Selasa, 12 Juni 2007

Lampiran 23

Akibat Dari Pertempuran Padang Sibusuk 1409


I. Ornamental Keradjaan Pagarruyung.
Lihat : Lampiran XXI titik VII, fatsal 5. Di dalam Pertempuran Padang Sibusuk 1409, separatistic Keradjaan Pagarruyung mengalahkan Tentara Modjopahit yang hendak kedua kalinya merebut pepper producing daerah Minangkabau Timur. Akan tetapi kemenangan yang gilang-gemilang itu menjadi Pyrrhus Victory untuk Keradjaan Pagarruyung. How ?? Pada waktu Cavalry Pagarruyung mati-matian bertempur melawan Marines Modjopahit yang numeric jauh lebih kuat, pasukan-pasukan rakyat dari penduduk Minangkabau asli menyerang dan membumi hanguskan ibukota dari Keradjaan Pagarruyung di Batusangkar. Why ?? Orang Minangkabau suka Matriarchalistic Democracy dimana ribuan kepala adat turut bicara, tidak suka Hindu Javanese Absolutism di dalam tangan satu orang Radja saja yang Patriarchalistic pula.

Repeat : Sejak King Aditywarman. Keradjaan Pagarruyung 1339 – 1409 sangat kuat mempunyai Central Government. Sejak Pyrrhus Victory Padang Sibusuk, Keradjaan Pagarruyung 1409 – 1804, tinggal ornamental. Tolerated oleh Kepala Adat Matriaechy Minangkabau, hanya untuk Symbol of unity di daerah-daerah rantau, akan tetapi : Tanpa Armed Forces !!

Sejak Sultan Alif pun, Keradjaan Pagarruyung yang 1581 – 1804 ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah tetap saja curtailed oleh Kepala Adat Matriarchy Minangkabau, dan tetap tinggal ornamental. Oleh mereka tidak diizinkan menjadi Kesultanan dengan Central Government di dalam tangan satu orang Sultan saja.

Ornamental Keradjaan Pagarruyung tanpa Armed Forces menjadi easy prey untuk Hambali fanatics, di dalam Massacre Pagarruyung dan Sexual Orgy Buo pada tahun 1804. Lihat : bagian 10, titik 4.


II. La Chute Du Royaume De Modjopahit.
Tidak diinsyafi oleh wishful thinking Ahli Sejarah Indonesia, bahwa : Debacle Padang Sibusuk 1409 itulah lonceng mati untuk Keradjaan Modjopahit yang 1331 – 1364 begitu kuat dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada. Keradjaan Modjopahit mempunyai potency dalam negeri, yang sama seperti Keradjaan Singosari with its Pamalayu Expedition. Tidak pernah potency dalam negeri yang begitu besar, ada pada sesuatu Keradjaan ataupun Kesultanan diluar Pulau Djawa di Kepulauan Nusantara. Potency dalam negeri termasuk recruits untuk Armed Forces.
Tidak diinsyafi oleh wishful thinking Ahli Sejarah Indonesia, bahwa : Kesultanan Aru Barumun yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, itulah adversary yang terbesar dari Keradjaan Modjopahit yang kafir. Buktinya dikumpulkan oleh Sultan Mertua Radja sebagai berikut :

1. Sultan Firman Ul Karim.
Lihat : Lampiran XX titik 2, betapa fanatic Kesultanan Aru Barumun dibawah pimpinan Sultan Firman Ul Karim pada tahun 738 H (1339 M) bertahan terhadap aggression Modjopahit, di zaman Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364) himself.

2. Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir.
Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir disebutkan dalam “Sejarah Melaju”, selaku Laksamana Kesultanan Malacca (1383 – 1511) yang gagah perkasa menyerang Armed Forces Perdana Menteri Gadjah Mada, di perairan Pulau Djawa sendiri !!
Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir tersebut di dalam annals Kesultanan Aru Barumun (1299 – 1512), selaku Laksamana Aru Barumun yang di dalam periode 741 – 767 H ( 1341 – 1365 M) : Mengamankan Kesultanan Aru Barumun bebas seluruhnya dari aggression Modjopahit yang kafir dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada dan yang sanggup pula : Merebut Muar Malaya dari tangan Armada Siam serta selama 15 tahun berkuasa disitu.
Pertanyaan : Mana yang benar ?? “Sejarah Melaju” kah ?? ataukah annals Kesultanan Aru Barumun kah ??
Dijawabnya : Di waktu pemerintahan Perdana Menteri Gadjah Mada, Kesultanan Malacca belum pun ada !!
Conclusion : Laksamana Hang Tuah dan Laksamana Hang Lekir berdua adalah Laksamana Kesultanan Aru Barumun !! Selama berkuasa mereka berdua itu, Selat Malacca bebas dari aggression Modjopahit yang kafir. Catatan : Di Djakarta diadakan “Djalan Sultan Firman Ul Karim”. Karena Sultan Firman Ul Karim, Sultan Aru Marumun 1336 – 1361, itulah yang memungkinkan perjuangan dari para bawahannya Laksamana Hang Tuah, Laksaman Hang Lekir dan Captain Hang Djebat.

3. Sultan Hussin Dzul Arsa.
Keradjaan Modjopahit yang kafir membumi hanguskan Mesjid-mesjid sebagai berikut : Di Perlak 1295, di Kuntu Kampar 1339, di Aru Barumun 1339 dan di Tamiang 1339. Tidak pernah dima’afkan ataupun dilupakan oleh Sultan Aru Barumun.
Setelah Pertempuran Padang Sibusuk, maka : Modjopahit Navy pada tahun 813 H (1409 M) berlabuh di estuary Sungai Bila Barumun, untuk menyerang its arch enemy Kesultanan Aru Barumun. Sultan Hussin Dzul Arsa (Sultan Aru Barumun Jang Ketudjuh) tidak kalah fanatic kepada Sultan Firman Ul Karim (Sultan Aru Barumun Jang Ketiga), di dalam hal menentang aggression Modjopahit yang kafir.
Ceritanya : Wanita Islam Mazhab Sji’ah di Kesultanan Aru Barumun, berdayung-dayung di sampan menyerang dan membakari kapal-kapal Modjopahit Navy yang anchored di estuary Sungai Bila Barumun. Menjadi terang benderang “Laut Air Tawar” yang begitu maha luas, di malam gelap gulita. Gagal serangan Modjopahit Navy atas Kesultanan Aru Barumun !!
Weakened Modjopahit Navy pergi berlayar, dan berlabuh di muara Sungai Padang untuk menyerang Keradjaan Dolok Silo serta Keradjaan Raya Kahean, peninggalan Keradjaan Singosari yang sudah menjadi Keradjaan Batak Simalungun, yang tidak pernah mau tunduk kepada Keradjaan Modjopahit. Disitu pihak Modjopahit mudah saja mendarat dan menduduki Kesjahbaran Bandar Kalipah (yang di waktu itu adalah bawahan Kesultanan Sumadera Pasai). Di bukit tempat kota Tebingtinggi yang sekarang, orang Modjopahit masuk perangkap !! Seluruhnya exterminated oleh combined forces : Marines Samudera Pasai, Cavalry Raya Kahean, Infantry Dolok Silo, yang waiting in ambush.
Pihak modjopahit yang sudah berturut-turut tiga kali kalah, masih saja belum mau pulang di Pulau Djawa. Modjopahit Navy dari muara Sungai Padang pergi up North, dan berlabuh di muara Sungai Pasai. Pada tahun 1409 itu, ibukota Kesultanan Samudera Pasai sedang diduduki dan dirampok oleh tattooed and cannibalistic orang Batak Gajo, pagans dari Nagur dan Bakoi. Mereka puntang-panting kembali ke their hide-outs di pegunungan Bukit Barisan.
Pihak Modjopahit mudah saja mendarat dan menguasai ibukota Kesultanan Samudera Pasai. Terjadilah disitu perampasan war-loot dan sexual orgies, oleh nak buah Modjopahit Navy yang sudah satu tahun terpaksa stock piling male potencies. Korbannya tentulah wanita-wanita Islam Mazhab Sjafi’i, yang di Kesultanan Sumadera Pasai rupa-rupanya jauh lebih jinak daripada wanita Islam Mazhab Sji’ah di Kesultanan Aru Barumun. Orang-orang Modjopahit lupa daratan dan lupa lautan.
Ke muara Sungai Pasai, kebetulan sekali datang Armada Tiongkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo. Singgah untuk mengambil air minum, en-route to Sri Langka sekuat 200 kapal-kapa djung dan 30.000 Marines on board the ships. Laksamana Hadji Sam Po Bo naik gas melihat orang-orang Modjopahit yang kafir. Sedang asyik menjarah di Kesultanan Samudera Pasai dan menikmati wanita Islam disitu. Modjopahit Navy seluruhnya dimusnahkan oleh Armada Tiongkok Ming Dynasty di muara Sungai Pasai.
Finished Modjopahit Navy. Finished oversea Imperialism dari Keradjaan Modjopahit. Finished rintangan oleh Keradjaan Modjopahit yang kafir, atas perkembangan Agama Islam di Kepulauan Nusantara. Syukur Alhamdulillah Allahu Akbar.

III. Survival dari Marah Silu Dynasty.
Sejak ravage pada tahun 1409, Marah Silu Dynasty tidak lagi memerintah di Kesultanan Sumatera Pasai. Their own-kins, yakni : Tattooed and cannibalistic orang-orang Batak Gajo, pagans dari Nagur dan Bakoi : Rebut-rebutan gantian menjadi “Sultan”, walaupun usurpators itu tidak pun benar ber-Agama Islam. Gantian pula rebut-rabutan menikmati di tanah dan Princesses Of Samudera Pasai, as reported di dalam innals Tiongkok Ming Dynasty.
Marah Silu Dynasty diteruskan di Pulau Djawa oleh Prince Sjarif Hidajat Fatahillah (Sunan Gunung Djati). Survivals dari Marah Silu Dynasty, kini ada di Tjirebon berupa : Keluarga Kesultanan Kesepuhan, Keluarga Kesultanan Kanoman, Keluarga Ketjirebonan dan Keluarga Keprabon. Lihat :Lampiran XXXI.

Tidak ada komentar: