejarah perihal “Keradjaan Haru” dan “Kesultanan Aru”. Yakni sebagai berikut :
1. Menurut Muhammad Yamin, Keradjaan Haru terletak entah dimana di pantai Timur Pulau Andalas, sangat menimbulkan amarah dari Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364), karena : Angkatan Bersenjata Modjopahit berkali-kali gagal menundukkan Keradjaan Haru. Tidak disinggung oleh Muhammad Yamin, entah Keradjaan Haru yang sanggup bertahan terhdap Imperialisme Modjopahit itu, ber-Agama Islam ataupun tidak.
2. Menurut dongeng-dongeng Batak karo, Keradjaan Haru adalah suatu Keradjaan Pagan Priest Kings Batak Karo. Terletak di sekitar muara Sungai Wampu. Radja Haru Yang Keempatbelas dan terakhir, dikalahkan oleh Sutan Atjeh yang pertama.
3. Menurut dongeng-dongeng Batak Simalungun, Keradjaan Haru adalah Pagan, dan terletak disekitar muara Sungai Wampu. Sedangkan Keradjaan Aru adalah Islam dan terletak disekitar muara Sungai Barumun. (Catatan : di dalam tulisan Batak Simalungun yang Syllabic seperti tulisan Djawa, syllable “A” sangat berlainan dari syllable “H”. Tidak mungkin confusion, untuk orang-orang yang pandai tulisan Batak Simalungun. Walaupun sangat archaic, tapi sanagt tegas).
4. Menurut family papers Sultan-sultan Deli, Kesultanan Haru terletak di daerah-pengaliran Sungai Deli. Beribukota di Delitua.
5. Menurut annals dari Tiongkok Ming Dynasty, Kesultanan Aru terletak disekitar estuary dari Sungai Barumun dan Sungai Bila yang begitu besar sehingga disebutkan “Laut Air Tawar”. Kesultanan Aru yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, berkali-kali dikunjungi oleh Laksama Hadji Sam Po Bo (Cheng Ho) yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi. Seorang Sultan Aru pernah berkunjung ke Tiongkok.
6. Menurut dongeng-dongeng Batak Padanglawas, Keradjaan Aru meliputi daerah pengaliran Sungai Barumun dan Sungai Batangangkola, dari Portibi sampai ke Pidjor koling. Ber-Agama Hindu Birawa. Lebih parah lagi daripada orang-orang Siregar Sipirok, sangat jijik karena ritual homicides (pengorbanan manusia). Peninggalannya adalah Biara Sipamutung, dan maha banyak kuburan ukuran gajah di Padanglawas. Namanya sangat tegas pula dituliskan dengan syllable “A”.

Begitulah sangat parah “Aru Haru Confusion”, di dalam periode 1920 – 1930. Antara dua orang Mahasiswa Hukum di Batavia (Djakarta), yakni : Muhammad Yamin contra Amir Sjarifudin, timbul debat yang maha sengit perihal Aru Haru Confusion. Why ?? Amir Sjarifudin tegang bertahan, bahwa : Keradjaan Aru yang diserang oleh Keradjaan Modjopahit itu, adalah ber-Agama Islam !! Artinya : Keradjaan Modjopahit yang begitu dikagumi oleh Muhammad Yamin, sebenarnya harus terkutuk kafir yang hendak membasmi habis Agama Islam di Pulau Andalas. Muhammad Yamin menerbitkan bukunya “Gadjah Mada”, Amir Sjarifudin meminta tolong kepada his Amangboru (Fathers Sisters Husband) Sutan Martua Radja.

Aru Haru Confusion serentak tackled in teamwork, oleh 3 orang yakni : Sutan Martua Radja, Resident Poortman, dan Amir Sjarifudin. Resulting di dalam tulisan oleh Sutan Martua Radja, yang bernama “Putri Hidjau yang Sebenarnya”. Isinya in a nutshell sebagai berikut :

(1). 1100 – 1250 : Keradjaan Aru Sipamutung.
Lihat bagian 4 dan 11, perihal Biara Sipamutung yang menjadi Benteng Sipamutung. Penyelidikan dari Sutan Martua Radja perihal Biara Sipamutung, oleh Resident Poortman dikirimkan kepada seorang Archeoloog bernama Dr. Schnitger. Akibatnya : Secepat kilat Dr. Schnitger pergi ke Padanglawas, supaya menjadi orang Eropah yang pertama menyelidiki Biara Sipamutung, yang katanya lebih besar dari pada Candi Prambanan. Hasilnya berikut maha banyak photo’s dimuat kedalam buku “The Forgotten Kingdoms Of Sumatra.” Splendid !!
Catatan : Sayang sekali bahwa buku tersebut itu, sebelum PD II pun sudah out of point. Exemplaar yang di Perpustakaan Gedung Gadjah, pada tahun 2603 Tarich Jimmu Tennoo confiscated oleh seorang Dai Sang Djepang. Gambar-gambarnya digunting dan bukunya futsie !!

(2). 1299 – 1512 : Kesultanan Aru Barumun.
Lihat : Lampiran XXI, Lampiran XXIII, dan Lampiran XXVII. Kesultanan Aru Barumun didirikan oleh Sutan Malik Ul Mansur, seorang Putra dari Sultan Malik Us Saleh Sultan Samudera Pasai Yang Pertama. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Terletak di daerah-pengaliran Sungai Barumun dan menguasai import-export dari daerah Padanglawas, sesuatu Lebensraum yang cukup besar. Menguasai pula Flaw Of Goods dari Dagang Meritja, antara pepper producing daerah pengaliran Sungai Kampar Kiri dan Kanan, dengan pepper upgrading Cambay Gudjarat. Banyak disinggahi oleh foreign merchant vesseis.

Kesultanan Aru Barumun hubungan baik dengan Tiongkok Ming Dynasty (1368 –1643), dimana Agama Islam Mazhab Hanafi sedang bebas berkembang. Lihat : Bagian 8. Di dalam periode 1405 – 1425, para utusan-utusan dari Tiongkok Ming Dynasty sangat sering singgah di Kesultanan Aru Barumun. Antara lain sebagai berikut :
1. Laksamana Hadji Sam Po Bo (Cheng Ho).
2. Laksamana Hadji Kung Wu Ping.

Sultan Aru Barumun ada total 13 orang, berturut-turut sebagai berikut :

1299 – 1322.
Sultan I : Sultan Malik Ul Mansur. Lihat : Lampiran XXI.

1322 – 1336.
Sultan II : Sultan Hassan Al Gafur.

1336 – 1361.
Sultan III : Sultan Firman Ul Karim. Lihat : Lampiran XXIII. Adversary yang terbesar dari Perdana Menteri Gadjah Mada yang kafir 1331 – 1364, dan yang hendak memaksakan Hindu Javanese Imperialism kepada pihak Islam di Pulau Andalas. Di waktu Sultan Firman Ul Karim, Armada Aru Barumun dibawah Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir menguasai Selat Malacca, dan berkali-kali menyerang ke Laut Djawa.

1361.
Sultan IV : Sultan Sadik Al Kudus. Wafat karena serangan jantung, sambil Imam Sembahyang Djum’at di Mesjid. Kuburannya menjadi tujuan Upacara Basapah di Kesultanan Aru Barumun. Seperti kuburan Hassan dan Hussin di Kerbela, kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus, kuburan Sjech Burhanudin III di Ulukan Pariaman.

1361 – 1379.
Sultan V : Sultan Alwi Al Musawwir.

1379 – 1407.
Sultan VI : Sultan Ridwan Al Hafiz. Mengadakan diplomatic relations dengan Tiongkok Ming Dynasty.

1407 – 1428.
Sultan VII : Sultan Hussin Dzul Arsa = Sultan Hadji. Mengatasi serangan yang terakhir dari Angkatan Bersenjata Modjopahit, pada tahun 1409, ke Mekkah dan ke Peking diantar oleh Laksamana Hadji Sam Po Bo di zaman Yung Lo. Terkenal di dalam annals dari Tiongkok Ming Dynasty dengan nama “Adji Alasan” (A Dji A La Sa)

1428 – 1459.
Sultan VIII : Sultan Djafar Al Baki. Wafat diterkam harimau.

1459 – 1462.
Sultan IX : Sultan Hamid Al Muktadir. Wafat di dalam explosion of epidemics. Kesultanan Aru Barumun hampir hilang lenyap.

1462 – 1471.
Sultan X : Sultan Zulkifli Al Madjid. Lahir buta, tuli. Pada tahun 1469, Kesultanan Aru Barumun diserang oleh Kesultanan Malacca, atas perintah Sultan Mansjur Sjah I, yang memerintah 1441 – 1476. Kota pelabuhan Labuhabbilik dibumi hangus dan Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun seluruhnya habis dimusnahkan.

1471 – 1489.
Sultan XI : Sultan Karim Al Mukdji.

1489 – 1512.
Sultan XII : Sultan Muhammad Al Wahid. Mati pahlawan di dalam serangan Angkatan Bersenjata Portugis. Finished Kesultanan Aru Barumun, Kesultanan yang terakhir ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah di Kepulauan Indonesia dan di Kepulauan Nusantara.

1512 – 1523.
Sultan XIII : Sultan Ibrahim Al Djalil. Ditawan dan diperalat oleh pihak Portugis di Malacca, seperti Kaisar Henri Pu Yi oleh pihak Djepang di Tokyo. Terpaksa ikut serta di dalam Angkatan Bersenjata Portugis, menyerang ke Pidie, dll. Pada tahun 1523 di Sumadera Pasai ditawan dan dipancung oleh Laksamana Tuanku Ibrahim Sjah, saudara dari Sultan Ali Mukkajat Sjah Sultan Atjeh yang pertama. Hak atas Singgasana Kesultanan Aru Barumun, jatuh kepada new emerging Kesultanan Atjeh.

1523 – 1904.
32 orang Sultan dan Sultanah Atjeh de jure adalah juga Sultan Aru Barumun, seperti Kaisar Oosterreich adalah juga Kings Of Hungary, in Personal Unity.

1525 – 1816.
Sjahbandar Kesultanan Atjeh di Aru Barumun. Berkedudukan di Labuhanbilik. Sangat banyak di antaranya Sultan-sultan Muda= Crown Princes Of Atjeh, seperti juga di Indrapura Minangkabau. Akan tetapi sangat banyak pula diantaranya Buccaneers=Bajak laut. Labuhanbilik sangat sering ditembaki oleh kapal perang Inggris dengan Ships Artillery, tanpa pernah direbut.

1802 – 1816.
Dibawah pimpinan Fachrudin Harahap gelar Baginda Soripada. Orang-orang Marga Harahap dari Gunungtua Banangonang merebut bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun. Resmi dengan Surat Tjap Kepala Sembilan dari Yangdipertuan Radja Naro, Baginda Soripada menjadi Vice-Roy Padanglawas bawahan Keradjaan Pagarruyung. Berkedudukan di Langgapajung.

1805 – 1816.
Karena ancaman dari new emerging Negara Darul Islam Minangkabau, maka : Sultan Alaudin Djohar Sjah Sultan Atjeh menempatkan Laksamana Sulaiman Nanggroje di Labukanbilik. Angkatan Laut Atjeh concentrated di estuary Sungai Barumun dan Bila. Marines Atjeh ditempatkan di Kotapinang Lama.
1816.
Langgapajung, Kotapinang dan Labuhanbilik, direbut oleh Tentara Padri dibawah commando Pamusuk Lubis gelar Tuanku Maga. Laksamana Sulaiman Nanggroje mati pahlawan, seperti Santa Barbara meledakkan persediaan mesiu. Baginda Soripada mati dipancung.

1816 – 1820.
Daerah bekas Kesultanan Aru Barumun dikuasai Army Group Tuanku Tambusai Padri Army, headquartering in Sunggam.

1820 – 1947.
Di bagian hilir dari bekas Kesultanan Aru Barumun, memerintah Alamsjah Dasopang Dynasty selaku Yangdipertuan Radja Kotapinang.

1838 – 1863.
Di bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun, bergerilya Tuanku Tambusai yang memerintah dengan tangan besi.

1863 – 1942.
Bagian hulu dari bekas Kesultanan Aru Barumun, oleh Pemerintah Kolonial Belanda dijadikan daerah Pangreh Prodjo, dibawah seorang Controleur BB Belanda di Gunungtua. Devide Et Impera.
Kini
Daerah bekas Kesultanan Aru Barumun, hulu dan hilir, sangat makmur karena export cattle dan rubber. Have a look !! Plenty of lovely Harahap, Dongoran and Dasopang girls, plus rich dowries.


(3). 1200 – 1508 : Keradjaan Haru Wampu.
Keradjaan Haru Wampu adalah sesuatu pagan Batak Karo Priests Kingdom. (Lihat : Lampiran XI). Pada tahun 1339 direbut dan diduduki oleh Angkatan Bersenjata Modjopahit, dibawah commando Perdana Menteri Gadjah Mada sendiri. (Lihat : Lampiran XXVII). Pada tahun 1508 dimusnahkan atas perintah Sultan Ali Mukajat Sjah Sultan Atjeh Jang Pertama. Pada tahun 1853 berupa Kesultanan Langkat, dihidupkan kembali atas perintah Sultan Ibrahim Mansjur Sjah Sultan Atjeh Jang Ketigapuluh.


(4). 1508 – 1523 : Kesultanan Haru Delitua.
Lihat : Bagian 9 titik 4. Seorang Karee (orang Karo Dusun yang masuk Tentara Atjeh dan masuk Islam pula), bernama Manang Sukka : Dengan nama Sultan Makmun Al Rasjid I menjadi Sultan Haru Delitua. His Sultanah adalah Putri Hidjau, Sister dari Sultan Ali Mukkayat Sjah Sultan Atjeh Jang Pertama. It happened in 914 H (1508 M).

Pada tahun 930 ( 1523 M), Angkatan Bersenjata Portugis dari Malacca menyerang Kesultanan Haru Delitua. Dari Labuhan Deli sampai ke Delitua, Tentara Portugis bergerak laksana naga yang menyemburkan api. Artinya : Membabi buta menembaki dengan Artillery !! Sultan Makmun Al Rasjid I bertahan di Sukamulia, dengan Tentara Atjeh bawahan dia. Oleh pihak Portugis, hancur lebur ditembaki longrange dengan salvo’s Artillery. Seluruhnya mati Pahlawan !!

Palace Guard Kesultanan Haru Delitua gagah-perkasa dengan rencong menyerang Tentara Portugis, yang sedang membakar kota dan Istana Delitua dengan salvo’s Artellery tinggal gamping. Bukan tandingan !! Para Pria di kota Delitua habis extermited seluruhnya.

Putri Hidjau serta 5 orang Ladies In Waiting dapat ditawan oleh anak buah Tentara Portugis. Yakni : Oleh orang-orang Goa India dan orang-orang Macao Tiongkok, yang kafir dan biadab. Pakaian dari cuma 6 wanita tawanan itu, in a jiffy habis compang-camping disobek in the open air di siang hari terang benderang. The Ladies In Waiting menjerit-jerit menjadi korban dari ratusan orang-orang Goa India dan orang-orang Macao Tiongkok, yang sudah setengah tahun sexual hungry. Putri Hidjau dengan giginya dan dengan kuku-kukunya, sangat gigih mempertahankan kehormatannya. Akibatnya : Putri Hidjau in Eve’s costume diikat didepan mulut meriam. Stante-pede dinikmati oleh numerous orang-orang Goa India dan orang-orang Macao Tiongkok, gantian rebut-rebutan seperti binatang-binatang buas. Sambil ber-zikir, Putri Hidjau menahankan segala siksaan yang dibawa oleh pihak Kristen.

Dengan Schadenfreude yang maha besar, meriam itu mendadak ditembakkan oleh seorang Portugis. Bastial. Hancurlah Putri Hidjau !! Turut hancur orang Goa India, yang terlalu asyik menikmati The Queen Of Haru Delitua. Akan tetapi : Turut pula hancur Orang Portugis yang menembakkan meriam itu. Why ?? Meriam itu turut hancur !! Entah karena over-heated terlalu sering ditembakkan

Puntung dari meriam Portugis itu, menjadi “Keramat Meriam Puntung”. Menjadi relic untuk orang-orang Karo Dusun yang Islam. Begitulah kisah “Putri Hidjau yang sebenarnya”. Jauh lebih tragic daripada mythologic ornamentations di dalam “Sja’ir Putri Hidjau”.

Pada tahun 1853, Sultan Ibrahim Mansjur Sjah Sultan Atjeh Jang Ketigapuluh, mengangkat Wan Usman di Labuhan Deli, dengan nama “Sultan Usman Perkasa Alam” menjadi Sultan Deli Jang Pertana. First of all, Sultan Usman Perkasa Alam mentitahkan mendirikan sesuatu rumah-rumahan di tempat yang terpilih untuk membangun Istana Sukaradja Medan. Tempat penyimpanan dari Keramat Meriam Puntung, yang dengan Upacara Kebesaran dipindahkan dari Delitua, dan menjadi relic dari Kesultanan Deli. Dibawah kelambu kuning, sesudah selama lebih 300 tahun menggeletak in the open air di Delitua.

Sultan Deli Jang Kedua mendapat nama “Sultan Makmun Al Asjid II”.

Penutup.
No more Aru Haru Confusion di dalam penulisan sejarah perihal : Keradjaan Aru Sipamutung, Kesultanan Aru Barumun, Keradjaan Haru Wampu, dan Kesultanan Haru Delitua. Siapa Doctorandus dan Professor, yang berani tanding kepada Sutan Martua Radja ??

Lampiran 21

Kesultanan Kuntu Kampar di Minangkabau Timur


1361 – 1339

I. Location.
Yang dimaksud dengan daerah “Kuntu Kampar: di “Minangkabau Timur”, adalah : Daerah hulu dari daerah-pengaliran Sungai Kampar Kiri Kanan. Di daerah itulah kini terletak kota dan kampung sebagai berikur : Pajakumbuh, Suliki, Bangkinang, Temuan Kampar, Pulau Lawan (Pahlawan), dan Kuntu Daerah itu terletak terbuka ke Selat Malacca, tanpa dirintangi oleh pegunungan. Walaupun berpenduduk Minangkabau, akan tetapi : Daerah itu seolah-olah membelakangkan central Minangkabau proper, yang berpusat di sekeliling gunung kembar Merapi Singgalang. Geopolitic sama seperti daerah Simalungun yang berpenduduk Batak, akan tetapi seolah-olah membelakangkan central Tanah Batak proper, yang berpusat di sekeliling Danau Toba. Geopolotic sama dan perkembangan parallel !!

II. Pepper Production=Penghasilan Meritja.
Pepper producing areas yang terpenting di seluruh dunia, adalah berturut-turut sebagai berikut :
1. 500 – 1000 : Daerah Sungaidareh Batanghari di Djambi.
2. 1000 – 1400 : Daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur.
3. 1400 – 1600 : Daerah central Minangkabau, di sekitar gunung-kembar Merapi Singgalang.
4. 1600 – 1800 : Daerah Atjeh Barat.
5. 1800 – Kini : Daerah Lampung dan Pulau Bangka.
Akibatnya : The rise and fall of Kingdoms !! Wait and see.

III. Iskandar Zulkarnain Dynasty di Minangkabau.
Pada tahun 1921, Resident Westenenk menyelesaikan tulisannya yang tidak untuk umum dan yang bernama : De Hindu Javanen In Midden En Zuid Sumatra. Dia mencapai kesimpulan bahwa :
1. Akhir Abad Ke-XIII : Agama Hindu Djawa datang di Minangkabau.
2. Medio Abad Ke-XIV : Masa jaya dari Keradjaan Pagarruyung Minangkabau dibawah King Adityawarman.
3. Permulaan Abad Ke- XVI : Agama Islam masuk di Minangkabau.
4. Sejak Medio Abad Ke- XVI : Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau, semuanya ber-Agama Islam.

Akan tetapi : Di Minangkabau Timur ada kuburan-kuburan Islam, yang bertahun Hidjrah, dan yang dating from before 1300 CE. Membenarkan cerita-cerita Sultan (Radja Islam) para keturunan dari Iskandar Zulkarnain, yang katanya memerintah di Alam Minangkabau sebelum Radja Pagarruyung yang ber-Agama Hindu Djawa. Artinya : Sebelum masa jaya dari Keradjaan Modjopahit di Pulau Djawa, yang mendirikan Keradjaan Pagarruyung di Pulau Andalas, sebelum tahun 1350. Sedangkan Iskandar Zulkarnain adalah Alexander The Great, yang memerintah 336 – 323 before Christ, King Of Macedonia Greece yang merebut Persia, Gandara, Gudjarat. Tidak pernah merebut Alam Minangkabau !!
Bikin binggung Resident Westenenk. “Geen touw aan vast te knoopen”, begitulah dia berpendapatan. Resident Westenenk contacted teman sejawatnya Resident Poortman nearby di Djambi, yang sedang asyik melakukan Fieldwork Fact Finding perihal “Pamalayu Expedition”. Tentara Singosari 1275 – 1292 merebut Darmasraya Djambi.

Resident Poortman kebetulan sekali sudah terlebih dahulu menemukan di dalam tulisan-tulisan peninggalan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty (976 – 1168), bahwa : Di jazirah Gudjarat India, hampir semuanya orang Islam Mazhab Sji’ah claimed to be descendants of Alexander The Great, yang disitu disebutkan “Iskandar Zulkarnain”. Eureka !! Resident Poortman segera mencurigai orang-orang Cambay Gudjarat, yang sebelum 1350 datang berdagang ke Minangkabau dan disitu menjadi origin dari Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty.

Resident Poortman kemudian bertahun-tahun lamanya doggedly melakukan pekerjaan “Detective Sejarah”, scrutinizing tulisan peninggalan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty, Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty, Kesultanan Aru Barumun, Kesultanan Allahad India (yang menguasai jazirah Gudjarat sesudah Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty dan sebelum Kesultanan Dehli India, Tiongkok Yuang Dynasty, Tiongkok Ming Dynasty, dan entah mana lagi. Disamping itu Resident Poortman berjalan kaki melakukan Fieldwork Fact Finding di daerah hulu dari Sungai Batanghari, Kuantan, dan Kampar, daerah-daerah yang oleh Resident Westenenk disebutkan : “Waarmensch en tijger buren zijn”. Jelasnya : Lebih banyak macam daripada manusia.

Hasilnya sangat mengagumkan, perihal : Sultan Djohan Djani The Sophisticated Buccaneer, dan perihal : Sultan Malik Ul Mansur The History Corruptor. Lebih phantastic daripada fiction !!

IV. Sultan Djohan Djani The Spohisticated Buccaneer.
Lihat bagian 7 titik VI. Sultan Djohan Djani lahir di Combay Gudjarat. Ayahnya orang Persia, ibunya orang Punjabi. Berdua sudah turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Berdua katanya tentulah keturunan dari Iskandar Zulkarnain !! Sedangkan setiap pengemis pun di jazirah Gudjarat katanya keturunan dari Iskandar Zulkarnain, the sexual King Kong yang 1.500 tahun sebelumnya very active membikin puas, bangga dan pregnant, entah ribuan wanita Persia, Punjabi dan Gudjarat. Di daerah-daerah tersebut itu, berjuta-juta banyaknya orang-orang yang katanya keturunan dari Iskandar Zulkarnain The Prolific.

Djohan Djani menjadi pelaut di Cambay Gudjatat, dengan kapal-kapal dagang turut belajar antara Zanzibar dan Daya Pasai. Djohan Djani naik manjadi Captain Kapal Peran di Kesjahbandaran Daya Pasai. Disitu 1168 – 1204 memerintah Laksamana Kafrawi Al Kamil, lepas dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty yang sudah musnah. Captain Djohan Djani mengkhianat terhadap Laksamana Kafrawi Al Kamil yang sudah tua. Captain Djohan Djoni self-made menjadi Laksamana Djohan Djani, buccaneer (bajak laut) di Pulau Weh.

Di muara Sungai Atjeh sudah terlebih dahulu bersarang seorang bekas bawahan dari Laksamana Kafrawi Al Kamil, yang juga sudah menjadi buccaneer, yakni : Laksamana Djohan Ramni. Terjadilah rebut-rebutan kuasa dan war-loot antara dua orang Laksamana yang berdua pula bernama “Djohan”. Very confusing. Laksamana yang berdua pula bernama “Djohan”. Very confusing. Laksamana Djohan Djoni got the luminous idea, bahwa : Dia lebih mudah menyerang growing old Laksamana Kafrawi Al Kamil dan menguasai daerah muara Sungai Pasai daripada : Dia terpaksa terus menerus bertahan terhadap serangan dari Laksamana Djohan Ramni dari muara Sungai Atjeh.

Pada tahun 602 H (1204 M), Laksamana Djohan Djani merebut daerah sekitar muara Sungai Pasai. Laksamana Kafrawi Al Kamil mati dibunuh. Laksamana Djohan Djani self-made menjadi Sultan Daya Pasai Jang Pertama. Disitulah pertama kali seorang yang katanya keturunan dari Iskandar Zulkarnain, menjadi Sultan (Radja yang Islam) di Kepulauan Nusantara.

Pandai Resident Poortman !! Di Tulisan tangan yang ada di perpustakaan “Adjaib Ghur” (museum di Lahore), dia di dalam tulisan peninggalan Kesultanan Allahabad “menemukan” Sultan Daya Pasai Jang Pertama. Resident Westenenk menentang Resident Poortman, membuktikan : Cara bagaimanakah “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, dari Daya Pasai masuk di pedalaman Minangkabau ?? Begitu jauh dari laut. Notabene sebelum Tentara Modjopahit dibawah Adityawarman mendirikan Keradjaan Pagarruyung !! Sambil tackling challenge tersebut itu, Resident Poortman accidentally stumbled upon Kesultanan Kunta Kumpar (1301 – 1339) di Minangkabau Timur !! Sama saja seperti Herr Professor Doctor Sigmund Freud di Wina Austria, yang menyelidiki “The Interpretations Of Dreams” dan accidentally stumbled upon “Psycho Analyse Of Minority Complexes”.


V. Daerah Muara Sungai Pasai Diperebutkan.
Daerah muara Sungai Pasai, terletak di tepi Selat Malacca di muara sungai yang terbesar di Pantai Utara Atjeh, geopolitic sangat penting menguasai single exit entrance dari spices producing Kepulauan Nusantara. Terutama menguasi Flow Of Goods aliran dagang Meritja antara pepper producing Pulau Andalas dan pepper upgrading Semenandjung Gudjarat India. Seperti kini Singapore terhadap rubber.
1. 500 – 1100 : Keradjaan Poli.
Ber-Agama Buddha Hinayana, seperti the contemporary Keradjaan Sri Widjaja Djambi. Sangat banyak disinggahi oleh Chinese pilgrims yang pergi ziarah ke Nalanda India.
2. 1128 – 1204 : Kesjahbandaran Daya Pasai.
Sesuatu Satelite State bawahan Kesultanan Mesir Fathimyah Dynasty. Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Kesultanan Mesir Fathimyah Dynasty menjadi kaya raya, karena di Daya Pasai dan di Cambay Gudjarat menguasai Flow Of Goods Dagang Meritja, yang berasal dari daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur.
3. 1204 – 1285 : Kesultanan Daya Pasai.
Itulah Kesultanan (Keradjaan Islam) yang pertama sangat kuat di bidang maritim di Kepulauan Nusantara. Tidak bersifat Nasional Indonesia, karena didirikan oleh orang-orang Cambay Gudjarat. Walaupun ber-Agama Islam (Mazhab Sji’ah), akan tetapi : merupakan Penjajahan asing yang menindas penduduk asli Indonesia.
Kesultanan Daya Pasai tidak pula merupakan sesuatu Hereditary Monarchy yang teratur. Akan tetapi : Bersifat Feodal Maritim Oligarchy, seperti : Athena, Venezia, Zanzibar dan entah ada lagi di dalam sejarah dunia. Sultan Daya Pasai satu kali pun tidak pernah digantikan oleh Putranya. Akan tetapi : Senantiasa Laksamana serta Sjahbandar di dalam Daya Pasai Realm, rebutan menjadi Sultan. Terutama Laksamana yang berkedudukan Sjahbandar di Perlak Tamiang, Bandar Kalipah, Aru Barumun dan Bandar Atjeh. The short-lived Daya Pasai Sultanate tetap in turmoil succession wars.
4. 1285 : Finished Kesultanan Daya Pasai.
Sultan Daya Pasai Jang Kelima (Sultan Ibrahim Djani), adalah Cucu dari Sultan Daya Pasai Jang Pertama (Sultan Djohan Djani). Sultan Daya Pasai Jang Keenam dan yang terakhir (Sultan Bahaudin Al Kamil, bekas Sjahbandar di Bandar Kalipah), adalah Cucu dari Sultan Daya Pasai Jang Ketiga (Sultan Alwi Al Kamil.

Laksamana Muhammad Amin (Sjahbandar Perlak) serta Laksamana Jusuf Kayamudin (Sjahbandar Tamiang, yang kedua sangat bermusuhan, masing-masing pula menyerang Sultan Bahaudin Al Kamil di Daya Pasai karena, berdua mereka ingin menjadi Sultan Daya Pasai Jang Ketudjuh. Very complicated.

Lebih complicated lagi, karena : Islamised orang-orang Batak Gajo dari Nagur di pedalaman Atjeh, dibawah pimpinan Marah Silu alias Iskandar Malik dari darat menyerang pula ke Daya Pasai. Menyerang sarang dari penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat di muara Sungai Pasai

Menjadi Babilonic complicated, karena : Dagang Meritja di muara Sungai Pasai berarti big business. Turut campur pula 2 armada asing, yang cruising di depan muara Sungai Pasai. Yakni sebagai berikut :

A. Armada Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty.
Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty (yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i) menganggap Kesultanan Daya Pasai selaku sesuatu unwanted continuation dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah pula. Armada Mesir Mamaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, diperintahkan : Menghancurkan Kesultanan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah yang di muara Sungai Pasai, dan : Disitu mendirikan sesuatu Kesultanan yang baru yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Tegasnya : Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty ingin merebut Monopoly Dagang Meritja, yang sebelumnya membuat Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty menjadi begitu luar biasa kaya raya

B. Armada Tiongkok Yuang Dynasty.
Sebelum pihak Islam menguasai Flow Of Goods Dagang Meritja di muara Sungai Pasai, Tiongkok Yuang Dynasty menguasai Monopoly Dagang Meritja lewat jalan darat (The Famous Silk Road). Mulai dari Canton Tiongkok, dan berakhir di Pepper Distributing Centres di pihak Kristen di Consantinopel dan di Venezia.

1284.
Kesultanan Daya Pasai diserang serentak dari 2 jurusan. Dari diserang oleh Islamised Orang-orang Batak Gajo dibawah pimpinan Marah Silu alias Iskandar Malik. Dari laut diserang oleh Armada Mesir Mamaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik. Kesultanan Daya Pasai hancur lebur !!
Armada Tamiang dibawah commando Laksamana Jusuf Kayamudin bekerja sama dengan Armada Tiongkok Yuang Dynasty, dan menyerang Armada Mesir Mamaluk Dynasty dari belakang. Armada Perlak dibawah commando Laksamana Muhammad Amin, menyerang sipenyerang dari belakang, dan berhasil menghancurkan Armada Tamiang serta Armada Tiongkok Yuang Dynasty. Very complicated !!
Marah Silu alias Iskandar Malik adalah Son In Law dari Laksamana Muhammad Amin. Being Husband dari Putri Ganggang Sari Putri Perlak. Dengan persetujuan dari Laksamana Muhammad Amin, Marah Silu alias Iskandar Malik ditahtakan oleh Laksamana Ismail As Siddik menjadi Sultan di daerah muara Sungai Pasai. Marah Silu alias Iskandar Malik menjadi Sultan Malik Us Saleh Sultan Samudera Pasai Jang Pertama.

5. 1285 – 1522 : Kesultanan Sumadera Pasai.
Didirikan oleh orang-orang Batak Gajo. Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Itulah yang pertama Kesultanan (Keradjaan Islam) yang asli dan yang Nasional Indonesia. Teratur berupa Hereditary Monarchy. Sangat besar berjasa, mengembangkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i. Sehingga kini Indonesia dan Malaya ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, dan ber-Agama Islam Mzhab Sji’ah seperti Pakistan.


VI. Kesultanan Samudera Pasai serta Kesultanan Aru Barumun.

Sultan Malik Us Saleh lahir Pagan di Nagur di Tanah Batak Gajo. Sebelum masuk Islam selaku prajurit Kesultanan Daya Pasai, Iskandar Malik bernama Marah Silu. Artinya : Meurah (Clan Chief) dari orang-orang Batak Gajo dari Marga Silu. Sial sekali bahwa Iskandar Malik alias Malik Silu terpaksa tattooned on his face, dengan tanda-tanda dari Putra Radja Marga Silu. Life-time tidak terhapus.

Iskandar Malik alias Marah Silu sangat suka pula makan cacing. No wonder, bahwa Laksamana Ismail As Siddik semula sangat ragu-ragu didekati oleh Iskandar Malik alias Marah Silu, sambil anak-anak buahnya enak saja consuming jenazah dari Sultan Bahaudin Al Kamil. Akan tetapi : Iskandar Malik alias Marah Silu selaku bekas prajurit Kesultanan Daya Pasai, pandai luar kepala 30 Djuz mengaji Qur’an. Memang Bangsa Batak bangsa aneh. Tersiar kabar di kalangan orang-orang Mesir Mamaluk Dynasty, bahwa : Iskandar Malik alias Marah Silu, the tattlooned and cannibalistic worm connoisseur, mendadak pandai mengaji Qur’an, karena lidahnya diludahi oleh Tuhan, Allah Ta’ala SWA. Marah Silu alias Iskandar Malik di dalam waktu sehari semalam saja, sudah pula faham Figh Sjafi’I, belajar dari Laksamana Ismail As Siddik. Memang orang Batak kepala batu.

Laksamana Ismail As Siddik membutuhkan seorang Penduduk Asli untuk dijadikan Sultan yang Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang pasti akan membasmi orang-orang Gudjarat India yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah dan yang masih memegang Monopoly Dagang meritja. Atas nama Sjarif Mekkah (Chalifatullah Abbassiah Dynasty yang mendapat asylum di Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty, sejak Tentara Holako Khan merebut Baghdad, 1258 , Marah Silu alias Iskandar Malik dilantik oleh Laksamana Ismail As Siddik menjadi Sultan Malik Us Saleh Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama.

Sultan Malik Us Saleh benar membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i di sekitar Selat Malacca. Disitulah mulai Agama Islam Mazhab Sjafi’I menjadi Symbol terhadap penjajahan asing di Kepulauan Nusantara. Bertahan terhadap orang-orang Gudjarat India yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah terhadap orang-orang Portugis yang ber-Agama Kristen Katholiek, dan terhadap orang-orang Belanda yang ber-Agama Kristen Protestan.

Sultan Malik Us Saleh (1285 – 1296) digantikan oleh Putranya Sultan Malik Ut Tahir (1296 – 1327). Seorang lagi Putra dari Sultan Malik Us Saleh yakni Prince Malik Ul Mansur, sejak tahun 1295 sudah de-facto berkuasa di daerah sekitar muara Sungai Barumun. Dia nikah dengan seorang cucu dari Sultan Bahaudin Al Kamil, yakni : Putri Nur Alam Kumalasari. Prince Malik Ul Mansur membangkang di dalam Agama Islam Mazhab Sji’ah, dan dia mendirikan Kesultanan Aru Barumun pada tahun 1299. Lihat : Lampiran XX.

Perang saudara antara Kesultanan Sumadera Pasai contra Kesultanan Aru Barumun sangat berbahaya, karena : Masih sangat banyak orang-orang Gudjarat India yang ingin menjadi Sultan Daya Pasai Jang Ketudjuh. Sultan Malik Ut Tahir berdamai dengan his Brother Sultan Malik Ul Mansur. Sultan Tamiang menjadi Sungai Perbatasan antara dua Kesultanan yang berkerabat akan tetapi berlainan Mazhab itu.

Kesultanan Sumadera Pasai (1285 – 1522) terkenal karena kunjungan Ibn Batutah (seorang Tunisia yang menjadi Roving Ambassador Kesultanan Dehli India), pada tahun 1345 dan pada tahun 1346 di dalam perjalanan pulang pergi ke Tiongkok.

Kesultanan Aru Barumun (1299 – 1512) terkenal karena kunjungan Laksamana Hadji Sam Po Bo dengan Armada Tiongkok Ming Dynasty, di dalam periode 1405 – 1425. Lihat : Lampiran XX


VII. Pihak Islam Contra Pihak Hindu Djawa, 1275 – 1409.

1. Monopoly Dagang Meritja di tangan pihak Islam, 1128 – 1289.
Pihak Islam muara di Sungai Pasai, menguasai Monopoly Dagang Meritja dari daerah pengaliran Sungai Kampar Kiri Kanan, sejak Angkatan Bersendjata Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty pada tahun 1128 menduduki daerah sekitar muara Sungai Pasai dan merebut pepper producing daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur.
Pada tahun 1168, Tentara Mesir Fathimiyah Dynasty yang ketinggalan di Minangkabau Timur oleh Tentara Darmasraya Djambi yang ber-Agama Buddha terpukul mundur dari Sungaidareh dan dari kampung Minangkabau Asli. Pepper dari daerah Sungaidareh Batanghari selanjutnya dikuasai oleh Keradjaan Darmasraya Djambi. Lihat : Lampiran XXII.

2. Monopoly Dagang Meritja di Tangan pihak Hindu Djawa, 1289 – 1301.
Di dalam Pamalayu Expedition 1275 – 1289. Keradjaan Singosari Djawa Timur berturut-turut merebut : Keradjaan Darmasraya Djambi, serta pepper producing daerah-daerah Sungaidareh Batanghari dan Kuntu Kampar. Monopoly Dagang Meritja sekuruhnya lepas dari tangan pihak Islam, dan jatuh kedalam tangan pihak Hindu Djawa. Itulah hasil dari Pamalayu Expedition !! Bukannya cuma gula kaki dua berupa Princess Doro Petak (Keumbang Putih) dan Princes Doro Djinggo (Keumbang Beureum), sebagaimana masih saja diajarkan di SMP.

3. Monopoly Dagang Meritja kembali kedalam tangan fihak Islam, 1301 – 1339.
Pada tahun 1292, terjadi huru hara di Djawa Timur. Keradjaan Singosari musnah. Keradjaan Kediri timbul. Keradjaan Kediri musnah pula. Keradjaan Modjopahit timbul. Akibatnya di daerah Kuntu Kampar di Minangkabau Timur, ketinggalan sesuatu Tentara Singosari tanpa Mother Country. Seperti Tentara Xenophon di Mesopotamia. Tidak pula mau tunduk kepada Keradjaan Modjopahit.
Pada tahun 1301, Tentara Kesultanan Aru Barumun merebut daerah Kuntu Kampar dari tangan Tentara Singosari, yang ketinggalan disitu. Tanpa izin akan tetapi juga tanpa gangguan dari Kesultanan Samudera Pasai karena : Pada tahun 1297 Keradjaan Modjopahit sudah merebut dan menduduki Kesultanan Perlak. Resiko : Keradjaan Modjopahit pasti mesti datang membanting Kesultanan Aru Barumun, dan merebut daerah Kuntu Kampar. Look out !!
Kesultanan Aru Barumun mendirikan Kesultanan Kuntu Kampar, berupa Vassal Sultanate bawahan Kesultanan Aru Barumun. (Seperti Kesultanan Atjeh mendirikan Kesultanan Indrapura, berupa Vassal Sultanate bawahan Kesultanan Atjeh). Lihat nanti : Titik VIII.


4. Monopoly Dagang Meritja kedua Kalinya direbut oleh pihak Hindu Djawa, 1339.
Keradjaan Modjopahit menjadi maritim sangat kuat, dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364). Untuk Keradjaan Modjopahit, Monopoly Dagang Meritja sama pentingnya seperti untuk its predessessor Keradjaan Singosari. Akan tetapi : Untuk Keradjaan Modjopahit, perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara, merupakan latent yang jauh lebih besar daripada untuk Keradjaan Singosari. (Lihat : Lampiran XXVII). Perdana Menteri Gadjah Mada bersumpah, sebagai berikut : Sekaligus, merebut Monopoly Dagang Meritja, dan memusnahkan semuanya pemerintahan Islam di Kepulauan Nusantara !!

Pada tahun 1339 Armed Forces Mojopahit dibawah commando Prince Adityawarman, merebut dan memusnahkan Kesultanan kuntu Kampar. Monopoly Dagang Meritja untuk kedua kalinya direbut oleh pihak Hindu Djawa. Lepas dari tangan pihak Islam, hingga mereka sesudah tahun 1500 timbul Kesultanan Atjeh dan Kesultanan Banten.

Tahun itu juga, Armed Forces Modjopahit menyerang Kesultanan Aru Barumun. Yakni : Pada tahun 738 H (1339 M). Gagal !! Lihat : Lampiran XX dan Lampiran XXVII.

5. Extra perihal : Keradjaan Pagarruyung, 1339 – 1804.
Lihat : Bagian 10 titik, perihal : Pagarruyung Massacre, 1804. Keradjaan Pagarruyung sangat cherished di dalam dongeng-dongeng Minangkabau. Dan juga di dalam dongeng-dongeng Mandailing. Indah permai dihias dengan aneka warna mythologic nonsense !!

Pada tahun 1339, Keradjaan Modjopahit benar cukup kuat untuk memusnahkan Kesultanan Kuntu Kampar dan Keradjaan Silo. (Lihat : Lampiran XVI). Akan tetapi : Keradjaan Modjopahit gagal memusnahkan Kesultanan Aru Barumun dan Kesultanan Sumadera Pasai. Lihat : Lampiran XXVII). Akibatnya : Prince Adityawarman berani mengkhianati terhadap Keradjaan Modjopahit, terhadap King Hayam Wuruk dan Perdana Menteri Gadjah Mada. Prince Adityawarman self-made menjadi King Adityawarman, King Of Pagarruyung. 1339 – 1376. Itulah asal mulanya Keradjaan Pagarruyung Minangkabau yang ber-Agama Hindu Djawa.

Setelah wafat Perdana Menteri Gadjah Mada, maka : Weakened and degenerated Keradjaan Modjopahit sekali lagi mati-matian hendak merebut Monopoly Dagang Meritja di daerah Kuntu Kampar. Akan tetapi : Tentara Modjopahit dimusnahkan oleh Tentara Pagarruyung di dalam Pertempuran Padang Sibusuk 1409. Lihat : Lampiran XXIII. Akibatnya sebagai berikut :
1339 - 1409 : Centralised Power di Alam Minangkabau ada di dalam tangan Radja-radja Pagarruyung, yang adalah Javanese Foreigners tanpa Adat Matriachy, dan ber-Agama Hindu Djawa.
1409 – 1804 : Centralised Power no existent di Alam Minangkabau. Kepala Adat Matriarchy and infinitum dan ad ridiculum mempertentangkan pemerintahan local, sekampung dan seluhak. Bikin jengkel Tuanku Nan Rentjeh. Lihat bagian 10.
1339 – 1581 : Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau ber-Agama Hindu Djawa.
1581 – 1804 : Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung Minangkabau ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Akan tetapi : Tidak cukup kuat untuk merebut Centralised Power, lepas dari tangan Kepala Adat Matriarchy di Alam Minangkabau.

Conclusion : Walaupun ada seorang Yangdipertuan Radja Alam Minangkabau yang memakai gelar “Sultan Alif” akan tetapi : Kesultanan Pagarruyung Minangkabau never been dengan Centralised Power di dalam tangan Sultan, di dalam tangan satu orang saja.
1409 – 1804 : Keradjaan Pagarruyung Minangkabau hanyalah ornamental. Lihat : bagian 10. Terutama dimaksud berupa symbol dari Kesatuan Minangkabau, untuk daerah Rantau seperti Daerah Negerisembilan.


VIII. 4 Orang Sultan-sultan Kuntu Kampar.
Didekat kampung Kuntu. Resident Poortman berhasil in deciphering nama-nama dari 4 orang Sultan Kuntu Kampar, dari kuburan Sultan yang located oleh Resident Westenenk. Yakni sebagai berikut :
1. Sultan Said Amanullah Perkasa Alam.
2. Sultan Rasjid Karim Perkasa Alam.
3. Sultan Ibrahim Saleh Perkasa Alam.
4. Sultan Djohan Alim Perkasa Alam.
Repeat : Mereka bukanlah hereditary Sultans, akan tetapi : Titulary Sultans yang non hereditary bawahan Kesultanan Aru Barumun. (Seperti para Yangdipertuan Radja Negerisembilan, sebelum tahun 1804 adalah non hereditary Governors General bawahan Keradjaan Pagarruyung).

Merekalah yang bertempat kemudian samar-samar masuk kedalam “Tambo Minangkabau”. Disangka Sultan dari “Iskandar Zulkarnain Dynasty”. Pandai Resident Poortman !! Repeat : Tidak ada asap, tanpa api. Benar bahwa ada Sultan-sultan di Minangkabau, sebelum Keradjaan Pagarruyung !!

IX. Phantasy Dari Sultan Mali Ul Mansur Corruptor Sejarah.
1. Sultan Djohan Djoni (Sultan Daya Pasai Jang Pertama) claimed to be descendant of Alexander The Great.
2. Sultan Alwi Al Kamil dan Sultan Bahaudin Al Kamil (Sultan Daya Pasai Jang Ketiga dan Jang Keenam) adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW lewat Imam Sji’ah VII. Lihat : Lampiran XXV.
3. Sultan Malik Us Saleh (Sultan Samudera Pasai Jang Pertama adalah seorang cannibalistic and tattooed Batak Gajo dari Nagur yang lahir pagan. Terkenal pula suka makan cacing !!
4. Sultan Malik Ul Mansur (Sultan Aru Barumun Jang Pertana, lahir Islam, walaupun Ayahnya (Sultan Malik Us Saleh lahir pagan. Lagi pula : Ibunya adalah Putri Ganggang Sari seorang Putri Persia dari Kesultanan Perlak, dan : Isterinya adalah Putri Nur Alam Kumalasari seorang Putri dari Al Kamil Dynasty.

Sultan Malik Ul Mansur tentulah malu, mengaku keturunan dari Batak Gajo cannibals dari Nagur. Itulah sebabnya maka : Sultan Malik Ul Mansur mengadakan history corruption (pemalsuan sejarah), yang di dalam Sejarah Indonesia, cuma ada taranya didalam. Babad Djawi. Yakni perihal keturunan dari Kiai Gede Pamanahan. How ??
1. Iskandar Malik katanya adalah Putra dari Sultan Ibrahim Djani (Sultan Daya Pasai Jang Kelima). Iskandar Malik masih anak kecil, katanya kidnapped oleh tattooed and pagan-pagan orang Batak Gajo dan dibawa ke Nagur. Disitu dia tidak eaten-up, akan tetapi : Dia tattooed dengan tanda-tanda dari Putra Radja Marga Silu. Namanya diganti dengan “Marah Silu” (Chief dari Marga Silu).
2. Sangat pandai Sultan Malik Ul Mansur menjungkir balikkan sejarah !! Katanya lagi : Sultan Malik Us Saleh The Tattooed Sultan (Iskandar Malik=Marah Silu) sebenarnya adalah Putra dari Sultan Ibrahim Djohan Djani (Sultan Daya Pasai Jang Pertama). Lewat Sultan Djohan Djani, Sultan Malik Ul Mansur katanya adalah keturunan dari Iskandar Zulkarnain !! Puas. Very Clever.

Sultan Said Amanullah Perkasa Alam (Titulary Sultan Kuntu Kampar Jang Pertama) adalah seorang Putra dari Sultan Malik Ul Mansur. Dia sangat sombong, dan sangat parah menindas penduduk asli Minangkabau. Lebih parah lagi daripada Ayahnya, dia tidak mau mengaku keturunan dari cannibalistic and tattooed orang Batak Gajo. Akibatnya : Sultan Said Amanullah Perkasa Alam introduced “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty” di Alam Minangkabau !! QED Pandai Resident Poortman. Puas Resident Westenenk.

Mythos tetap mythos, dimana hanyalah ada 2% fakta sejarah yang terbenam di dalam 98 % mythologic ornamentations. Di dalam hal “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, benar bahwa 1301 – 1339, ada Sultan (Radja Islam di Minangkabau Timur, sebelum Keradjaan Pagarruyung Jang ber-Agama Hindu Djawa, 1339 – 1581. Thar’s all to it. No more.

X. Kuburan-kuburan Sultan di Kampung Kuntu.
Pada tahun 1927, Resident Poortman mengadakan Survey (Fieldwork Fact Finding), perihal kuburan Islam dating from before 1339, yang di waktu itu masih sangat banyak di rimba-raya Minangkabau Timur. Di sekitar Bangkinang di tepi Sungai Kampar Kanan, Resident Poortman menemukan Kuburan Islam yang tertua di Minangkabau. Yakni : Dating from 521 H (1128 M)
Di dekat kampung kunta di tepi Sungai Kampar Kiri, Resident Poortman menemukan 90 kuburan Islam. 12 diantaranya, masih dapat deciphered oleh Resident Poortman. Termasuk 4 kuburan Sultan-sultan. Di kampung Kuntu, Resident Poortman menemukan pula ruins dari sesuatu Mesjid yang buatannya sangat kuat dari batu pualan.

Oleh penduduk asli setempat ruins Mesjid dan kuburan Sultan yang di Kuntu Kampar itu, sedikitpun tidak dihiraukan !! Malahan disebutkan : “Kuburan Keling”. Rupa-rupanya masih ada Sarvivals, dari penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Sedangkan orang-orang Minangkabau Timur, kini adalah ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.

Karena Conjuncture Tinggi Dagang Karet sebelum tahun 1930, maka : Rimba raya di Minangkabau Timur dirubah menjadi kebun-kebun Karet Rakyat. Bukannya orderly rubber plantations, akan tetapi : Wild and dense rubber jungles. Penuh harimau-harimau karena : Celeng suka memakan biji-biji karet dan : Harimau suka memakan celeng. “Kuburan Keling” di Minangkabau berbahaya lenyap dibongkar oleh akar-akar pohon karet.

Lebih parah lagi, bahwa : Para penyadap pohon-pohon karet sering mengambil batu-batu dari “Kuburan Keling”, untuk digunakan membanting rubber slans, Batu-batu itu adalah batu pualam (marmar putih) : bekas import dari Gudjarat India. Di sebelah atas ada calligraphic Arabesques yang sangat indah. Akan tetapi : Di sebelah bawah masih ada ukiran-ukiran Hindu Shiwa !! Terang bahwa : Batu-batu Pualam itu berasal dari Hindu Temples di Gudjarat India.
Kuburan-kuburan Islam Mazhab Sji’ah di Minangkabau Timur, yang dating 1128 – 1339 : Perlu diselidiki oleh para Ahli-ahli Sejarah serta para Ahli Islamology Indonesia. Walaupun beliau itu ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i dan beliau itu : Orang-orang Islam Mazhab Sji’ah kira-kira dianggap “Kafir”. Haraplah beliau itu tidak seperti pendudukasli Minangkabau Timur, menggunakan istilah “Kuburan Keling”.

Agar supaya : Mudah-mudahan dilanjutkan usaha dari Resident Poortman 1927 – 1931, menyelidiki Kuburan Islam yang sudah ada di Minangkabau Timur sebelum Keradjaan Pagarruyung Minangkabau yang ber-Agama Hindu Djawa. Insya Allah terlaksanalah kiranya.

Lampiran 22

Mythos Menang Kerbau


“Mythos Menang Kerbau” malahan lebih cherished lagi oleh Brother from Minangkabau daripada “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty” yang sudah secara begitu brilliant selesai tackled oleh Resident Poortman. Why ?? Secara kertoboso (ethymology kanak-kanak). “Mythos Menang Kerbau” dapat menerangkan asal usul dari nama “Minangkabau”. Malahan poor Sister from Minangkabau pun turut korban, yakni : Tanpa salah pemeriksaan perkara, sudah di vonnis sangat berat. How ?? Harus pakai imitation tanduk kerbau yang benar sangat berat.
Mythos Menang Kerbau, isinya in a nutshell adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu Tentara Hindu Djawa memasuki Alam Minangkabau lewat Kiliran Djao (Javanese whetting stone).
Hal mana adalah historic benar malahan bukan cuma satu kali akan tetapi : Sampai tiga kali Alam Minangkabau dimasuki oleh Tentara Hindu Djawa. Yakni : Pada tahun 1289, 1339, dan 1409. Lihat : Lampiran XXI. Repeat : Untuk merebut Monopoly Dagang Meritja di tangan pihak Islam, Keradjaan Sngosari dan Modjopahit merebut daerah-daerah hulu Sungai Batanghari dan Kampar. Sambil lalu merebut pula daerah Central Minangkabau, yang terletak di dalam crescent antara Sungaidareh dan Pulau Lawan.

2. Pihak Minangkabau tidak cukup kuat, untuk membendung dan mengusir aggression hindu Djawa itu. As always very sly, pihak Minangkabau mencari akal, out-witting pihak hindu Djawa. How ?? Pihak Minangkabau menantang pihak Hindu Djawa, to come out di dalam pertandingan adu kerbau. Kerbau milik pihak mana yang menang pihak itulah yang seterusnya menguasai Alam Minangkabau. Pihak Hindu Djawa yang rupa-rupanya sangat bodoh, menerima tantangan dan menerima syarat. pIhak Hindu Djawa tentulah memasukkan seekor kerbau yang paling besar dan paling kuat, kedalam pertandingan Buffalo Contest. Pihak Minangkabau very clever mempertandingkan seekor anak kerbau, yang masih kecil, masih suckling, dan sehari semalam sengaja dilaparkan. Dipasangkan tanduk-palsu dari besi. Sambil wildly mencoba menyusu pada kerbau jantan milik pihak Hindu Djawa, anak kerbau milik pihak Minangkabau menebus perut dari kerbau milik pihak Hindu Djawa. Hip-Hip-Horay !! Pihak Minangkabau menang, pertandingan adu kerbau. Pihak Hindu Djawa sangat manis keluar dari Alam Minangkabau.

Very childish and very stupid !! Mustahil seorang Panglima Tentara Hindu Djawa, mau meninggalkan sesuatu daerah yang begitu jauh di pedalaman Pulau Andalas, dan yang baru saja dia rebut. Cuma karena kalah main adu kerbau, ataupun : Karena kalah main adu jangkrik ?? Pasti dia akan mati dipancung, atas perintah King Djoko Dolok (King Of Singosari) ataupun atas perintah Perdana Menteri Gadjah Mada (Premier Modjopahit). Siapa Panglima yang mau begitu tolol ?? Don’t tell me, Brother. Lebih makan di akal, bahwa Panglima Tentara Hindu Djawa itu, simply barbecued those two buffalos tanpa bayar. Who shouldn’t ?? Charcoaled buffalo sirloin steaks Bon Appetit !!

Seperti lazim di dalam semuanya mythos (termasuk “Mythos Siegfried”, termasuk “Mythos Remus Dan Romulus”), disitu benar mesti ada 2% fakta sejarah yang terbenam di dalam 98% mythoslogic ornamentations. In casu : Benar bahwa Tentara Hindu Djawa yang terakhir memasuki Alam Minangkabau, dipukul mundur keluar dari Alam Minangkabau. Yakni : Tentara Modjopahit, yang pada tahun 1409 dikalahkan oleh tentara Pagarruyung Minangkabau, di dalam Pertempuran Padang Sibusuk. (Lihat : Lampiran XXI titik VII). Itulah yang oleh Brothers from Minang, dikira a cosy Buffalo Contest. Quod non !! Repeat : Padang Sibusuk=The Stenchfield.

Selain daripada phonetic kebetulan sakali nama “Minangkabau” ethymologic sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertandingan adu kerbau. Tidak ada hubungannya dengan “Menang Kerbau”.

Nama “Minangkabau” adalah jauh lebih dahulu, daripada nama dari Keradjaan Singosari dan Keradjaan Modjopahit sendiri. Didapat oleh Resident Poortman sebagai berikut. Tentara Mesir Fathimiyah Dynasty pada tahun 588 H (1191 M), dipukul mundur dari sesuatu kampung bernama “Minangkabau”,oleh Tentara Darmasraya Djambi. Itulah sebabnya, maka : Pihak Islam di daerah muara Sungai Pasai hanyalah menguasai pepper production dari daerah hulu Sungai Kampar Kiri Kanan. Tidak pernah menguasai pepper production di daerah hulu Sungai Batanghari. Itulah sebabnya, maka : Akan kuburan Islam Mazhab Sji’ah dating from 1128 – 1339, di daerah Kuntu kampar. Tidak ada di daerah Batanghari, yang dari laut lebih mudah dicapai.

Tempat dari kampung yang bernama “Minangkabau” itu, located oleh Resident Westernenk : Antara kota Batusangkar (Fort van der Capellen) dan kampung Sungajang. Di sesuatu ladang yang terletak tinggi dan masih tegas kelihatan strategic letaknya.

Kampung “Minangkabau” itu, rupa-rupanya pada tahun 1191 tidak habis dimusnahkan. Hampir 200 tahun kemudian, nama “Minangkabau” turut didaftar buku Negarakertagama, selaku salah satu jajahan takluk dari Keradjaan Modjopahit.

Menurut dugaan dari Resident Poortman selaku “Batak Kenner”, kampung Minangkabau mustilah nama dari kampung asli Suku Bangsa Minangkabau. Seperti kampung Siandjur Sagala Limbong Mulana adalah kampung asli dari Suku Bangsa Batak. No use, membuang waktu pada speculations !!

Bagaimanakah lain-lain speculatons perihal ethymology dari nama Minangkabau ?? Seperti oleh Dr, van der Tuuk (Tuan Pandortuk, Lihat : Lampriran XIX), yang menduga bahwa “Pinang Khabu” artinya “Country Of Origin”. Parallel dengan “Dajeuh Kolot”. “Purwa Negara”.dsb.


Sonny Boy.
Kedalam buku ini, speculations tidak turut masuk. Just only facts yang acceptable untuk seorang Tukang Pelor. No more.


Hint untuk Brothers from Minang.
Better to Stop all speculations perihal ethymology dari nama “Minangkabau”. Why ?? Lebih banyak ruginya, daripada untungnya !! How ?? Sambil ribut nonsensical and childish ethymologies dari nama Minangkabau, maka : Brother from Minang sampai lupa menyelidiki Sejarah Minangkabau Sejarah Minangkabau secara exact berikut angka tahunan.

Lihat : Lampiran XXIX. Pada tahun 1939. Sutan Martua Radja sudah menyusun Daftar Angka-angka Tahunan Sejarah Batak. Disitu sangat banyak Angka-angka Tahunan yang diketemukan sendiri, oleh Sultan Martua Radja cs. sebaliknya : Orang-orang Minangkabau sendiri, tidak pernah menemukan satu pun Angka Tahunan Sedjarah Minangkabau Terlalu.

Lihat : Lampiran XV. Pada tahun 1914, Dr. Hussein Djajadiningrat sudah membuat analysa dan menulis “Critische Beschouwingen Over De Sejarah Banten”. Pada tahun 1928. Sultan Martua Radja sudah membuat analysa dan menulis “Critische Beschouwingen Over De Simalungun Bataksche Hedden Varhalen”. Sebaliknya : Brothers from Minang hingga ini hari, tidak ada satu pun yang sanggap membuat analysa perihal Mythos-mythos Minangkabau. Termasuk “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, “Mythos Menang Kerbau, Mythos Bundo Kanduang”, ”Mythos Tjinduah Mato”, “Mythos Si Malin Kundang”, “Tambo Minangkabau”. Repeat : Terlalu !!

Come on brothers from Minang. Go Ahead !! From now on analysa fakta sejarah yang sebanyak 2%. Terbenam di dalam 98 % Mythologic ornamentatios. Horas !!

Lampiran 23

Akibat Dari Pertempuran Padang Sibusuk 1409


I. Ornamental Keradjaan Pagarruyung.
Lihat : Lampiran XXI titik VII, fatsal 5. Di dalam Pertempuran Padang Sibusuk 1409, separatistic Keradjaan Pagarruyung mengalahkan Tentara Modjopahit yang hendak kedua kalinya merebut pepper producing daerah Minangkabau Timur. Akan tetapi kemenangan yang gilang-gemilang itu menjadi Pyrrhus Victory untuk Keradjaan Pagarruyung. How ?? Pada waktu Cavalry Pagarruyung mati-matian bertempur melawan Marines Modjopahit yang numeric jauh lebih kuat, pasukan-pasukan rakyat dari penduduk Minangkabau asli menyerang dan membumi hanguskan ibukota dari Keradjaan Pagarruyung di Batusangkar. Why ?? Orang Minangkabau suka Matriarchalistic Democracy dimana ribuan kepala adat turut bicara, tidak suka Hindu Javanese Absolutism di dalam tangan satu orang Radja saja yang Patriarchalistic pula.

Repeat : Sejak King Aditywarman. Keradjaan Pagarruyung 1339 – 1409 sangat kuat mempunyai Central Government. Sejak Pyrrhus Victory Padang Sibusuk, Keradjaan Pagarruyung 1409 – 1804, tinggal ornamental. Tolerated oleh Kepala Adat Matriaechy Minangkabau, hanya untuk Symbol of unity di daerah-daerah rantau, akan tetapi : Tanpa Armed Forces !!

Sejak Sultan Alif pun, Keradjaan Pagarruyung yang 1581 – 1804 ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah tetap saja curtailed oleh Kepala Adat Matriarchy Minangkabau, dan tetap tinggal ornamental. Oleh mereka tidak diizinkan menjadi Kesultanan dengan Central Government di dalam tangan satu orang Sultan saja.

Ornamental Keradjaan Pagarruyung tanpa Armed Forces menjadi easy prey untuk Hambali fanatics, di dalam Massacre Pagarruyung dan Sexual Orgy Buo pada tahun 1804. Lihat : bagian 10, titik 4.


II. La Chute Du Royaume De Modjopahit.
Tidak diinsyafi oleh wishful thinking Ahli Sejarah Indonesia, bahwa : Debacle Padang Sibusuk 1409 itulah lonceng mati untuk Keradjaan Modjopahit yang 1331 – 1364 begitu kuat dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada. Keradjaan Modjopahit mempunyai potency dalam negeri, yang sama seperti Keradjaan Singosari with its Pamalayu Expedition. Tidak pernah potency dalam negeri yang begitu besar, ada pada sesuatu Keradjaan ataupun Kesultanan diluar Pulau Djawa di Kepulauan Nusantara. Potency dalam negeri termasuk recruits untuk Armed Forces.
Tidak diinsyafi oleh wishful thinking Ahli Sejarah Indonesia, bahwa : Kesultanan Aru Barumun yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, itulah adversary yang terbesar dari Keradjaan Modjopahit yang kafir. Buktinya dikumpulkan oleh Sultan Mertua Radja sebagai berikut :

1. Sultan Firman Ul Karim.
Lihat : Lampiran XX titik 2, betapa fanatic Kesultanan Aru Barumun dibawah pimpinan Sultan Firman Ul Karim pada tahun 738 H (1339 M) bertahan terhadap aggression Modjopahit, di zaman Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364) himself.

2. Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir.
Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir disebutkan dalam “Sejarah Melaju”, selaku Laksamana Kesultanan Malacca (1383 – 1511) yang gagah perkasa menyerang Armed Forces Perdana Menteri Gadjah Mada, di perairan Pulau Djawa sendiri !!
Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir tersebut di dalam annals Kesultanan Aru Barumun (1299 – 1512), selaku Laksamana Aru Barumun yang di dalam periode 741 – 767 H ( 1341 – 1365 M) : Mengamankan Kesultanan Aru Barumun bebas seluruhnya dari aggression Modjopahit yang kafir dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada dan yang sanggup pula : Merebut Muar Malaya dari tangan Armada Siam serta selama 15 tahun berkuasa disitu.
Pertanyaan : Mana yang benar ?? “Sejarah Melaju” kah ?? ataukah annals Kesultanan Aru Barumun kah ??
Dijawabnya : Di waktu pemerintahan Perdana Menteri Gadjah Mada, Kesultanan Malacca belum pun ada !!
Conclusion : Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir berdua adalah Laksamana Kesultanan Aru Barumun !! Selama berkuasa mereka berdua itu, Selat Malacca bebas dari aggression Modjopahit yang kafir. Catatan : Di Djakarta diadakan “Djalan Sultan Firman Ul Karim”. Karena Sultan Firman Ul Karim, Sultan Aru Marumun 1336 – 1361, itulah yang memungkinkan perjuangan dari para bawahannya Laksamana Hang Tuah, Laksaman Hang Lekir dan Captain Hang Djebat.

3. Sultan Hussin Dzul Arsa.
Keradjaan Modjopahit yang kafir membumi hanguskan Mesjid-mesjid sebagai berikut : Di Perlak 1295, di Kuntu Kampar 1339, di Aru Barumun 1339 dan di Tamiang 1339. Tidak pernah dima’afkan ataupun dilupakan oleh Sultan Aru Barumun.
Setelah Pertempuran Padang Sibusuk, maka : Modjopahit Navy pada tahun 813 H (1409 M) berlabuh di estuary Sungai Bila Barumun, untuk menyerang its arch enemy Kesultanan Aru Barumun. Sultan Hussin Dzul Arsa (Sultan Aru Barumun Jang Ketudjuh) tidak kalah fanatic kepada Sultan Firman Ul Karim (Sultan Aru Barumun Jang Ketiga), di dalam hal menentang aggression Modjopahit yang kafir.
Ceritanya : Wanita Islam Mazhab Sji’ah di Kesultanan Aru Barumun, berdayung-dayung di sampan menyerang dan membakari kapal-kapal Modjopahit Navy yang anchored di estuary Sungai Bila Barumun. Menjadi terang benderang “Laut Air Tawar” yang begitu maha luas, di malam gelap gulita. Gagal serangan Modjopahit Navy atas Kesultanan Aru Barumun !!
Weakened Modjopahit Navy pergi berlayar, dan berlabuh di muara Sungai Padang untuk menyerang Keradjaan Dolok Silo serta Keradjaan Raya Kahean, peninggalan Keradjaan Singosari yang sudah menjadi Keradjaan Batak Simalungun, yang tidak pernah mau tunduk kepada Keradjaan Modjopahit. Disitu pihak Modjopahit mudah saja mendarat dan menduduki Kesjahbaran Bandar Kalipah (yang di waktu itu adalah bawahan Kesultanan Sumadera Pasai). Di bukit tempat kota Tebingtinggi yang sekarang, orang Modjopahit masuk perangkap !! Seluruhnya exterminated oleh combined forces : Marines Samudera Pasai, Cavalry Raya Kahean, Infantry Dolok Silo, yang waiting in ambush.
Pihak modjopahit yang sudah berturut-turut tiga kali kalah, masih saja belum mau pulang di Pulau Djawa. Modjopahit Navy dari muara Sungai Padang pergi up North, dan berlabuh di muara Sungai Pasai. Pada tahun 1409 itu, ibukota Kesultanan Samudera Pasai sedang diduduki dan dirampok oleh tattooed and cannibalistic orang Batak Gajo, pagans dari Nagur dan Bakoi. Mereka puntang-panting kembali ke their hide-outs di pegunungan Bukit Barisan.
Pihak Modjopahit mudah saja mendarat dan menguasai ibukota Kesultanan Samudera Pasai. Terjadilah disitu perampasan war-loot dan sexual orgies, oleh nak buah Modjopahit Navy yang sudah satu tahun terpaksa stock piling male potencies. Korbannya tentulah wanita-wanita Islam Mazhab Sjafi’i, yang di Kesultanan Sumadera Pasai rupa-rupanya jauh lebih jinak daripada wanita Islam Mazhab Sji’ah di Kesultanan Aru Barumun. Orang-orang Modjopahit lupa daratan dan lupa lautan.
Ke muara Sungai Pasai, kebetulan sekali datang Armada Tiongkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo. Singgah untuk mengambil air minum, en-route to Sri Langka sekuat 200 kapal-kapa djung dan 30.000 Marines on board the ships. Laksamana Hadji Sam Po Bo naik gas melihat orang-orang Modjopahit yang kafir. Sedang asyik menjarah di Kesultanan Samudera Pasai dan menikmati wanita Islam disitu. Modjopahit Navy seluruhnya dimusnahkan oleh Armada Tiongkok Ming Dynasty di muara Sungai Pasai.
Finished Modjopahit Navy. Finished oversea Imperialism dari Keradjaan Modjopahit. Finished rintangan oleh Keradjaan Modjopahit yang kafir, atas perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara. Syukur Alhamdulillah Allahu Akbar.

III. Survival dari Marah Silu Dynasty.
Sejak ravage pada tahun 1409, Marah Silu Dynasty tidak lagi memerintah di Kesultanan Sumatera Pasai. Their own-kins, yakni : Tattooed and cannibalistic orang-orang Batak Gajo, pagans dari Nagur dan Bakoi : Rebut-rebutan gantian menjadi “Sultan”, walaupun usurpators itu tidak pun benar ber-Agama Islam. Gantian pula rebut-rabutan menikmati di tanah dan Princesses Of Samudera Pasai, as reported di dalam innals Tiongkok Ming Dynasty.
Marah Silu Dynasty diteruskan di Pulau Djawa oleh Prince Sjarif Hidajat Fatahillah (Sunan Gunung Djati). Survivals dari Marah Silu Dynasty, kini ada di Tjirebon berupa : Keluarga Kesultanan Kesepuhan, Keluarga Kesultanan Kanoman, Keluarga Ketjirebonan dan Keluarga Keprabon. Lihat :Lampiran XXXI.

Lampiran 24

तित्लेस दी केराद्जान प्तित्लेस दी agarujung
Dari correspondence antara Yang dipertuan Ali Alam Sjah (यांग dipertuan Radja Negeri Sembilan Malaya, 1803 – 1832), serta Sir Thomas Stamford Raffles, Resident Poortman menjalin sedikit titles yang terpenting, dari ratusan titles yng 1800 ada di dalam Keradjaan Pagarruyung on the decline. As always pada sesuatu powerless and declining Monarchy, tentulah di Keradjaan Pagarruyung pun ada sangat banyak honorific titles yang kosong.
I. 3 Orang Radja Nan Tigo Selo.

II.

1. Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung.
Bertempat tinggal di Gudem, Yangdipertuan Radaja Alam Pagarruyung yang terakhir, namanya : Yangdipertuan Arifin Muning Alam Sjah. Dialah yang pada tahun 1804 luput dari Massacre Pagarruyung, dan pada tahun 1832 lewat Kolonel Elout menjual Alam Minangkabau kepada Pemerintah Kolonial Belanda.

Catatan :
Oleh orang Inggris yang 1600 – 1700, lewat Kuantan datang audince ke Rayol Residence Pagarruyung, para Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung disebutkan : “The Emperors Of Menangcabao”. Alasan untuk Yangdipertuan Ali Alam Sjah, ingin menjadi “Sri Maharadja Di Radja Of Menangcabao” bawahan Inggris.

2. Radja Ibadat.
Bertempat tinggal di Sumpur Kudus. Tuanku Mufti (Cardinal) dari Agama Islam Mazhab Sji’ah di Minangkabau. Juru kunci dari makam keramat kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus, yang hingga tahun 1804 merupakan tujuan dari Upacarah Basapah di Minangkabau.

Catatan:
Kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus pada tahun 1804 dicungkil dan dihilangkan tanpa bekas, atas perintah Tuanku Lintau. Sejak tahun 1821 hingga tahun 1942, kuburan Sjech Burhanudin III di Ulukan Pariaman menjadi tujuan Basapah, untuk orang-orang Minangkabau yang tetap setia kepada Agama Islam Mazhab Sji’ah. Sangat dikecam oleh orang-orang Minangkabau yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang kini merupakan majoritas. Kebetulan sekali, Sultan Alif dan Sjech Burhanudin III berdua wafat di Bulan Sjafar, bulan ziarah ke makam Hassan dan Hussin untuk orang Islam Mazhab Sji’ah Aliran Karmatiyah. Oleh mereka dianggap pengganti Rukun Islam kelima, karena terlalu berbahaya pergi ke Mekkah.

3. Radja Adat.
Seorang wanita, yang bertempat tinggal di Buo. Referred to being “The Living Bundo Kanduang”. Symbol bahwa Adat Matriarchy sudah infiltrated masuk kedalam Keluarga Radja Pagarruyung, yang ber-adat Patriarchy karena keturunan dari Hindu Javanese Kings.

4. Extra : Yangdipertuan Radja Naro.
Seorang bekas Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung, yang entah karena apa, diturunkan dari tahta oleh powerful Baso Nan Ampeq Balai. Berupa compensation, Putranya (Yangdipertuan Ali Alam Sjah) oleh Basi Nan Ampeq Balai ditunjul menjadi Vice-Roy Negerisembilan Malaya. Nasib munjur !!


III. 4 Orang Baso Nan Ampeq Balai.
Bukan anggota dari Keluarga Radja Pagarruyung, seperti 3 orang Radja Nan Tigo Selo tersebut tadi, akan tetapi : Orang-orang Minangkabau asli dan ber-adat Matriarchy. Sejak Pyrrhus Victory Padang Sibusuk 1409, dipaksakan oleh penduduk asli Minangkabau disamping Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung, seperti Magna Charta dipaksakan kepada The King Of Englann. Mereka berempat de-facto memegang segala executive power di dalam Keradjaan Pagarruyung, karena mereka merupakan Menteri Inti, dan merupakan Judges Of The High Court pula. Karena mereka berempat membagi pula supervision atas daerah rantau di keempat penjuru angin, maka : Finances di Keradjaan Pagarruyung pun dikuasai oleh Baso Nan Ampeq Balai.

Catatan:
Pada tahun 1513, seluruh daerah rantau antara Indrapura dan Meulaboh di pantai Barat Pulau Andalas, dijual kepada Sultan Ali Mukajat Sjah Sultan Atjeh, oleh Baso Nan Ampeq Balai. No Comment !!

5. Puan Gadang di Batipuh (Wanita).

6. Machudum di Sumanik.

7. Titah di Sungaitarab.

8. Indomo di Suroaso.


IV. Menteri di dalam Keradjaan Pagarruyung

9. Bandaharo Nan Kuning.
Menteri Dalam Negeri dibawah Indomo. Juru bicara dari Adat Bodi Tjaniago

10. Bandaharo Nan Putih.
Menteri Luar Negeri dibawah Titah. Juru bicara dari Adat Koto Piliang.

11. Sulung Bandang.
Attorney General dibawah Puan Gadang.

12. Madjolelo (Maharadjolelo).
Hangman (Algodju) dibawah Machudum.

13. Pajung Pandji.
Lord Privy Seal (SEKDJENNEG) dibawah Titah.

14. Perpatih Bunian.
Lord Of The Exchecquer (TESDJENNEG) dibawah Machudum.

15. Sejumlah Tumenggung.
Roving Ambassador dibawah Bandaharo Nan Putih.


V. Princely Dignitaries.

16. Yangdipertuan Radja Negeri Sembilan Malaya.
Vice-Roy di Negerisembilan Malaya. Non hereditary Governor.

17. Yangdupertuan Radja Muda.
Semula title dari Vice-Roy Indrapura. Menjadi honorific title yang kosong di Gudam.

18. Daulat Radja Yangdipertuan.
Semula title dari Vice-Roy Pariaman. Menajdi idem.

19. Yangdipertuan Perang Bustami.
Semula title dari Panglima Angkatan Bersenjata. Menjadi idem.

20. Yangdipertuan Radja Munang.
Vice-Roy Pasaman. Semula di Air Bangis. Kemudian di muara Kiawi. Karena sejak 1513, Air Bangis berturut-turut dikuasai oleh pihak Atjeh dan pihak Belanda.


VI. Local Chiefs Promoted Vice Roy’s.
Bukan orang Minangkabau bukan anggota Keluarga Radja Pagarruyung. Kebanyakan mereka adalah robber barons, yang very sophisticated membeli title dari far-away Keradjaan Pagarruyung. Hal mana sedikitpun tidak ada resiko, karena Keradjaan Pagarruyung tidak punya Angkatan Bersenjata. Mereka paling doyan surat pengangkatan yang dibubuhi cap kepala sembilan (Tjap Keradjaan Pagarruyung. Sedangkan mempunyai Surat Rakata dari Sultan Atjeh, sangat berbahaya jika Vice-Roy yang bersangkutan tidak tunduk. Mereka paling bangga mendapat seorang Pagarruyung Princess.

21. Yangdipertuan Permuhunan (Patuan Parmuhunan).
Vice-Roy Batang Natal, berkedudukan di Aek Na Ngali. Orang Batak dari Marga Nasution. Sejak tahun 1581, turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Patuan Parmuhunan Yang Terakhir, mati pahlawan di dalam Pertempuran Muarasipongi 1816. Patuan Parmuhunan Yang Pertama, pada tahun 1581 mendapat seorang Princess Of Pagarruyung di Mandailing, di dalam “Mythos Si Baroar”. “Mythos Si Bakkkua”, “Mythos Si Langkitang dan Si Baitang”.

Catatan:
Sultan Alif tidak kalah kepada Sultan Trenggono, di dalam hal alotting Princesses kepada barbaric dan kepada civilised local strong men, yang otherwise tidak dapat dijinakkan.

22. Tumenggung Depati.
Vice-Roy Kurintji. Hingga tahun 1804, turun temurun orang-orang Djawa Singosari, yang sejak Pamalayu Expedition (1275 – 1289), sanggup bertahan terus di Kerintji dan di Hulu Djambi. Dianggap Saudara Tua oleh Radja Pagarruyung yang semula ditahtakan oleh Tentara Modjopahit bawahan Prince Adityawarman.

23. Orang Kaya Setia.
Vice-Roy Kampar. Sangat setia membelanjai Puan Gadis, dari kecil sampai dewasa. Karena : Isterinya adalah Fathers, Sister dari Puan Gadis. Karena military assistance dari Keradjaan terhadap Gerakan Islam Kaum Putih.

24. Tun Abdulgafur.
Vice-Roy Kuantan. Pada tahun 1805, melarikan diri ke Negerisembilan, dimana dia menjadi Menteri Luar Negeri.

25. Baginda Pamenan.
Vice-Boy Pasirpengarajan Rokan. Orang Batak dari Sibuhuan. Pada tahun 1811 mati dipancung oleh Tuanku Tambusai.

26. Baginda Soripada.
Vice-Roy Langgapjung Barumun. Orang Batak dari Gunungtua Batangonang. Mendapat seorang Pagarruyung Princess dari Yangdipertuan Radja Naro. Pada tahun 1816, decapitated oleh Tuanku Kotapinang.

27. Daeng Mangewang.
Vice-Roy Pagurawan. Orang Riow yang berketurunan Sulawesi de-facto Buccaneer, bajak laut. Pada tahun 1807 mati digantung oleh Angkatan Laut dibawah Captain Hare.

Catatan:
Di Pagarruyung begitu banyak war-loot, women, gold, and jewelries, sehingga : Captain Hare sendiripun menyeleweng. Dengan maha banyak war loot dia pergi bersembunyi di Pulau Cocos. Hidup Paradise On Earth, dengan wanita calon hadji bekas tawanan Daeng Mangewang, termasuk Harem dari Sultan Bandjarmasin.

28. Etc, etc. Masih ratusan banyaknya, titles bestowed oleh Keradjaan Pagarruyung on the decline.

Djula Djuli Bintang Tudjoh, Putchi Chatneu Husin Tuchon Dachi Kayangan

[Lampiran 25]


I. Al Kamil Dynasty, di sekitar Selat Malacca, 1128 – 1295

1128 – 1131.
Laksamana Abud Al Kamil memerintah di Kesjahbandaran Daya Pasai, bawahan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. (Lihat : Bagian 7, titik V). Laksamana Abdud Al Kamil adalah orang Arab dari Kerbela Irak, keturunan dari Nabi Muhammad SAW lewat Imam Sji’ah VIII (Kasim Al Kamil Ibn Sadik Ibn Bakir). Akan tetapi : The ruling class di Kesjahbandaran Daya Pasai, sebagian terbesar terdiri atas orang-orang Cambay Gudjarat.
Walaupun mereka semuanya ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, akan tetapi di kalangan upper ten Kesjahbandaran Daya Pasai : Dari semula sudah ada controverse, antara : Orang Arab Kerbela (yang very active menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah dikalangan penduduk asli), contra : orang-orang Cambay Gudjarat (yang sengaja membiarkan penduduk asli tinggal pagan, supaya lebih mudah dijajah seperti juga oleh slaves hunting, miniatur Sultans di pedalaman Afrika).

1168 – 1204.
Laksamana Kafrawi Al Kamil (Cucu dari Laksamana Abud Al Kamil) memerintah di Kesjahbandaran Daya Pasai. Lepas dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty yang sudah musnah. (Seperti Gubernur Djendral Hindia Belanda 1940 – 1942). Laksamana Kafrawi Al Kamil menempatkan Putra-putranya di tempat yang economic dan strategic sangat penting, sebagai berikut : Panglima Zulfiqar Al Kamil di pepper producing Minangkabau Timur dan Panglima Burhanudin Al Kamil di pepper transportation controling Aru Barumun.

1204.
Laksamana Djohan Djani (orang Cambay Gudjarat keturunan Iskandar Zulkarnain) merebut kekuasaan di Daya Pasai. Laksamana Kafrawi Al Kamil mati dibunuh. Panglima Burhanudin Al Kamil hidjarah ke Minangkabau Timur, mendampingi his Nephew Panglima Alwi Kamil (Putra dari Panglima Zulfiqar Al Kamil), supaya merebut kembali daerah muara Sungai Pasai. Laksamana Djohan Djani mendirikan Kesultanan Daya Pasai (1204 – 1285).

1204 – 1205.
Sultan Djohan Djani memerintah di Kesultanan Daya Pasai, selaku Sultan Daya Pasai Jang Pertama.

1207 – 1211.
Sultan Alwi Al Kamil memerintah di Kesultanan di Kesultanan Daya Pasai, selaku Sultan Daya Pasai Jang Ketiga. Untuk menjepit orang-orang Persia di Kesultanan Perlak, maka : Laksamana Faisi Al Kamil (Putra dari Sultan Alwi Al Kamil) ditempatkan di Pulau Kampai.

1252 – 1274.
Sultan Ibrahim Djani (Cucu dari Sultan Djohan Djani) memerintah selaku Sultan Daya Pasai Jang Kelima.



1274 – 1285.
Sultan Bahaudin Al kamil (Putra dari Laksamana Faisi Al Kamil) memerintah selaku Sultan Daya Pasai Jang Keenam (dan yang terakhir).
Sultan Bahaudin Al Kamil mendirikan Kesultanan Bandar Kalipah, bawahan Kesultanan Daya Pasai. (Seperti Kesultanan Indrapura bawahan Kesultanan Atjeh). Sultan Muda Muhammad Al Kamil (Putra dari Sultan Bahaudin Al Kamil) menjadi Tengku Mahkota Kesultanan Daya Pasai, dan menjadi second rate Sultan di Kesultanan Bandar Kalipah. (Seperti Crown Prince Inggris menjadi Prince Of Wales). Jelasnya : Sultan Bahaudin Al Kamil hendk menghentikan oligarchy dan mendirikan hereditary monarchy di Kesultanan Daya Pasai.

1275 – 1286.
Sultan Muda Muhammad Al Kamil memerintah di secord rate Kesultanan Bandar Kalipah dengan title "Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam”. Dibawah Ayahnya “Sultan Bahaudin Al Kamil Alam Sjah, Sultan Daya Pasai Jang Keenam.
Kesultanan Bandar Kalipah meliputi daerah Sumatera Timur antara Sungai Deli dan Sungai Asahan (yang kemudian menjadi Kesultanan deli Serdang dan Asahan). Disitu Sultan Muhammad Al Kamil very active membasmi Kegelapan Jahiliyah, serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Indonesia. Dia menjadi the legendary “Sultan Muhammad Sjah”, keturunan dari Nabi Muhammad SAW. pembawa Agama Islam (Mazhab Sji’ah) ke Sumatera Timur.
Catatan : Sultan Muhammad Sjah menjadi “Insan Al Kamil” (manusia yang sempurna) yang pertama di Kepulauan Indonesia. Dianggap Re-incarnation dari Sajidina Ali Ibn Abi Talib, menantu dari Nabi Muhammad SAW. Ideal “Insan Al Kamil hingga ini hari masih saja sangat berpengaruh di Kepulauan Indonesia.

1284 – 1285.
Kesultanan Daya Pasai kebetulan sekali at the same time, diserang dari laut oleh Armada Kesultanan Mesir Mamuluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, dan diserang pula dari darat oleh para pemberontak orang Batak Gajo dibawah pimpinan Marah Silu. Sultan Al Kamil mati dibunuh dan eaten up oleh tattooed and cannibalistic orang Batak Gajo. Dengan bantuan Laksamana Ismail As Siddik, Marah Silu menjadi Sultan Malik Us Saleh, Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama. Lihat : Lampiran XXI titik V.
Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam menyatakan dirinya Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah, Pretender Sultan Daya Pasai Jang Ketujuh.

1285 – 1297.
Sultan Malik Us Saleh memerintah selaku Sultan Samudera Pasai Yang Pertama. Very active menananmkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i, serta membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Indonesia di sekitar Selat Malacca.

1287.
Kesultanan Bandar Kalipah dimusnahkan oleh Armada Samudera Pasai, dibawah commando Laksamana Achmad Kiyatudin, Sultan Muhammad Al Kamil hidjrah ke Muar Malaya, dimana sudah sangat banyak emigrees. Yakni : Orang yang tetap Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah dan dikejar-kejar di Kesultanan Samudera Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.

1286 – 1295.
Kesultanan Muar Malaya.didirikan oleh Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah. Disitu pun dia very active membasmi Kegelapan Jahiliyah, serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Malaya. Disitu pun dia menjadi “The Legendary First Sultan”.


1293.
Armada Samudera Pasai dibawah commando Prince Malik Ul Mansur, di muara Sungai Barumun dimusnahkan oleh Armada Muar Malaya. Prince Malik Ul Mansur ditawan, dibawa ke Muar Malaya, dinikahkan dengan Putri Nur Alam Kumalasari Binti Sultan Muhammad Al Kamil. Walaupun dia Putra dari Sultan Malik Us Saleh, akan tetapi : Prince Malik Ul Mansur kembali ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.

1295.
Kesultanan Muar Malaya dimusnahkan oleh Armada Siam. Sultan Muhammad Al Kamil ditawan, dibawa ke Siam dan disitu dia wafat. Prince Malik Ul Mansur dan Putri Nur Alam melarikan diri ke Aru Barumun, yang sementara “Daerah Tidak Bertuan”.
Finished Al Kamil Dynasty yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, satu-satunya Dynasty di Indonesia, yang benar keturunan Nabi Muhammad SAW. Pernah memerintah di Kepulauan Indonesia selama 8 generations turun temurun. Para keturunan dari Imam Sji’ah VII, yang pada 183 H (799 M), mati diracun di Bagdad atas perintah dari Chlifatullah Harun Al Rasjid. Benar bahwa di dalam Sejarah Islam, Fathimiyah Dynasty serta Al Kamil Dynasty merupakan The Doomed Dynasties.


II. Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.
Sultan Muhammad Al Kamil selaku “Perkasa Alam” kehilangan Kesultanan Bandar Kalipah, dan selaku “Alam Sjah” kehilangan pula Kesultanan Muar Malaya. Walaupun demikian, namanya termansyur harum semerbak di sekitar Selat Malacca, hingga ini hari. Why ?? Nama dari Sultan Muhammad Al Kamil disitu hidup terus selaku “Sultan Muhammad Sjah The Legendary First Sultan Keturunan Nabi Muhammad SAW”. As legendary seperti King Istven di Hongaria, King Richard The Lion Hearted di Inggris, Kaisar Friedrich Barbarossa di Djerman.

Betapa banyaknya, total dongeng dihubungkan di Pulau Djawa kepada para “Wali Songo pembawa Agama Islam ke Pulau Djawa, begitulah banyaknya disekitar Selat Malacca dihubungkan dongeng-dongeng kepada “Sultan Muhammad Sjah, Pembawa Agama Islam ke Sumatra Timur dan Semenandjung Malaya”. Bagaimana di Djerman dipentaskan Siegfried membunuh Naga, begitulah di dalam “Sandiwara Rakyat Bangsawan” di sekitar Selat Malacca : Sultan Muhammad Sjah di pentaskan membunuh “Radja Afried Sani Perkasa” (Syimbol dari Kegelapan Jahiliyah).

Sultanah dari Sultan Muhammad Al Kamil adalah Putri Ratna Hussin, seorang Princes Of Kufah Iraq yang dari situ dijemput oleh sesuatu Delegation Kesultanan Daya Pasai. Seperti Sultan Muhammad Al Kamil sendiri. Putri Ratna Hussin pun adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW, yakni cucunya Sajidina Hussin Ibn Ali Ibn Abi Talib.

Putri Ratna Hussin turut ditawan dan juga wafat di Siam. Distu namanya maha tinggi dihormat antara lain berupa nama “Hotel Ratana Kosing”, sesuatu hotel swasta yang di Bangkok pegang peranan seperti “Hotel Indonesia” di Djakarta. Why ?? Para keturunan dari Sultan Muhammad Al Kamil dan dari Putri Ratna Hussin menjadi orang-orang Siam yang turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Menjadi Jewellers, Bankers, and Hoteliers. (Seperti Orang-orang Parsi di Bombay, India.

Putri Ratna Hussin katanya adalah an eye binding Arabian beauty, yang luar biasa pula tinggi badannya. Lebih tinggi daripada Sultan Muhammad Al Kamil. Malahan lebih tinggi daripada siapa pun.

Kesultanan Daya Pasai, Bandar Kalipah dan Muar Malaya. The towering beauty Putri Ratna Hussin, untuk rakyat jelata di sekitar Selat Malacca, menjadi “The Legendary Putri Ratna Hussin. Putri jang turun dari kayangan. Menjadi symbol dari”Islam Mazhab Sji’ah The True Faith Came Down From Heavens. Very realistic dipentaskan di dalam Sandiwara Rakyat Bangsawan, bersama Sultan Muhammad Sjah yang dipentaskan membasmi kegelapan jahiliyah.
Di dalam lakon : “Djula Djuli Bintang Tujuh Putri Ratna Hussin turun dari kayangan, heroin yang mementaskan peranan dari Putri Ratna Hussin, disebutkan “Sri Panggung (The First Lady, dan hero yang mementaskan peranan dari Sultan Muhammad Sjah Insan Al Kamil, disebutkan “Amak Muda” (The He Man). Untuk memuaskan para penonton, Sri Panggung tentulah mesti seorang wanita yang berbadan lebih tinggi daripada penonton !! Harus pula an eye blinding beauty. Bukan sembarangan. (Malahan Bintang Film Indonesia tidak ada satupun yang memenuhi syarat.

EntrĂ©e dari Sri Panggung masuk podium, very realistic disesuaikan dengan peranannya, selaku “Putri Ratna Hussin, Putri Jang Turun Dari Kayangan”. Caranya : Sambil duduk di atas wooden halfmoon, dengan tali-tali diturunkan dari loteng !! Sangat gemuruh disambut oleh para penonton yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dengan : “Allahu Akbar”. (Orang-orang Islam Mazhab Sjafi’i tidak mau menonton, dan tidak pula mau turut main Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.

Sri Panggung disambut oleh 4 orang Dayang-dayang (Ladies In Waiting), di dalam melody tanpa lyrics “Lagu Djula Djulu Tudjuh”, yang kemudian berkali-kalai transformad menjadi “Terang Bulan Terang di Kali”, dan menjadi “Bunga Raya” (Anthem Negara Malaya). Di dalam gay rhythm dari : “Petik Rambutan, Bungkus di Kain”, towering Sri Panggung serta her Ladies In Waiting bergembira ria frolicking di Alam bebas. Sesak nafas segala penonton melihat sekian banyak divine sex appeal ombang ambing in you can see.

Out of nowhere muncul “Radja Djin Afried Sani Perkasa” The Bad Ogre (Symbol dari Kegelapan Jahiliyah). Buyar segala Dayang-dayang Sri Panggung digondol kedalam “gua gelap gulita” (bolong di dalam layar), oleh Radja Djin sambil enak saja pegang sana pegang sini.

Up came Anak Muda sambil menyanyikan “Lagu Nasib”, deep in minieur mencari-cari his Putri yang sambil turun dari kayangan yang kepada dia dijanjikan pada sesuatu Malam Lailatul Kadar. Air mata berlinang-linang pada para penonton wanita, sangat terharu mendengar “Lagu-lagu Nasib”.

Dar/Dor/Dung. Dar/Dor/Dung. Gelap pempita suara long (merecon sebesar bitis) dipasang di belakang layar. Sambil pukul dada dan melepaskan yells seperti “Tarzan The Apeman”. Radja Djin keluar dari “gua gelap gulita”. Terjadilah dialogue antara Radja Djin contra Anak Muda, antara The Power Of Darkness contra The Power Of Light, antara Kegelapan Jahiliyah contra Agama Islam Mazhab Sji’ah. Untuk para penontan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dialogue itulah yang terpenting. Jangan salah sedikit pun pronounciation cakap Melayu Sultan. Jangan khilaf fakta-fakta sejarah Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandar Kalipah dan Kesultanan Muar Malaya.

Exploded “Lagu Radja Djin” (“The Stars Spangled Banner”), Lagu Kebangsaan Amerika Serikat !! terjadilah terrible fight, dimana Radja Djin dicekik mati oleh Anak Muda. Artinya : Kegelapan Jahiliyah dicekik mati oleh Agama Islam Mazhab Sji’ah.

Di dalam melody “Happy Days Are Here Again”, Sri Panggung keluar dari “gua gelap gulita”. Artinya : Agama Islam Mazhab Sji;ah mulai bersinar di sekitar Selat Malacca. Sambil “handje-pak” (berpegang-pegangan tangan), Sri Panggung dan Anak Muda menyanyikan lagu menutup dari Sandiwara Rakyat “Bangsawan”, yakni lagu “Suwar Suwer Kemuning” di dalam melody “Swallow In The Morning”.

He got Her !! Happy Ending. Tableau (turun layar). Para penonton puas pergi pulang para pemain mulai bergembira ria dengan Sri Panggung plus Dayang-dayang di belakang layar. Insiders only !! Sangat rugi Orang Islam Mazhab Sjafi’I, yang tidak pernah mau turut main “Bangsawan”.


III. Di Belakang Layar

A. “Em-en Club Sodom & Gomorra di Medan Kota Matsum.
Golden period dari sandiwara rakyat “Bangsawan”, adalah 1930 di Medan Kota Matsum, di “Deli TheDollar Land”. Taraf permainan sandiwara rakyat “Bangsawan di waktu itu sangat meningkat, karena : Peranan Pria sudah mulai dipegang oleh Amateurs yang turut main tanpa bayaran. Yakni : Oleh Tengku-tengku serta oleh Murid-murid HBS Medan. Seperti Javanese Princes turut main wayang wong. Peranan wanita masih tetap seluruhnya dipegang oleh para pemain professionals, yang turut main to make a living of it. Wanita terpelajar di waktu itu masih merasa shocking, naik panggung “Bangsawan”.

Para pemain wanita yang professional itu, semuanya recruited dari Eurasian Out-Cast Girls, yang di waktu itu cukup banyak ada di Deli Tobacco Plantations. Ayahnya Dutch Tobacco Planter, serta Ibunya “Nyai” (Wanita Djawa kuli kontrak yang sementara menjadi Temporary Housewife pada seorang Kulit Putih). Being Eurasian Girls, Sri Panggung serta calon-calon Sri Panggung (Dayang-dayang), mudah saja dapat dipilih yang berbadan luar biasa tinggi. Supaya memenuhi sjarat, bahwa : Sri Panggung selaku “Putri Ratna Hussin” harus badannya lebih tinggi daripada anak muda selaku “Sultan Muhammad Sjah”. Supaya Sri Panggung lebih tinggi pula badannya daripada semuanya para penonton.

Peranan Anak Muda dipegang oleh seorang Pemain Amateur, yang punya stage-name : “Sri Gendut Bindjey”. Dia seorang murid HBS Medan, yang di sekolah biasa disebutkan : “Uncle Sally”. Suaranya Alto, sangat merdu menyanyikan lagu nasib. Bikin terharu dan terguling segala janda muda di Medan Kota Matsum.

Medan Kota Matsum bukannya Kotapraja Medan, akan tetapi : Medan Sultan. As exclusive and as full of fun for insiders, seperti juga Djogdja Dalem Benteng.

Peranan Radja Djin dipegang oleh seorang pemain Amateur, yang punya stage-name : “Si Untjoq Siantach”. Diapun adalah seorang murid HBS Medan, yang semula turut kebawa oleh Pamannya yang cuma setahun lebih tua, yakni : Uncle Sally “Si Untjoq Siantach” punya suara Stentor yang maha dahsyat !!

Karena suara Alto serta suara Stentor yang benar tidak ada taranya, maka : Para penonton “Bangsawan” sangat tolerant, sebagai berikut.
1. Radja Djin naik podium pakai kaca mata. Never mind.
2. Anak Muda orangnya sangat gendut, 3 kali sebesar Radja Djin. Take it easy.
Permainan “Bangsawan” bukannya dibawakan di dalam Bahasa Indonesia yang diwaktu itu baru saja lahir di dalam majalah “Pudjangga Baru”, dan masih penuh “Hollandismen”. Permainan “Bangsawan” dibawakan di dalam : “Classic Court Malayan Language”, yang di Deli disebutkan : “Cakap Melayu Sultan”. Disitu “A” harus diucapkan “EU”. Yang paling sulit adalah “R”, yang harus diucapkan gutteral menjadi kira-kira “CH”. Tidakpun mungkin dituliskan dengan ejaan Bahasa Indonesia. Umpamanya : Turun=Tuchon. Dari=Dachi, Ratna=Chatna,dlsb.
Karena handicap pronounciation “Cakap Melyu Sultan”, maka : Cuma sedikit murud HBS Medan, yang acceptable turut main “Bangsawan”. Why ?? Murid HBS Medan yang bukan Belanda, hampir seluruhnya adalah orang-orang Batak. Entah karena apa, orang-orang Batak yang Kristen tidak sanggup pronounciation dari “Cakap Melayu Sultan”. Fakta !!

First Violin di panggung “Bangsawan” dimainkan oleh seorang tua yang sudah berusia 70 tahun. Dia senantiasa disebutkan : “ Tengku NN 1” saja. tengku NN 1 adalah seorang Uncle dari Tuanku Sri Sultan Deli !! Maecenas. Kaya raya. Pelindung sandiwara rakyat “Bangsawan”. Tengku NN 1 mambiayai para pemain-pemain professional wanita. Sejak mereka masih kampungan Eurasian Out Cast Girls, sampai mereka cukup groomed-up menjadi dayang-dayang serta glamoured-up menjadi Sri Panggung.

Para pemain Amateurs, yakni : Tengku-tengku muda remaja serta murid HBS Medan, sangat mewah pula dihadiahi oleh Tengku NN 1 dengan indeaux seperti : Tennis racket, Parker Pen, Arrow shirts, dlsb. Lagipula para pemain Amateurs Pria serta para pemain professional wanita sering dibawa week-end ke Brastagi dengan mobil Rolls Royce milik Tengku NN 1. Motor car yang lengkap dengan massive golden doorknobs serta turbaned Sikh driver. Mixed double calisthenics in Bastagi in cool climate.

Second Violin dimainkan oleh Dr. NN 2, seorang Tuan Dokter yang sudah agak lanjut usianya. Dia sangat bangga, bahwa dia katanya “Bekas Klepek” (bekas Eleve Dokter Djawa masih di Abad Ke XIX), dan juga bekas Jali-jali Street Fiddler di Kwitang of mellow iden times. Sanggup menggesek biola di bawah paha, di belakang panggung, di atas kepala sanggup menggesek biola yang orang lain pegang.

Dr. NN 2 serta Tengku NN ! masing-masing puyai veritable Stradiarius. Seperti Gypsies in Hortobagy Magyar Orszag, begitulah Dr. NN 2 very heated menggesek biola contra Tengku NN 1. Bukannya in harmony main duo, akan tetapi : In fabatic dog fight main duel !! Tantang menantang,. Kejar-kejaran. Pukul-pukulan menggesek biola dari musuh.

Duel on violins sangat banyak menambah bersemngat undulating lenggak-lenggok, ombang-ambing, atas bawah, muka belakang dari frolicking Sri Panggung serta para Dayang-dayang di atas podium. Dengan suara gemuruh supported serta diminta “bis”, oleh wild enthousiastic para penonton yang penuh sesak. Why ?? Dapat dimengerti oleh setiap manusia yang pernah melihat Sri Panggung.

Sri Panggung (21) adalah seorang half savage wildeat. A Eurasian Out-Cast Girl, yang dibesarkan di Tanah Karo Dusun oleh seorang Female Witch Doctor, dan tidakpun pernah mengenal ibu dan Ayahnya. An analphabetic barefeet Contessa. An eye blinding hillbilly beauty. Gorgeously curvaceous, profusely well stacked, and stunnigly voluptuous. Vespa waisted and sexy. Tinggi badannya benar pantas untuk peranan Putri Ratna Hussin, the towering Princess Of Kufah Iraq. Yakni : 5’ 10”=1.78 meter !! Bitte schon Meine Herrn.

Sri Panggung orangnya sangat kuat karena : Semasa kecilnya di Tanah Karo Dusun dia biasa menumbuk padi, dan biasa pula memotong kayu bakar dengan kampak. Iseng-iseng doang, Sri Panggung mudah saja mengangkat seorang murid HBS Medan tinggi diatas kepalanya seperti mempermainkan bayi.

Jika berjalan dan berdiri. Sri Panggung tetap regal dan erect. Karena : Semasa kecilnya di Tanah Karo Dusun, Sri Panggung biasa naik turun gunung, keluar masuk jurang dengan barang dagangan (seperti nangka dan kayu bakar), diatas kepalanya. Training yang barulah abad ke-XX ditiru untuk calon Mannequins. How ?? naik-turun tangga dengan buku diatas kepalanya. Sangat baik hasilnya.

Para pria yang pertama kali nelihat Sri Panggung, sering sampai lupa tarik nafas !! In extreme aw melihat an undulating profusion, melihat a geodetic extravagancy, airily wrapped in You Can See. Melihat para pria lupa tarik napas ?? sungguh !! Sri Panggung punya geodetic statistic adalah : 42” 28” 44”. Ngeri. Mendirikan bulu roma Just imagine : Fourty Two, Twenty Eight, Fourty Four. Sedangkan Misses Universe hanyalah averaging : 36 “ 24” 36”.

Being Eurasian,Sri Panggung adalah ivory blanc. A beatiful face in Greek profile. Glamoured-up sejak 3 tahun dia dipelihara oleh Tengku NN 1 untuk emergency landings.

Sri Panggung di dalam usia 19 tahun, pernah melahirkan seorang anak yang hanyalah menacapai usia 7 bulan. Justru karena sudah sekali, pernah melahirkan anak, maka : Sri Panggung di dalam usia 21 tahun adalah in prime condition. Ripened and rounded. Elastic and muscular. No superfluous fat. No maiden form falsies. No scruples. Sex hungry.

Habis main, the selected few dari para pemain serta the numerus clausus dari para penonton “Bangsawan”, princely di-tracter oleh Tengku NN 1. Midnight buffet seperti di Paris di belakang layar “Folies Bergeres” juga. Dari panggung “Bangsawan” jalan kaki pindah ke sesuatu guest house milik Tengku NN 1 nearby. Ikut serta Sri Panggung serta semuanya para dayang-dayang karena : Mendapat perintah halus dari Tengku NN 1. Ikut serta setengah lusin Lustige Witwen (janda-janda muda), karena : Oleh Alto-voiced Anak Muda dinyanyikan Lagu-lagu Nasib whispered in soft light. Directly funneled into their reclining ears. Ikut serta a lot of Ladies Of Noble Birth and of uncertain vintage. Suka rela just for the fun of it. Total 15 orang Pria serta 20 orang wanita. Majority adalah numeric di pihak wanita. Sedangkan sebenarnya : Battle hardened Sri Panggung (42” 28” 44”) serta 4 orang dayang-dayang (averaging 39” 26” 40”), berlima saja sudah de-facto majority, How ?? Easily sanggup membanting modar cuma 15 orang male victims, yang sebahagian terbesar adalah Tengku-tengku serta murid-murid HBS Medan yang masih muda remaja.

Di guest house milik Tengku NN 1 itu ada sesuatu ruangan tengah yang maha besar. Thickly wall-to-wall carpeted. No chairs. Arabian 1001 Night style, with just only cushions on the carpet. Disitulah diadakan midnight buffet party, Tengku NN 1 sedia car loads Sampin (Champagne = Botol-botol Pung Pang) in his guest house. Well fuelled dengan Sampin the duelling violinists lebih bersemangat lagi menggesek biola. They thunderrously struck “Geylang Si Paku Geylang, Geylang Si Chameu”, “Tjiq Awang”, “Bunga Teloch” dan lain-lain old Malayan folk songs yang sudah streamlined oleh Tengku NN 1, menjadi lebih nerve breaking daripada “Belly Dance Cairo”.

Ladies Of Noble Birth sudah terlebih dahulu menyediahkan makanan yang pantas untuk eager and war-spirited Ladies and Gentlemen. What ?? Rare and whole roasted lambs, lavishly seasoned dengan super classic aphrodisiacs, termasuk Jamur Belang !! Look out. Jika sedikit saja salah masak, maka : Jamur Belang adalah deadly poisonous . was.

Jika expertly dipersiapkan di dalam usus domba, maka : Jamur Belang menjadi : “The Delicatesse Of Venus On The Olympus”, delightful dainty, a caress to the throat, but itchy to the female body in top top secret places. Blackening-out the brains. A thousandfold multiplying libido. Transforming shy breast-feeding mothers, menjadi sex hungry harlots, as aggressive as high in season.

Jamur Belang sangat ill faned di dalam sejarah dunia, Why ?? Jamur Belang itulah the myterious driving power di belakang perversities Roman Scandals, perversities versal Virgins serta perversities Sodom & Gomorra !! Itu dia, Jamur Belang setiap hari pula dimakan oleh Ladies Of Noble Birth, bangsanya Ratu Messalina, Ratu Jezibel, Lucretia Borgia dan lain-lain semacam itu, dipersiapkan sengaja tanpa usus domba, Jamur Belang digunakan antara lain untuk meracuni Socrates Ahli Filsafat Yunani. Berupa execution hukuman mati, yang dia boleh pilih sendiri.

Sengaja atau tidak sengaja, semuanya hadirin wanita at midnight di guest house Tengku NN 1, sangat banyak memakan Sodom & Gomorra fuel, yang rasanya memang sangat enak. Akibatnya seperti digemari serta diperhitungkan oleh Tengku NN 1. How ?? Tengku NN 1 sudah tua dan sudah impotent. Tidak sanggup main kuat sendiri. Akan tetapi : Tengku NN 1 sangat menggemari tontonan : lain-lain orang yang main kuat en-masse. Seperti Kaisar Nero. Di belakang layar, sandiwara rakyat “bangsawan”, terjadilah : Roman Scandals In Modern Times. Seperti juga di Sodom and Gomorra, aggressive pushing power adalah seluruhnya di pihak eve !! All night long. Sampai habis didinginkan akibat dari Jamur Belang in rare roasted lambs. Cuma dapat didinginkan, dengan abundantly menggunakan male service.

Top-top-secretly itchy females tidak dapat menggaruk deep seated itch yang cepat sekali terasa burning, selama mereka masih berpakaian. Untuk melupakan inconvenient itch, semuanya top-top-secretly itchy females itu mulai solo dancing, di dalam gay rhythm dari “Geylang Si Paku Geylang, Geylang Si Chameu Chameu”. Twisting, swinging, and gyrating. Hal mana pada those poor Jamur Belang victims, hanyalah prepostorously akibatnya malahan sanagt memperbesar Libido serta menambah parah deep seated itch.

Big and strong Sri Panggung serta para Dayang-dayang menggendong para pria one by one semuanya terpaksa turut dancing. Karena sudah ada male partners in minority, maka : The females in majority yang sudah mulai lupa dunia karena Jamur Belang, fighting and screaming memperebutkan male partners. Hal mana pada mereka malahan melonjak-lonjak mengelorakan Libido. Pengaruh dari Jamur Blang blackening-out the brains pun mulai timbul. Akibatnya : Cancing females itu menjadi seluruhnya lupa dunia. Lupa segala batas sopan santun.

Chased-on oleh ducling Maestro contra Virtuoso, frenctically itchy and mentally blacked-out wanita korban Jamur Belang itu, mulai strip tease sambil dancing. Di dalam hefty staccato dari : “Hepta Hepta Hey, Hepta Hepta Ta”, pada setiap “Hey” dan pada setiap “Ta”, berterbangan ladies lingeries yang dilepaskan dan dilemparkan oleh savagely dancing wanita, Jamur Belang victims itu. Di dalam keadaan gelap mata, mereka in a jiffy sudah selesai stripped-off in loco motion. Battle happy in Eve’s costume, mentally blacked-out female Jamur Belang victims serentak pula menrkam their male partners pihak pria in a split second sudah selesai pula stripped off oleh yelling pihak wanita, howling crazy of burning and deep seated itch.

Tari-tarian menjadi : “Ronggeng In Nudist Camp In Sodom & Gomorra”. Gorgeously voluptuous in Eve’s costume, towering Sri Panggung ombang-ambing undulating menjanjikan : “Ai Tipang Tipang, Tipang Tolo Da Turang, Ai Tipang Tipang, Tipang Do”. Freely scratthing now burning red and stunningly swollen top-top-secrets. Diikuti singing, swinging, and scratching, oleh semua wanita korban Jamur Belang lain-lainnya. Tipang=gatal, di dalam Bahasa Kanak-kanak di Tanah Karo Dusun. Tipang Tolo=gatal sekali. “Ai Gatal Gatal Gatal sekali Ja Turang, Ai Gatal Gatal, Gatalnya.” QED. Begitulah asal mulanya lagu itu. Turang=Upiq=Butet, di dalam Bahsa Karo Dusun.
Dancing pihak Eve menyerang in close combat. Stante pede menggunakan mouse trapped pihak Adam untuk mendinginkan deep seated itch. Tari-tarian berlangsung terus berupa : Belly Dance In Sodom & Gomorra”. Sangat bergembira berlangsung di dalam war spirited rhythm dari lagu : Parbudjikkil, Parbudjekkel, Pardjambunan Di Tonga Tonga”, yang sangat fanatic dinyanyikan oleh obese Si Gedut Bindjey, sambil dia sendiri heftily disalag gunakan oleh Lustige Witwem, 3 lawan 1.

Pihak wanita kekurangan partners untuk male service. Pihak pria rebut-rebutan dijudo on the carpet oleh yelling, fighting, and crawling pihak wanita. Sangat memalukan untuk pihak Pria. Nightlong dibanting modar oleh insatiable pihak wanita. En-masse. On the carpet !!

Begitulah “Deli In The Gay Thirties”, mendekati Sodom & Gomorra. Sangat dinikmati oleh old and important Tengku NN 1. Walaupun dia sendiri, serta as old and as impotent Dr. NN2, tidak boleh turut stripped-off dan tidak boleh turut di judo on the carpet. Disitulah mulai the very excelusive “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum. Sponsored oleh well heeled Tengku NN 1 sendiri-sendiri. Heated dengan Sampin. Fuelled dengan Jamur Belang.

Tidak dihiraukan oleh Tengku NN 1, sesudah fakta yang sangat parah pengaruhnya di dalam sejarah dunia. Which one ?? Wanita yang sekali pernah menikmati Jamur Belang treatment, seumur hidup menjadi Jamur Belang Addict !! Seperti yang sudah tersebut tadi beberapa. Repeat : Ratu Messalina, Ratu Jezibel, Lucretia Borgia. Dari wanita lingkungan “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum, yang paling parah menjadi life-time Jamur Belang addict, adalah : Big and strong Sri Panggung. Lihat next chapter perihal : Ibu Hadji Ratna Chalidjah.

Flowery “Cakap Melayu Sultan” hingga tahun 1942, sempat dibawahkan keluar panggung “Bangsawan”. Dibawakan oleh Si Gendut Bindjey and his nephew Si Untjoq Siantach. How ?? Berdua mereka mementaskan lakon : “Sinjo Kelas Dan Si Mertu Pik”. What’s that ?? Medan Kota Matsum edition dari “Sinterklaas En Zwarte Piet”.

Sinjo Kelas yang luar biasa gendut seperti hippopotamus. Berdjanggut palsu, putih dan panjang berombak-ombak. Dengan suara Alto menyanyikan Lagu-lagu Nasib. Mengharuhkan segala wanita dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Segala apa jang dinikmati, menjadi gratis tanpa bayar.

Si Martua Pik yang dibikin hitam dengan arang. Pakai kunis pakai kaca mata. Dengan suara Stentor yang maha dahsyat memperkenalkan diri pukul dada sebagai berikut :
“Chadjeu Djin Afchied Sahni Peuchkaseu.
“Handeu Ham puuuuuuuuuu njeu Nameu !!
Juga very welcome pada segala wanita dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Menjadi : “The Stentor Voiced Tarzan”. Menjadi Adonis yang besar badannya cuma sepertiga dari obese Sinjo Kelas.

Segala Titah dari Sinjo Kelas, dipenuhi oleh Si Martua Pik dengan very humble : “Humbeu Tuanku” (“Your Serf Mylord”). Sinjo Kelas memanggil Si Martu Pik dengan : “Cha-daaaaam !!” (“Slave”). Dengan suara gemuruh dijawab oleh Stenor voiced Si Martu Pik dengan: Eungkuuuh !! (Sir !!). kedengaran 7 rumah jauhnya di Gang Hauber.

Thunderous laughter, pada setiap pertunjukan dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Das Ist Nur Einmal. Und Kommt Nicht Wieder. In Batavia (Djakarta) Of Olden Times. Before The Second World war. Sweet sweet Memories of A Sophisticated Old Bandit !!

Saluut kepada : Si Gendut Bindjey (Almarhum Uncle Sally). Bintang Mahasiswa Hukum yang di Zaman Kolonial Belanda, siang malam tidak lain cuma main gila. Akan tetapi : pada waktunya sempat tammat HBS, dan sempat pula mencapai gelar : Meester In De Rechten (Sarjana Hukum). Wafat sambil ber-Zikir !! Selaku petugas dari created Republik Indonesia, oleh Pemerintah Pusat diutus ke Sumatra Timur dan dibunuh oleh Tentara Djepang di Tebing Tinggi Deli (1945) “May God Receive His Soul In Eternal Peace In Rachmatullah. Ameen.”

Salut kepada : Dr. NN 2. Virtuoso yang contra Tengku NN 1 sangat besar berjasa, turut streamlining legio old Malayan folk songs. Termasuk the now famous : “Geylang Si Paku Geylang. Geylang Si Chameu Chameu”. Termasuk the now sophisticated : “Ai Tipang Tipang, Tipang Tolo Da Tipang, Ai Tipang Tipang, Tipang Do”. Bapak Dokter yang pada male and female members “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum, sangat teliti periodic memeriksa WR serat Coffee Beans. Segera curing eventual S1 dan GO.

Salut kepada : Karo Dusun Female Witch Doctor, yang second month menampung segala little accidents pada female members “Em En Club Sodom & Gomorra”. Tanpa bebas. In Just only 2 weeks, sudah actively and lively kembali lagi in circulation, in Eve’s Costume.

Salut kepada : Tengku NN 1. Maecenas Maestro Sponsor yang terakhir dari sandiwara rakyat “Bangsawan”. Hartawan. Agamawan. Pelindung Agama Islam Mazhab Sji’ah di Sumatra Timur. Mengongkosi perayaan “Tabut Hassan & Hussin”.

Salut kepada : Em En Club Sodom Gomorra di Medan Kota Matsum, 1930. Peninggalan di Republik Indonesia, berupa Top Hits yang disiarkan oleh RRI. Yang dinyanyikan sampai di segala taman kanak-kanak. Believe it or not. It is true. The truth is much more inbelievable, compared to phantasy !! Believe me, Brother.

B. Ibu Hadji Ratna Chalijah.
What about Sri Panggung ?? A heart warming success story !! Lebih tegang daripada : “Suzie Wong”. Sangat baik seandainya dijadikan Movie Script untuk sesuatu Film National. Lebih Paju daripada “Suzie Wong”, exportable into the World Market. Gaining Foreign Currency. Schlager yang dapat pula memperkenalkan “Bangsawan” serta Ronggeng Melodies dari Deli 1930, kepada World Audience. Menjadi popular back home in Kentucky. Menjadi Favorite pada film festival di culture centre Tasjkent. A Success Story ?? How ??

Sri Panggung di dalam usia 24 tahun, mengundurkan diri dari very lucrative Panggung “Bangsawan” dimana dia mendapat 10 % dari Recette, serta dari still more lucrative panggung Ronggeng dimana dia mendapat 40 % dari recette (isi dari the famous baskom, “waschkom” yang begitu termasjhur di seluruh Sumatra Timur). Sri Panggung settled menjadi wanita Burdjuis. Being a Eurasian, very keen and cunning in business. Brokening in Gold & Jewelries, sambil membodoh-bodohi Ladies Of Noble Birth yang membutuhkan cash untuk Boy friends. Memiliki Coconut Plantations di Tanah Karo Dusun. Memiliki Chrysanthemum and Cabbage Plantations di Tanah Karo Gunung. Memiliki Buffalo Herds di Atjeh dan Dairi. Memiliki Bungalow di Brastagi. Memiliki Emergency Landing Cottage di Medan Kota Matsum. Memiliki Wisma di Tanah Karo Dusun. Memiliki a Chain Of Stores di Pasar Central Medan, Bindjai, Brastagi, dan Kabandjahe. Naik Hadji ke Mekkah. Menjadi very respected : “Ibu Hadji Ratna Chalidjah”, pelindung Agama Islam Mazhab Sji’ah. Memelihara seorang suami yang resmi, seorang Beau Sabreur In Dolce Far Niete.

Sri Panggung the life long Jamur Belang addict, yang setiap hari memakan self prepared Jamur Belang in rare roasted lamb, benar adalah : A heart warming Success Story. Akan tetapi alas, sedikit sulit diikuti oleh wanita-wanita lain. How ??

Very helpful Sri Panggung day and night any time siap sedia, menolong murid HBS Medan di dalam hal Praticum Geodetics (Latihan Ilmu Ukur Garis Lengkung). Menolong dengan menyediakan Objects Of Study, berupa Heavyweight Geodetics (42” 28” 44”) in statu nascendi. In daylight, in soft light, ataupun in pitch darkness. Private Instructions ataupun Multiple Classroom.

Murid-murid HBS Medan para Penggemar Practicum Geodetics with the bare fingers sering pula mendapat cadeaux serta mendapat cash dari very popular Big Sister Sri Panggung. Dia kaya raya dari recettes “Bangsawan” serta Ronggeng. Big Sister Sri Panggung malahan lebih boros lagi daripada Tengku NN 1, di dalam hal memberikan cadeaux serta cash kepada murid-murid HBs Medan dan kepada Tengku-tengku yang masih muda remaja. Why ?? Supaya sering berani datang sweat-cure di rumah petak yang ditempati oleh Sri Panggung, yang begitu princely out-fitted oleh Prince NN 1 untuk emergency landings.

Very welcome. Akan tetapi awas !! Senelum pihak pria selesai menikmati Latihan Ilmu Ukur Garis Lengkung with the bare fingers, pada heavenly Forty-Two inches of heaving and panting Landscape Wonders, Sri Panggung sudah mulai main sendiri. How ?? Very nasty Big Sister Sri Panggung supine in Eve’s costume, tanpa izin menangkap tikus, dengan menggunakan crater-hot Forty-four inches mouse-trap !! Look Out. Suicide. Big Sister Sri Panggung sanagt berbahaya, mutilating dengan power-springs loaded mouse-trap. Insatiably sucking-out mouse-trapped victims.

Dengan good old Tengku NN 1 selaku wasit, pernah 5 orang Tengku-tengku serta Murud-murid HBS Medan very heroic but very stupid, , menerima tantangan 3 hours simultanneous fight in Sodom & Gomorra, contra Big Sister Sri Panggung sendiri saja. walaupun 5 orang pria muda remaja itu terus menerus bertempur dengan heroima yang maha besar, akan tetapi : Mereka berlima enak saja back breaking dibanting modar oleh gorgeously curvaccous Sri Panggung. Masing-masing in humuliating 6 – 1 scores. Totalling gloriously : 30 – 5. In just short of 3 hours. Sangat dinikmati oleh Big Sister Sri Pangung, gerak badan yang begitu. Sangat dinikmati oleh Tengku NN 1, mendaftar each score.

Sejak itu, battle happy Big Sister Sri Panggung oleh murid-murid HBS Medan very respectful disebutkan : “Big Bertha Caliber Empat puluh Empat”. Tahan serangan Rapid Fire seberapa heroic dan seberapa banyak saja.

Sri Panggung sanggup melumpuhkan 5 orang male victims in 30 fights during 3 hours only, karena : Big Bertha Caliber Empatpuluh-Empat tidak pernah membutuhkan lebih daripada 3 minutes for each fight. How ?? Male victim in a split second sudah fought under oleh Sri Panggung as strong as a bison. Ditimpa seberat buffalo. Pronto mouse-trapped in an iron grip, serta sucked-out dengan peristaltic ring muscles. Suffocated in king size bumpers male victim itu sendiri, sprawling mempercepat his own knock-out. Satu-satunya way-out supaya jangan mutilated oleh power springs loaded mouse-trap.

Kind hearted Big Sister Sri Panggung kemudian mengembirakan her defeated victim, masing-masing dengan unlimited heavenly and blisefully merry-go-round. Seperti Wodan Riding The High Clouds. Repeat : Seperti sering berani datang sweat-cure in the lioness denn. Very welcome. Akan tetapi : Exclusively dibatasi oleh Big Sister Sri Panggung, hanyalah murid-murid HBS Medan serta Tengku-tengku yang muda remaja, yang berusia 15 @ 18 tahun. Artinya 3 @ 6 tahun lebih muda daripada Big Sister Sri Panggung sendiri. Gigolo’s yang tinggi badannya 10 @ 15 centimeter dibawah 1,78 meter towering Sri Panggung sendiri. Gigolo’s yang sedikitnya sejumlah setengah lusin , permanent dibutuhkan oleh Big Sister Sri Panggung, being a Jamur Belang addict. No Snobs. No rich men from the street. “Bangsawan” and Ronggeng starring Sri Panggung was not for sale !! Cuma iseng doang perlu gerak badan, just to keep fit.

Chadjeu Djin (18) accidentally lulus HBS Medan. Setelah 3 tahun dinas selaku part-time Gigolo, happy-go-lucky puas rocking on dengan Big Sister Sri Panggung. The first ranking of her 7 Princes des Beaux. Plenty of Arrow shirts. Never short of ping-ping. Sebelum berangkat ke Delft Holland menjadi Mahasiswa Sekolah Tukang. Chadjeu Djin terpilih oleh Big Sister Sri Panggung dari her 7 Gigolo’s, untuk sesuatu tugas kehormatan. How ?? Memenuhi Perintah Atasan, yang bunyinya : “Go and Multiply !! “Big Sister Sri Panggung baru saja emeritus mengundurkan diri dari Panggung “Bangsawan”, dan juga baru saja selesai monthly periodics. Sehingga pelaksanaan dari Perintah Atasan joyously dapat dilangsungkan.

Beloved Chadjeu Djin During 6 critical weeks dikurung oleh Big Sister Sri Panggung in the lioness denn. Didatangkan 2 orang dayang-dayang untuk menampung segala visits, sambil Sri Panggung piously memenuhi Perintah Atasan. Chadjeu Djin in captivity seperti Adam in paradise, ditugaskan mengsuccesskan Perintah Atasan. In casu : Ditugaskan mencitak his own image pada crater hot anvil. Mencitak sesuatu tanda mata yang hidup, untuk dan pada Big Sister Sri Panggung sendiri, after periodics high in season.

Pencitakan day and night sangat teliti supervised oleh Female. Wicth Doctor, yang dari pagan parts of Tanah Karo Dusun mendatangkan a lot og mildly poisonous herbs and aphrodisiacs. Cukup untuk satu ribu serviceing stallions. Big Sister Sri Panggung sendiri tetap setiap hari memakan self prepared Jamur Belang, dan sangat radji pula turut makan minum big doses of Karo Dusun aphrodisiacs. Hampir celaka Chadheu Djin, in 6 weeks of slave-labour in captivity. Hampir expired mati-pahlawan in paradise. Mati tidak suci melaksanakan Perintah Atasan.

“Mission Accomplished” jubilantly pronounced and exclaimed oleh supervising Female Witch Doctor, at long last only after 6 weeks of strenous slave-labour di pihak Adam. Worn-out Chadjeu Djin dilepas oleh gleaming Big Sister Sri Panggung, dengan “Salam Beuchisi” sebesar 500 Guilders=200 US Dollars. What for ?? Tradisional fee yang di Kesultanan Deli biasa dibayarkan oleh Highly Esteemed Ladies Of Noble Birth, kepada seorang cousin yang sudah successful selesai keel-laying in 6 weeks of witch doctored captivity. Sering oerlu service yang begitu, jika the princely husband sendiri sudah terlalu degenerated untuk keel-laying, pada all his changing consorts.

Traditional fee in cash yang begitu besar, kemudian antara Marseille dan Delft Holland, cukup untuk Chadjeu Djin selama setengah bulan menjadi :”Son Altesse Le Prince Couronne de Cappala Bato”. Menikmati : “La Vie Parisienne” di Montparnasse Paris. “Hana Peng, Hana Maina.” Akan tetapi juga : “Hana Maina, Hana Peng.” Very useful pribahasa Atjeh. Artinya ?? You find out.

Before leaving for 6 years in Europe, Chadjeu Djin mendapat Bon Voyage Party di rumah petak tempat tinggal Big Sister Sri Panggung. Hadir semuanya teman-teman sejawat Gigolo’s, total 7 men strong. Hadir 4 orang dayang-dayang yang di dalam hal Heavyweight Geodetics, hanyalah second only to Sri Panggung. Hadir Tengku NN 1. Sampin. Jamur Belang in rare roasted lamb. Canned music dengan airmapon (gramophone tanpa listrik), serta war spirited records : “Terbikin oleh Tio Tek Hong Tjap Gangsa”. Di dalam kepastian bahwa Mission sudah accomplished, tinggal tunggu penuh 9 bulan incubation. Big Sister Sri Panggung joyously menikmati lagi simultaneous fghts, contra her 7 Gigolo’s semuanya. Kind hearted dia mengizinkan pula male service, untuk mendinginkan deep seated itch pada 4 orang dayang-dayang. Tengku NN 1 sangat teliti mencatat total 43 knock-outs pada 7 Gigolo’s, in just under 5 hours.

Traditional fee in his pocket, dismissed Chadjeu Djin plus satu extra luggage, yang luxuriously dipenuhi oleh loving Big Sister Sri Panggung, berangkat dari Belawan dengan kapal “SS Indrapoera RL”. Menuju ke Sekolah Tukang di Delft Holland. Sudah tahan dibakar dan tahan direndam, coached oleh insatiable Big Sister Sri Panggung di dalam usia 15 sampai 18 tahun. Lifelong terus menerus akan menjadi Freelancer. Never fearing the stork. But deadly fearing marriage status. Poor Chadjeu Djin. Korban “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Matsumery.

Ketinggalan di Medan Kota Matsum, Big Sister Sri Panggung (24) expanding in colossal pregnancy, merasa perlu : For Social standing mesti nikah di depan penghulu. Siapa calon Bridegroom ?? 6 orang Gigolo’s lainnya, tidak ada yang mau mementaskan peranan Sanctus Simplicitus di depan Penghulu. Walaupun dipancing dengan 1.000 Guilders Cash down (cukup untuk satu second hand motor car), serta life-time gratis makan tidur. Seorang male victim harus lekas dtangkap, karena : Big Sister Sri Panggung in pregnancy cepat sekali bigger and bigger expanding.

Big Sister Sri Panggung fearsome in the seventh month of colossal pregnancy, menurut statistics Tengku NN 1 mencapai diameter 58 centimeter serta Waistlina 54”. Dengan tinggi badan yang 1,78 meter, benar fearsome untuk segala makhluk manusia. Pada saat begitulah, Big Sister Sri Panggung at long last berhasil menjerat seorang male victim, yang dapat digiring di depan Penghulu. Apa orangnya buta ?? Lebih para lagi !! Orangnya adalah seorang tukang tarik layar di panggung “Bangsawan”, 5 tahun lebih muda daripada his new Missus. Tukang tarik layar itu, adalahseorang silly factotum, dengan IQ kira-kira sama dengan anak kecil umur 3 tahun. Sambil Sri Panggung “dikurung di dalam dua gelap”, dia di belakang layar very cruel handed mempermainkan Si Silly Factotum, yang sudah very happy jika merasa body heat dari adired Dri Panggung.

Si Silly Factotum naik status menjadi Silly Husband, resmi legalised di depan Penghulu. Silly Husband seterusnya seumur hidup very happy gratis makan tidur. For married kept in cubicle near the kitche, oleh well heeled and polyandrous Sri Panggung alias Ibu Hadji Ratna Chalidjah. Trained di dalam : “service a la bouche”. Menolong Ibu Hadji Ratna Chakidjah secukupnya mencapai orgasmis dischrges, untuk hal mana setengah lusin Gigolo’s masih saja tidak mencukupi. Tetap saja left handed emptied oleh his Missus. Tidak sekalipun pernah menikmati meery-go-round in happy rock and roll. Nasib kodok !!

Silly Husband menjadai Ornitornitjon Silly Husband diberikan hobby memelihara membunuh. Silly Husband diberikan hobby memelihara burung tikukur. Diberikan pula king size voliere seluas (15 x 30) meter, tertutup kawat-ayam. Lengkap dengan pohon-pohonan didalamnya. Silly Husband tidak pandai bicara dengan manusia, akan tetapi : Menjadi pandai bicara dengan burung tikukur. Sanggup menternakkan Kuk-Duabelas Sisik Sembilan in captivity. Ahli Cukur ornithologist !!

7 bulan setengah sampai di Delft Holland, Chadjeu Djin menerima sepucuk surat yang air-mailed dari Medan Kota Matsum. Disuruh buatkan oleh analphabetic Big Sister Sri Panggung Why ?? Dia meminta nama untuk seorang Girl Baby !! Oleh Chadjeu Djin pronto cabled : Siti Parlinah. Berupa tanda penerimaan uang. Cash Down sebesar 500 Guilders. Chadjeu Djin sebelum penuh berusia 19 tahun sudah resmi diakui Ayah dari seorang Baby Girl. Diakui oleh Big Sister Sri Panggung !! Siapa yang sanggup begitu ?? Selama Chadjeu Djin Mahasiswa di Delft Holland, Big Sister Sri Panggung very attent pula setiap bula mengirim rendang. Panas-panas dia masukkan kedalam kaleng, dan rapat di-patri. Tahan lama bertahun-tahun.

Masih di Zaman Kolonial Belanda, sebelum PD II, Big Sister Sri Panggung sudah sanggup pergi naik Hadji ke Mekkah untuk mencapai very respected status Ibu Hadji. Big Sister Sri Panggung dengan nama : Ibu Hadji Ratna Chadidjah menjadi Tiang masyarakat di Tanah Karo Dusun (bahagian dari Tanah Karo Dusun yang menjadi jajahan, takluk dari Kesultanan Deli serta dari Kesultanan Langkat) yang 50/50 ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Pertama kali “Turang “ (sri Panggung) mempunyai nama.

Masih sebelum PD II pula, Ibu Hadji Ratna Chadidjah sudah mendirikan sebuah wisma di Tanah Karo Dusun, akan tetapi dekat ke Medan. Wisma itu terdiri dari atas : Rumah tempat tinggal lengkap dengan king sixe bedroom sebesar (5 x 12) meter, Kantor Pusat, Guest House serta Surau.

Guest House itu sebenarnya untuk Managers dari oulying plantations yang datang reporting sambil mengharapkan banus, berupa merrygo round dari the generous Missus. Akan tetapi : Di dlam Guest House itu ada pula 3 orang male Assistants yang intern. Keeping the correspondence in file. Keeping the books in accountncy. Last but not least : Keeping the demanding Missus well oiled in good running condition. Karena tidak lagi main “Bangsawan”, maka : Ibu Hadji Ratna Chalidjah tidak lagi recruiting Gigolo’s dari kalangan Tengku-tengku muda remaja setra murid-murid HBS Medan. Menjadi recruiting good looking Bookkeepers.

Ibu Hadji Ratna Chalidjah very keen and cunning in business, tidak pernah kekurangan eager Business Relations. Terutama tuan yang terhormat bekas penonton “Bangsawan” (dan Ronggeng), yang dahulunya penuh sesak banyaknya, serta dengan sesak nafas menonton Sri Panggung (Bintang Ronggeng) ombang ambing di atas podium. Mereka dahulu mengetahui adanya very exclusive “Em En Club Sodom & Gomorra”. Mengetahui pula bahwa money making Sri Panggung (Bintang Ronggeng( recruited her hand picked Gigolo’s, hanyalah dari lingkungan Tengku-tengku yang masih muda remaja serta Murid-murid HBS Medan. Untuk mereka at long last kesempatan, chancing the legendary Sri Panggung (Bintang Ronggeng). Ripened di dalam bentuk very rich Ibu Hadji Ratna Chalidjag, masih saja gorgeusly curveceous, profusely voluptuous and stunningly beautiful. Ewer ewer ngiler mereka yang datang berduyun-duyun, meramaikan business discussions di dalam king size Master Bedroom di Wisma Ibu Hadji Cholidjah. Very welcome.

Airy and tantalizing in You Can See, Ibu Hadji Ratna Chalidjah very keen mempermainkan at least 3 Busuness Relations at the same time. After eacd deal, on the spot favouring the Winner in tender swing. Nerve breaking untuk the mounth watered on looking loasers. Business Relations from deal belomba-lomba di dalam sky rocketing bids !! The last. Winner of the day, diizinkan spending the night over. Bukannya di dalam Guest House, akan tetapi di dalam king size Master Bedroom. Favour yang all-out sought after oleh Business Relations.

Ibu Hadji Ratna Chalidjah bertambah kaya raya. Maling famcy profits. Selling coconuts like gold. Selling chrysantemums like platina. Selling cabbages like diamonds. Extorting Business Relations, terpaksa terus menerus membeli dari Ibu Hadji Ratna Chalidjah dengan fancy prices.
Taat kepada Perintah Atasan, Ibu Hadji Ratna Chalidjah in her joyful life melahirkan 5 Kids. Cuma begitu sedikit hasil dari never ending usaha pencitakan, karena : Female Witch Doctor siap sedia melenyapkan semuanya unwanted dan semuanya untraceable pregnancies. Anak-anak yang very selective Ibu Hadji Ratna Chalidjah, diizinkan OK beleh terus ripening selama 9 bulan penuh adalah sebagai berikut :
1. Son, Sired oleh seorang Tionghwa Singkeh. Masih di Tobacco Plantation. Sebelum “Turang” discivered menjadi Sri Panggung.
2. Daughter. Sired oleh seorang beloved Gigolo. Murid HBS Medang, Adonis Pemain “Bangsawan” Amateur di dalam peranan : “Chadjeu Djin”.
3. Daughter. Sired oleh seorang Perantjis dari Societe Financiere. Seorang mustached Roman Novarro. Singing like Tino Rossi, lagu-lagu bangsanya : “J’Attendrai”, “Sous Les Toits De Paris”., “J’Ai Deux Amours”. Sangat terharu dan terguling Ibu Hadji Ratna Chalidjah . lupa segala Agama Islam Mazhab Sji’ah. Akhirnya orang Perantjis itu melarikan diri ke Congo. Tidak kuat sendiri harus meladeni seorang Jamur Belang Addict, yang bertambah-tambah demading karena colossal and fearsome in pregnancy Coward !!
4. Daughter. Sired oleh serang Tuanku Sri Sultan, yang citi sakit di Brastagi dan kurus kering bertambah-tambah sakit, Mouse trapped and sucked out oleh formidable Ibu Hadji Ratna Chalidjah. Hasilnya : “Siti Sultanan” yang di Wisma Ibu Hadji Ratnma Chalidjah disebutkan : “Anaq Chadjeu”. Di dalam segala hal : Calon Sri Panggung II. Sangat disesalkan oleh Ibu Hadji Ratna Chalidjah, tidak menjadi “Muhammad Sultan Alamsjah”.
5. Son, Sired oleh seorang Dai Nippon Teikoku Rikugun Kempei Tai Sjo I. Dia quoet simple selama 4 bulan mengurung Ibu Hadji Ratna Chalidjah, tanpa Famale Witch Doctor, dengan tuduhan : “Subversive Actions”. Sangat puas dengan Subversive Actions, yang benar dia peroleh dari Ibu Hadji Ratna Chalidjah, undulating in Eve’s costume. Mau tida mau. Ibu Hadji Ratna Chalidjah terpaksa melahirkan : “Nipon Kodomo Taiheng Yoroshi”. Untuk Kemakmuran bersama, Asia Timur Raya. Di dalam hal mana orang-orang Djepang sangat berjasa.

Masih di Tobacco Plantations, sebelum penuh berusia 19 tahun, Ibu Hadji Ratna Chalidjah (Sri Panggung=Turang), sudah melahirkan anak dari seorang Tionghwa Singkeh ?? How ??

Turang sendiri sired oleh seorang towering Dutch Tobacco Planter pada seorang “Njai” (wanita Djawa kuli kontrak, yang temporary promoted menjadi : “Babu Dalam”). Deli punya macam. Berlainan dengan di Pulau Djawa, di Sumatra Timur tidak ada “Belanda Indo”, yang sangat dimanja-manjakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Akan tetapi : Di Sumatra Timur situation adalah sama seperti di Semanadjung Malaya, dimana “Half Casts” adalah lebih rendah daripada “Natives” (Inlanders).

Ibu dari “Turang” di dalam keadaan pregnant 5 bulan, sudah dismissed oleh her freelancing Dutch Lord and Master, sebagaimana lazim dengan dowry 500 Guilders (200 US Dollars). Out of no where muncul seorang Batak Krani Timbangan, yang segera saja mau resmi menjadi suami dari pregnant Ex Njai. Untuk menolong menghabiskan cash money yang sekian banyak.

Berumur cuma 3 hari, “Turang” oleh ibunya sudah dijual seharga satu Ringgit (satu US Dollars), kepada seorang Female Witch Doctor di Tanah Karo Dusun di pinggir Tobacco Plantations. Disitulah “Turang” mendapat nama panggilannya “Turang” (Butet, Upik). Disitulah “Turang” dibesarkan, hingga dia berumur 15 tahun.

Female Witch Doctor suka main ceki dengan wanita Djawa kuli kontrak di Pondok. Akibatnya : Dia tidak pun punya uang untuk membeli sandang pangan. Akan tetapi : Seorang Tionghwa Tukang Warung selama 3 tahun sangat luas memberikan Credit kepada Female Witch Doctor. Notabene seorang meagre and miserable Singkeh, yang sudah berusia lebih setengah abad. Sampai Credit menjadi sebesar 300 Guilders (120 US Dollars). Kenapa begitu baik budi itu Singkeh Tjina Warung ??

Singkeh old miser mouth watered melihat growing-up and blossoming-out “Turang”. Barefeet and shantily clad terpaksa in one piece you can see. Promising a veritable Paradise On Earth. Harus lekas-lekas secured, sebelum dimakan oleh entah seorang Dutch Tobacco Planter, yang paling suka consuming their own products. Deli punya macam.

Di dalam usia 15 tahun only, crying “Turang” suada palmed in dan sudah pula defflorated oleh penny-wise Singkeh Shopkeeper itu. After 3 long years on the receiving end, now adult “Turang” masih saja belum melahirkan anak dari her very ctive Owner. Why not ?? Tjina Warung itu sudah impotent. Akan tetapi : Being an Opium Addict, Libido sangat besar padanya setiap kali dia mengisap candu.

Karena sangat banyak candu, untuk sepenuhnya dapat menikmati his now profusely voluptuous possession, maka : Tjina Warung itu menjadi jatuh miskin. Sedangkan candu di waktu itu, resmi tapi sangat mahal dapat dibeli unlimited dari Opium Regie Pemerintah Kolonial Belanda. Dari mana uang untuk terus menerus dapat membeli candu ?? Sedangkan warung sudah kosong tanpa investment tanpa barang dagangan. Singkeh Shopkeeper ada akal. Singkeh punya macam !!

Dengan bayaran 25 Guilders (10 US Dollars) per person, Tjina Warung itu after shop closing hour, mempersewakan his gorgeously curvaceous and very sexy possession kepada mouth-watered male clients yang ingin spending a long night in good female company. Segera sangat paju !! Malahan traffic menjadi sulit, karena : Setiap malam datang sedikitnya 4 orang Singkeh, masing-masing eagerly paying for long night. How ??

Singkeh Shopkeeper tidak sampai dirugikan 75 % dari Gross In take Singkeh clients mendapatkan solution, yang sanagt memuskan untuk segala pihak terkecuali untuk “Turang”. Yakni : Semuanya mereka membayar penuh Bea Cukai masing-masing sebesar 25 Guilders kepada Tjina Warung. Kemudian mereka in the nude, very noisy main Mah Yong sambil sangat banyak minum arak serta makan b 2 panggang. Berupa side-line entertainment, terpaksa diladeni oleh “Turang” in Eve’s costume . hongkong Kowloon-side punya mcam !! Drunken Singkeh gamblers gantian memberikan floor-show : “Ursus The Strong Man”. Tentulah big and strong “Turang”, terpaksa basically turut main pada setiap floor-show exhibition. Disitulah oleh “Turang” improved her Simultane Techniques. Sanggup in 3 minutes only, memaksakan knock-out pada setiap would-be strong man. Easily menarik dua lusin knock outs per night, dari very noisy Singkeh. Berupa compensation malahan enjoying simultanes !!

Warung Tjina menjadi sepi di siang hari karena : Tjina Warung terpaksa siang hari menghabiskan akibat-kibat dari now plenty of candu. Warung Tjina menjadi ramai di malam hari, berupa Hongkong Kowloonside speakeasy. Tidak dinganggu oleh Pemerintah Kolonial Belanda, karena : Gambling and obsceneyies memang unlimited diizinkan di Deli Tobacco Plantations. Why ?? Supaya kuli kontrak (Djawa dan Singkeh), tidak mungkin menabung untuk kembali ke kampung asalnya. Pihak Belanda tidak mau rugi ongkos terlalu sering mendatangkan kuli kontrak yang baru dari Bagelen lalu dan dari Hakka Tiongkok. Biar mati di Deli.

Very soon “Turang” meras, bahwa dia mulai pregnant dari entah siapa di antara Singkeh Floor Show Artists itu. Supaya selama setengah tahun dapat istirahat lepas dari floor-shows, maka : “Turang” saboteged desakan dari her Owner Tjina Warung, in the third month harus membuang handicapping foetus itu. Floor shows berhenti selama setengah tahun, dan pembelian candu pun turut berhenti. Tjina Warung crazy marah-marah, memukuli his big floor show attraction yang sementara tidak performing. Tjina Warung terpaksa berutang dari his Singkeh clients. Terpaksa in advance menerima reduced prices. Menjadi per night 10 Guilders (4 US Dollars) only. Ngidjon selamanya rugi. xxx