Selasa, 12 Juni 2007

Lampiran 22

Mythos Menang Kerbau


“Mythos Menang Kerbau” malahan lebih cherished lagi oleh Brother from Minangkabau daripada “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty” yang sudah secara begitu brilliant selesai tackled oleh Resident Poortman. Why ?? Secara kertoboso (ethymology kanak-kanak). “Mythos Menang Kerbau” dapat menerangkan asal usul dari nama “Minangkabau”. Malahan poor Sister from Minangkabau pun turut korban, yakni : Tanpa salah pemeriksaan perkara, sudah di vonnis sangat berat. How ?? Harus pakai imitation tanduk kerbau yang benar sangat berat.
Mythos Menang Kerbau, isinya in a nutshell adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu Tentara Hindu Djawa memasuki Alam Minangkabau lewat Kiliran Djao (Javanese whetting stone).
Hal mana adalah historic benar malahan bukan cuma satu kali akan tetapi : Sampai tiga kali Alam Minangkabau dimasuki oleh Tentara Hindu Djawa. Yakni : Pada tahun 1289, 1339, dan 1409. Lihat : Lampiran XXI. Repeat : Untuk merebut Monopoly Dagang Meritja di tangan pihak Islam, Keradjaan Sngosari dan Modjopahit merebut daerah-daerah hulu Sungai Batanghari dan Kampar. Sambil lalu merebut pula daerah Central Minangkabau, yang terletak di dalam crescent antara Sungaidareh dan Pulau Lawan.

2. Pihak Minangkabau tidak cukup kuat, untuk membendung dan mengusir aggression hindu Djawa itu. As always very sly, pihak Minangkabau mencari akal, out-witting pihak hindu Djawa. How ?? Pihak Minangkabau menantang pihak Hindu Djawa, to come out di dalam pertandingan adu kerbau. Kerbau milik pihak mana yang menang pihak itulah yang seterusnya menguasai Alam Minangkabau. Pihak Hindu Djawa yang rupa-rupanya sangat bodoh, menerima tantangan dan menerima syarat. pIhak Hindu Djawa tentulah memasukkan seekor kerbau yang paling besar dan paling kuat, kedalam pertandingan Buffalo Contest. Pihak Minangkabau very clever mempertandingkan seekor anak kerbau, yang masih kecil, masih suckling, dan sehari semalam sengaja dilaparkan. Dipasangkan tanduk-palsu dari besi. Sambil wildly mencoba menyusu pada kerbau jantan milik pihak Hindu Djawa, anak kerbau milik pihak Minangkabau menebus perut dari kerbau milik pihak Hindu Djawa. Hip-Hip-Horay !! Pihak Minangkabau menang, pertandingan adu kerbau. Pihak Hindu Djawa sangat manis keluar dari Alam Minangkabau.

Very childish and very stupid !! Mustahil seorang Panglima Tentara Hindu Djawa, mau meninggalkan sesuatu daerah yang begitu jauh di pedalaman Pulau Andalas, dan yang baru saja dia rebut. Cuma karena kalah main adu kerbau, ataupun : Karena kalah main adu jangkrik ?? Pasti dia akan mati dipancung, atas perintah King Djoko Dolok (King Of Singosari) ataupun atas perintah Perdana Menteri Gadjah Mada (Premier Modjopahit). Siapa Panglima yang mau begitu tolol ?? Don’t tell me, Brother. Lebih makan di akal, bahwa Panglima Tentara Hindu Djawa itu, simply barbecued those two buffalos tanpa bayar. Who shouldn’t ?? Charcoaled buffalo sirloin steaks Bon Appetit !!

Seperti lazim di dalam semuanya mythos (termasuk “Mythos Siegfried”, termasuk “Mythos Remus Dan Romulus”), disitu benar mesti ada 2% fakta sejarah yang terbenam di dalam 98% mythoslogic ornamentations. In casu : Benar bahwa Tentara Hindu Djawa yang terakhir memasuki Alam Minangkabau, dipukul mundur keluar dari Alam Minangkabau. Yakni : Tentara Modjopahit, yang pada tahun 1409 dikalahkan oleh tentara Pagarruyung Minangkabau, di dalam Pertempuran Padang Sibusuk. (Lihat : Lampiran XXI titik VII). Itulah yang oleh Brothers from Minang, dikira a cosy Buffalo Contest. Quod non !! Repeat : Padang Sibusuk=The Stenchfield.

Selain daripada phonetic kebetulan sakali nama “Minangkabau” ethymologic sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertandingan adu kerbau. Tidak ada hubungannya dengan “Menang Kerbau”.

Nama “Minangkabau” adalah jauh lebih dahulu, daripada nama dari Keradjaan Singosari dan Keradjaan Modjopahit sendiri. Didapat oleh Resident Poortman sebagai berikut. Tentara Mesir Fathimiyah Dynasty pada tahun 588 H (1191 M), dipukul mundur dari sesuatu kampung bernama “Minangkabau”,oleh Tentara Darmasraya Djambi. Itulah sebabnya, maka : Pihak Islam di daerah muara Sungai Pasai hanyalah menguasai pepper production dari daerah hulu Sungai Kampar Kiri Kanan. Tidak pernah menguasai pepper production di daerah hulu Sungai Batanghari. Itulah sebabnya, maka : Akan kuburan Islam Mazhab Sji’ah dating from 1128 – 1339, di daerah Kuntu kampar. Tidak ada di daerah Batanghari, yang dari laut lebih mudah dicapai.

Tempat dari kampung yang bernama “Minangkabau” itu, located oleh Resident Westernenk : Antara kota Batusangkar (Fort van der Capellen) dan kampung Sungajang. Di sesuatu ladang yang terletak tinggi dan masih tegas kelihatan strategic letaknya.

Kampung “Minangkabau” itu, rupa-rupanya pada tahun 1191 tidak habis dimusnahkan. Hampir 200 tahun kemudian, nama “Minangkabau” turut didaftar buku Negarakertagama, selaku salah satu jajahan takluk dari Keradjaan Modjopahit.

Menurut dugaan dari Resident Poortman selaku “Batak Kenner”, kampung Minangkabau mustilah nama dari kampung asli Suku Bangsa Minangkabau. Seperti kampung Siandjur Sagala Limbong Mulana adalah kampung asli dari Suku Bangsa Batak. No use, membuang waktu pada speculations !!

Bagaimanakah lain-lain speculatons perihal ethymology dari nama Minangkabau ?? Seperti oleh Dr, van der Tuuk (Tuan Pandortuk, Lihat : Lampriran XIX), yang menduga bahwa “Pinang Khabu” artinya “Country Of Origin”. Parallel dengan “Dajeuh Kolot”. “Purwa Negara”.dsb.


Sonny Boy.
Kedalam buku ini, speculations tidak turut masuk. Just only facts yang acceptable untuk seorang Tukang Pelor. No more.


Hint untuk Brothers from Minang.
Better to Stop all speculations perihal ethymology dari nama “Minangkabau”. Why ?? Lebih banyak ruginya, daripada untungnya !! How ?? Sambil ribut nonsensical and childish ethymologies dari nama Minangkabau, maka : Brother from Minang sampai lupa menyelidiki Sejarah Minangkabau Sejarah Minangkabau secara exact berikut angka tahunan.

Lihat : Lampiran XXIX. Pada tahun 1939. Sutan Martua Radja sudah menyusun Daftar Angka-angka Tahunan Sejarah Batak. Disitu sangat banyak Angka-angka Tahunan yang diketemukan sendiri, oleh Sultan Martua Radja cs. sebaliknya : Orang-orang Minangkabau sendiri, tidak pernah menemukan satu pun Angka Tahunan Sedjarah Minangkabau Terlalu.

Lihat : Lampiran XV. Pada tahun 1914, Dr. Hussein Djajadiningrat sudah membuat analysa dan menulis “Critische Beschouwingen Over De Sejarah Banten”. Pada tahun 1928. Sultan Martua Radja sudah membuat analysa dan menulis “Critische Beschouwingen Over De Simalungun Bataksche Hedden Varhalen”. Sebaliknya : Brothers from Minang hingga ini hari, tidak ada satu pun yang sanggap membuat analysa perihal Mythos-mythos Minangkabau. Termasuk “Mythos Iskandar Zulkarnain Dynasty”, “Mythos Menang Kerbau, Mythos Bundo Kanduang”, ”Mythos Tjinduah Mato”, “Mythos Si Malin Kundang”, “Tambo Minangkabau”. Repeat : Terlalu !!

Come on brothers from Minang. Go Ahead !! From now on analysa fakta sejarah yang sebanyak 2%. Terbenam di dalam 98 % Mythologic ornamentatios. Horas !!

Tidak ada komentar: