Selasa, 12 Juni 2007

Djula Djuli Bintang Tudjoh, Putchi Chatneu Husin Tuchon Dachi Kayangan

[Lampiran 25]


I. Al Kamil Dynasty, di sekitar Selat Malacca, 1128 – 1295

1128 – 1131.
Laksamana Abud Al Kamil memerintah di Kesjahbandaran Daya Pasai, bawahan Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. (Lihat : Bagian 7, titik V). Laksamana Abdud Al Kamil adalah orang Arab dari Kerbela Irak, keturunan dari Nabi Muhammad SAW lewat Imam Sji’ah VIII (Kasim Al Kamil Ibn Sadik Ibn Bakir). Akan tetapi : The ruling class di Kesjahbandaran Daya Pasai, sebagian terbesar terdiri atas orang-orang Cambay Gudjarat.
Walaupun mereka semuanya ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, akan tetapi di kalangan upper ten Kesjahbandaran Daya Pasai : Dari semula sudah ada controverse, antara : Orang Arab Kerbela (yang very active menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah dikalangan penduduk asli), contra : orang-orang Cambay Gudjarat (yang sengaja membiarkan penduduk asli tinggal pagan, supaya lebih mudah dijajah seperti juga oleh slaves hunting, miniatur Sultans di pedalaman Afrika).

1168 – 1204.
Laksamana Kafrawi Al Kamil (Cucu dari Laksamana Abud Al Kamil) memerintah di Kesjahbandaran Daya Pasai. Lepas dari Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty yang sudah musnah. (Seperti Gubernur Djendral Hindia Belanda 1940 – 1942). Laksamana Kafrawi Al Kamil menempatkan Putra-putranya di tempat yang economic dan strategic sangat penting, sebagai berikut : Panglima Zulfiqar Al Kamil di pepper producing Minangkabau Timur dan Panglima Burhanudin Al Kamil di pepper transportation controling Aru Barumun.

1204.
Laksamana Djohan Djani (orang Cambay Gudjarat keturunan Iskandar Zulkarnain) merebut kekuasaan di Daya Pasai. Laksamana Kafrawi Al Kamil mati dibunuh. Panglima Burhanudin Al Kamil hidjarah ke Minangkabau Timur, mendampingi his Nephew Panglima Alwi Kamil (Putra dari Panglima Zulfiqar Al Kamil), supaya merebut kembali daerah muara Sungai Pasai. Laksamana Djohan Djani mendirikan Kesultanan Daya Pasai (1204 – 1285).

1204 – 1205.
Sultan Djohan Djani memerintah di Kesultanan Daya Pasai, selaku Sultan Daya Pasai Jang Pertama.

1207 – 1211.
Sultan Alwi Al Kamil memerintah di Kesultanan di Kesultanan Daya Pasai, selaku Sultan Daya Pasai Jang Ketiga. Untuk menjepit orang-orang Persia di Kesultanan Perlak, maka : Laksamana Faisi Al Kamil (Putra dari Sultan Alwi Al Kamil) ditempatkan di Pulau Kampai.

1252 – 1274.
Sultan Ibrahim Djani (Cucu dari Sultan Djohan Djani) memerintah selaku Sultan Daya Pasai Jang Kelima.



1274 – 1285.
Sultan Bahaudin Al kamil (Putra dari Laksamana Faisi Al Kamil) memerintah selaku Sultan Daya Pasai Jang Keenam (dan yang terakhir).
Sultan Bahaudin Al Kamil mendirikan Kesultanan Bandar Kalipah, bawahan Kesultanan Daya Pasai. (Seperti Kesultanan Indrapura bawahan Kesultanan Atjeh). Sultan Muda Muhammad Al Kamil (Putra dari Sultan Bahaudin Al Kamil) menjadi Tengku Mahkota Kesultanan Daya Pasai, dan menjadi second rate Sultan di Kesultanan Bandar Kalipah. (Seperti Crown Prince Inggris menjadi Prince Of Wales). Jelasnya : Sultan Bahaudin Al Kamil hendk menghentikan oligarchy dan mendirikan hereditary monarchy di Kesultanan Daya Pasai.

1275 – 1286.
Sultan Muda Muhammad Al Kamil memerintah di secord rate Kesultanan Bandar Kalipah dengan title "Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam”. Dibawah Ayahnya “Sultan Bahaudin Al Kamil Alam Sjah, Sultan Daya Pasai Jang Keenam.
Kesultanan Bandar Kalipah meliputi daerah Sumatera Timur antara Sungai Deli dan Sungai Asahan (yang kemudian menjadi Kesultanan deli Serdang dan Asahan). Disitu Sultan Muhammad Al Kamil very active membasmi Kegelapan Jahiliyah, serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Indonesia. Dia menjadi the legendary “Sultan Muhammad Sjah”, keturunan dari Nabi Muhammad SAW. pembawa Agama Islam (Mazhab Sji’ah) ke Sumatera Timur.
Catatan : Sultan Muhammad Sjah menjadi “Insan Al Kamil” (manusia yang sempurna) yang pertama di Kepulauan Indonesia. Dianggap Re-incarnation dari Sajidina Ali Ibn Abi Talib, menantu dari Nabi Muhammad SAW. Ideal “Insan Al Kamil hingga ini hari masih saja sangat berpengaruh di Kepulauan Indonesia.

1284 – 1285.
Kesultanan Daya Pasai kebetulan sekali at the same time, diserang dari laut oleh Armada Kesultanan Mesir Mamuluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, dan diserang pula dari darat oleh para pemberontak orang Batak Gajo dibawah pimpinan Marah Silu. Sultan Al Kamil mati dibunuh dan eaten up oleh tattooed and cannibalistic orang Batak Gajo. Dengan bantuan Laksamana Ismail As Siddik, Marah Silu menjadi Sultan Malik Us Saleh, Sultan Sumadera Pasai Jang Pertama. Lihat : Lampiran XXI titik V.
Sultan Muhammad Al Kamil Perkasa Alam menyatakan dirinya Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah, Pretender Sultan Daya Pasai Jang Ketujuh.

1285 – 1297.
Sultan Malik Us Saleh memerintah selaku Sultan Samudera Pasai Yang Pertama. Very active menananmkan Agama Islam Mazhab Sjafi’i, serta membasmi Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Indonesia di sekitar Selat Malacca.

1287.
Kesultanan Bandar Kalipah dimusnahkan oleh Armada Samudera Pasai, dibawah commando Laksamana Achmad Kiyatudin, Sultan Muhammad Al Kamil hidjrah ke Muar Malaya, dimana sudah sangat banyak emigrees. Yakni : Orang yang tetap Ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah dan dikejar-kejar di Kesultanan Samudera Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i.

1286 – 1295.
Kesultanan Muar Malaya.didirikan oleh Sultan Muhammad Al Kamil Alam Sjah. Disitu pun dia very active membasmi Kegelapan Jahiliyah, serta menanamkan Agama Islam Mazhab Sji’ah di kalangan penduduk asli Malaya. Disitu pun dia menjadi “The Legendary First Sultan”.


1293.
Armada Samudera Pasai dibawah commando Prince Malik Ul Mansur, di muara Sungai Barumun dimusnahkan oleh Armada Muar Malaya. Prince Malik Ul Mansur ditawan, dibawa ke Muar Malaya, dinikahkan dengan Putri Nur Alam Kumalasari Binti Sultan Muhammad Al Kamil. Walaupun dia Putra dari Sultan Malik Us Saleh, akan tetapi : Prince Malik Ul Mansur kembali ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.

1295.
Kesultanan Muar Malaya dimusnahkan oleh Armada Siam. Sultan Muhammad Al Kamil ditawan, dibawa ke Siam dan disitu dia wafat. Prince Malik Ul Mansur dan Putri Nur Alam melarikan diri ke Aru Barumun, yang sementara “Daerah Tidak Bertuan”.
Finished Al Kamil Dynasty yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, satu-satunya Dynasty di Indonesia, yang benar keturunan Nabi Muhammad SAW. Pernah memerintah di Kepulauan Indonesia selama 8 generations turun temurun. Para keturunan dari Imam Sji’ah VII, yang pada 183 H (799 M), mati diracun di Bagdad atas perintah dari Chlifatullah Harun Al Rasjid. Benar bahwa di dalam Sejarah Islam, Fathimiyah Dynasty serta Al Kamil Dynasty merupakan The Doomed Dynasties.


II. Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.
Sultan Muhammad Al Kamil selaku “Perkasa Alam” kehilangan Kesultanan Bandar Kalipah, dan selaku “Alam Sjah” kehilangan pula Kesultanan Muar Malaya. Walaupun demikian, namanya termansyur harum semerbak di sekitar Selat Malacca, hingga ini hari. Why ?? Nama dari Sultan Muhammad Al Kamil disitu hidup terus selaku “Sultan Muhammad Sjah The Legendary First Sultan Keturunan Nabi Muhammad SAW”. As legendary seperti King Istven di Hongaria, King Richard The Lion Hearted di Inggris, Kaisar Friedrich Barbarossa di Djerman.

Betapa banyaknya, total dongeng dihubungkan di Pulau Djawa kepada para “Wali Songo pembawa Agama Islam ke Pulau Djawa, begitulah banyaknya disekitar Selat Malacca dihubungkan dongeng-dongeng kepada “Sultan Muhammad Sjah, Pembawa Agama Islam ke Sumatra Timur dan Semenandjung Malaya”. Bagaimana di Djerman dipentaskan Siegfried membunuh Naga, begitulah di dalam “Sandiwara Rakyat Bangsawan” di sekitar Selat Malacca : Sultan Muhammad Sjah di pentaskan membunuh “Radja Afried Sani Perkasa” (Syimbol dari Kegelapan Jahiliyah).

Sultanah dari Sultan Muhammad Al Kamil adalah Putri Ratna Hussin, seorang Princes Of Kufah Iraq yang dari situ dijemput oleh sesuatu Delegation Kesultanan Daya Pasai. Seperti Sultan Muhammad Al Kamil sendiri. Putri Ratna Hussin pun adalah keturunan dari Nabi Muhammad SAW, yakni cucunya Sajidina Hussin Ibn Ali Ibn Abi Talib.

Putri Ratna Hussin turut ditawan dan juga wafat di Siam. Distu namanya maha tinggi dihormat antara lain berupa nama “Hotel Ratana Kosing”, sesuatu hotel swasta yang di Bangkok pegang peranan seperti “Hotel Indonesia” di Djakarta. Why ?? Para keturunan dari Sultan Muhammad Al Kamil dan dari Putri Ratna Hussin menjadi orang-orang Siam yang turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Menjadi Jewellers, Bankers, and Hoteliers. (Seperti Orang-orang Parsi di Bombay, India.

Putri Ratna Hussin katanya adalah an eye binding Arabian beauty, yang luar biasa pula tinggi badannya. Lebih tinggi daripada Sultan Muhammad Al Kamil. Malahan lebih tinggi daripada siapa pun.

Kesultanan Daya Pasai, Bandar Kalipah dan Muar Malaya. The towering beauty Putri Ratna Hussin, untuk rakyat jelata di sekitar Selat Malacca, menjadi “The Legendary Putri Ratna Hussin. Putri jang turun dari kayangan. Menjadi symbol dari”Islam Mazhab Sji’ah The True Faith Came Down From Heavens. Very realistic dipentaskan di dalam Sandiwara Rakyat Bangsawan, bersama Sultan Muhammad Sjah yang dipentaskan membasmi kegelapan jahiliyah.
Di dalam lakon : “Djula Djuli Bintang Tujuh Putri Ratna Hussin turun dari kayangan, heroin yang mementaskan peranan dari Putri Ratna Hussin, disebutkan “Sri Panggung (The First Lady, dan hero yang mementaskan peranan dari Sultan Muhammad Sjah Insan Al Kamil, disebutkan “Amak Muda” (The He Man). Untuk memuaskan para penonton, Sri Panggung tentulah mesti seorang wanita yang berbadan lebih tinggi daripada penonton !! Harus pula an eye blinding beauty. Bukan sembarangan. (Malahan Bintang Film Indonesia tidak ada satupun yang memenuhi syarat.

Entrée dari Sri Panggung masuk podium, very realistic disesuaikan dengan peranannya, selaku “Putri Ratna Hussin, Putri Jang Turun Dari Kayangan”. Caranya : Sambil duduk di atas wooden halfmoon, dengan tali-tali diturunkan dari loteng !! Sangat gemuruh disambut oleh para penonton yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dengan : “Allahu Akbar”. (Orang-orang Islam Mazhab Sjafi’i tidak mau menonton, dan tidak pula mau turut main Sandiwara Rakyat “Bangsawan”.

Sri Panggung disambut oleh 4 orang Dayang-dayang (Ladies In Waiting), di dalam melody tanpa lyrics “Lagu Djula Djulu Tudjuh”, yang kemudian berkali-kalai transformad menjadi “Terang Bulan Terang di Kali”, dan menjadi “Bunga Raya” (Anthem Negara Malaya). Di dalam gay rhythm dari : “Petik Rambutan, Bungkus di Kain”, towering Sri Panggung serta her Ladies In Waiting bergembira ria frolicking di Alam bebas. Sesak nafas segala penonton melihat sekian banyak divine sex appeal ombang ambing in you can see.

Out of nowhere muncul “Radja Djin Afried Sani Perkasa” The Bad Ogre (Symbol dari Kegelapan Jahiliyah). Buyar segala Dayang-dayang Sri Panggung digondol kedalam “gua gelap gulita” (bolong di dalam layar), oleh Radja Djin sambil enak saja pegang sana pegang sini.

Up came Anak Muda sambil menyanyikan “Lagu Nasib”, deep in minieur mencari-cari his Putri yang sambil turun dari kayangan yang kepada dia dijanjikan pada sesuatu Malam Lailatul Kadar. Air mata berlinang-linang pada para penonton wanita, sangat terharu mendengar “Lagu-lagu Nasib”.

Dar/Dor/Dung. Dar/Dor/Dung. Gelap pempita suara long (merecon sebesar bitis) dipasang di belakang layar. Sambil pukul dada dan melepaskan yells seperti “Tarzan The Apeman”. Radja Djin keluar dari “gua gelap gulita”. Terjadilah dialogue antara Radja Djin contra Anak Muda, antara The Power Of Darkness contra The Power Of Light, antara Kegelapan Jahiliyah contra Agama Islam Mazhab Sji’ah. Untuk para penontan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah, dialogue itulah yang terpenting. Jangan salah sedikit pun pronounciation cakap Melayu Sultan. Jangan khilaf fakta-fakta sejarah Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandar Kalipah dan Kesultanan Muar Malaya.

Exploded “Lagu Radja Djin” (“The Stars Spangled Banner”), Lagu Kebangsaan Amerika Serikat !! terjadilah terrible fight, dimana Radja Djin dicekik mati oleh Anak Muda. Artinya : Kegelapan Jahiliyah dicekik mati oleh Agama Islam Mazhab Sji’ah.

Di dalam melody “Happy Days Are Here Again”, Sri Panggung keluar dari “gua gelap gulita”. Artinya : Agama Islam Mazhab Sji;ah mulai bersinar di sekitar Selat Malacca. Sambil “handje-pak” (berpegang-pegangan tangan), Sri Panggung dan Anak Muda menyanyikan lagu menutup dari Sandiwara Rakyat “Bangsawan”, yakni lagu “Suwar Suwer Kemuning” di dalam melody “Swallow In The Morning”.

He got Her !! Happy Ending. Tableau (turun layar). Para penonton puas pergi pulang para pemain mulai bergembira ria dengan Sri Panggung plus Dayang-dayang di belakang layar. Insiders only !! Sangat rugi Orang Islam Mazhab Sjafi’I, yang tidak pernah mau turut main “Bangsawan”.


III. Di Belakang Layar

A. “Em-en Club Sodom & Gomorra di Medan Kota Matsum.
Golden period dari sandiwara rakyat “Bangsawan”, adalah 1930 di Medan Kota Matsum, di “Deli TheDollar Land”. Taraf permainan sandiwara rakyat “Bangsawan di waktu itu sangat meningkat, karena : Peranan Pria sudah mulai dipegang oleh Amateurs yang turut main tanpa bayaran. Yakni : Oleh Tengku-tengku serta oleh Murid-murid HBS Medan. Seperti Javanese Princes turut main wayang wong. Peranan wanita masih tetap seluruhnya dipegang oleh para pemain professionals, yang turut main to make a living of it. Wanita terpelajar di waktu itu masih merasa shocking, naik panggung “Bangsawan”.

Para pemain wanita yang professional itu, semuanya recruited dari Eurasian Out-Cast Girls, yang di waktu itu cukup banyak ada di Deli Tobacco Plantations. Ayahnya Dutch Tobacco Planter, serta Ibunya “Nyai” (Wanita Djawa kuli kontrak yang sementara menjadi Temporary Housewife pada seorang Kulit Putih). Being Eurasian Girls, Sri Panggung serta calon-calon Sri Panggung (Dayang-dayang), mudah saja dapat dipilih yang berbadan luar biasa tinggi. Supaya memenuhi sjarat, bahwa : Sri Panggung selaku “Putri Ratna Hussin” harus badannya lebih tinggi daripada anak muda selaku “Sultan Muhammad Sjah”. Supaya Sri Panggung lebih tinggi pula badannya daripada semuanya para penonton.

Peranan Anak Muda dipegang oleh seorang Pemain Amateur, yang punya stage-name : “Sri Gendut Bindjey”. Dia seorang murid HBS Medan, yang di sekolah biasa disebutkan : “Uncle Sally”. Suaranya Alto, sangat merdu menyanyikan lagu nasib. Bikin terharu dan terguling segala janda muda di Medan Kota Matsum.

Medan Kota Matsum bukannya Kotapraja Medan, akan tetapi : Medan Sultan. As exclusive and as full of fun for insiders, seperti juga Djogdja Dalem Benteng.

Peranan Radja Djin dipegang oleh seorang pemain Amateur, yang punya stage-name : “Si Untjoq Siantach”. Diapun adalah seorang murid HBS Medan, yang semula turut kebawa oleh Pamannya yang cuma setahun lebih tua, yakni : Uncle Sally “Si Untjoq Siantach” punya suara Stentor yang maha dahsyat !!

Karena suara Alto serta suara Stentor yang benar tidak ada taranya, maka : Para penonton “Bangsawan” sangat tolerant, sebagai berikut.
1. Radja Djin naik podium pakai kaca mata. Never mind.
2. Anak Muda orangnya sangat gendut, 3 kali sebesar Radja Djin. Take it easy.
Permainan “Bangsawan” bukannya dibawakan di dalam Bahasa Indonesia yang diwaktu itu baru saja lahir di dalam majalah “Pudjangga Baru”, dan masih penuh “Hollandismen”. Permainan “Bangsawan” dibawakan di dalam : “Classic Court Malayan Language”, yang di Deli disebutkan : “Cakap Melayu Sultan”. Disitu “A” harus diucapkan “EU”. Yang paling sulit adalah “R”, yang harus diucapkan gutteral menjadi kira-kira “CH”. Tidakpun mungkin dituliskan dengan ejaan Bahasa Indonesia. Umpamanya : Turun=Tuchon. Dari=Dachi, Ratna=Chatna,dlsb.
Karena handicap pronounciation “Cakap Melyu Sultan”, maka : Cuma sedikit murud HBS Medan, yang acceptable turut main “Bangsawan”. Why ?? Murid HBS Medan yang bukan Belanda, hampir seluruhnya adalah orang-orang Batak. Entah karena apa, orang-orang Batak yang Kristen tidak sanggup pronounciation dari “Cakap Melayu Sultan”. Fakta !!

First Violin di panggung “Bangsawan” dimainkan oleh seorang tua yang sudah berusia 70 tahun. Dia senantiasa disebutkan : “ Tengku NN 1” saja. tengku NN 1 adalah seorang Uncle dari Tuanku Sri Sultan Deli !! Maecenas. Kaya raya. Pelindung sandiwara rakyat “Bangsawan”. Tengku NN 1 mambiayai para pemain-pemain professional wanita. Sejak mereka masih kampungan Eurasian Out Cast Girls, sampai mereka cukup groomed-up menjadi dayang-dayang serta glamoured-up menjadi Sri Panggung.

Para pemain Amateurs, yakni : Tengku-tengku muda remaja serta murid HBS Medan, sangat mewah pula dihadiahi oleh Tengku NN 1 dengan indeaux seperti : Tennis racket, Parker Pen, Arrow shirts, dlsb. Lagipula para pemain Amateurs Pria serta para pemain professional wanita sering dibawa week-end ke Brastagi dengan mobil Rolls Royce milik Tengku NN 1. Motor car yang lengkap dengan massive golden doorknobs serta turbaned Sikh driver. Mixed double calisthenics in Bastagi in cool climate.

Second Violin dimainkan oleh Dr. NN 2, seorang Tuan Dokter yang sudah agak lanjut usianya. Dia sangat bangga, bahwa dia katanya “Bekas Klepek” (bekas Eleve Dokter Djawa masih di Abad Ke XIX), dan juga bekas Jali-jali Street Fiddler di Kwitang of mellow iden times. Sanggup menggesek biola di bawah paha, di belakang panggung, di atas kepala sanggup menggesek biola yang orang lain pegang.

Dr. NN 2 serta Tengku NN ! masing-masing puyai veritable Stradiarius. Seperti Gypsies in Hortobagy Magyar Orszag, begitulah Dr. NN 2 very heated menggesek biola contra Tengku NN 1. Bukannya in harmony main duo, akan tetapi : In fabatic dog fight main duel !! Tantang menantang,. Kejar-kejaran. Pukul-pukulan menggesek biola dari musuh.

Duel on violins sangat banyak menambah bersemngat undulating lenggak-lenggok, ombang-ambing, atas bawah, muka belakang dari frolicking Sri Panggung serta para Dayang-dayang di atas podium. Dengan suara gemuruh supported serta diminta “bis”, oleh wild enthousiastic para penonton yang penuh sesak. Why ?? Dapat dimengerti oleh setiap manusia yang pernah melihat Sri Panggung.

Sri Panggung (21) adalah seorang half savage wildeat. A Eurasian Out-Cast Girl, yang dibesarkan di Tanah Karo Dusun oleh seorang Female Witch Doctor, dan tidakpun pernah mengenal ibu dan Ayahnya. An analphabetic barefeet Contessa. An eye blinding hillbilly beauty. Gorgeously curvaceous, profusely well stacked, and stunnigly voluptuous. Vespa waisted and sexy. Tinggi badannya benar pantas untuk peranan Putri Ratna Hussin, the towering Princess Of Kufah Iraq. Yakni : 5’ 10”=1.78 meter !! Bitte schon Meine Herrn.

Sri Panggung orangnya sangat kuat karena : Semasa kecilnya di Tanah Karo Dusun dia biasa menumbuk padi, dan biasa pula memotong kayu bakar dengan kampak. Iseng-iseng doang, Sri Panggung mudah saja mengangkat seorang murid HBS Medan tinggi diatas kepalanya seperti mempermainkan bayi.

Jika berjalan dan berdiri. Sri Panggung tetap regal dan erect. Karena : Semasa kecilnya di Tanah Karo Dusun, Sri Panggung biasa naik turun gunung, keluar masuk jurang dengan barang dagangan (seperti nangka dan kayu bakar), diatas kepalanya. Training yang barulah abad ke-XX ditiru untuk calon Mannequins. How ?? naik-turun tangga dengan buku diatas kepalanya. Sangat baik hasilnya.

Para pria yang pertama kali nelihat Sri Panggung, sering sampai lupa tarik nafas !! In extreme aw melihat an undulating profusion, melihat a geodetic extravagancy, airily wrapped in You Can See. Melihat para pria lupa tarik napas ?? sungguh !! Sri Panggung punya geodetic statistic adalah : 42” 28” 44”. Ngeri. Mendirikan bulu roma Just imagine : Fourty Two, Twenty Eight, Fourty Four. Sedangkan Misses Universe hanyalah averaging : 36 “ 24” 36”.

Being Eurasian,Sri Panggung adalah ivory blanc. A beatiful face in Greek profile. Glamoured-up sejak 3 tahun dia dipelihara oleh Tengku NN 1 untuk emergency landings.

Sri Panggung di dalam usia 19 tahun, pernah melahirkan seorang anak yang hanyalah menacapai usia 7 bulan. Justru karena sudah sekali, pernah melahirkan anak, maka : Sri Panggung di dalam usia 21 tahun adalah in prime condition. Ripened and rounded. Elastic and muscular. No superfluous fat. No maiden form falsies. No scruples. Sex hungry.

Habis main, the selected few dari para pemain serta the numerus clausus dari para penonton “Bangsawan”, princely di-tracter oleh Tengku NN 1. Midnight buffet seperti di Paris di belakang layar “Folies Bergeres” juga. Dari panggung “Bangsawan” jalan kaki pindah ke sesuatu guest house milik Tengku NN 1 nearby. Ikut serta Sri Panggung serta semuanya para dayang-dayang karena : Mendapat perintah halus dari Tengku NN 1. Ikut serta setengah lusin Lustige Witwen (janda-janda muda), karena : Oleh Alto-voiced Anak Muda dinyanyikan Lagu-lagu Nasib whispered in soft light. Directly funneled into their reclining ears. Ikut serta a lot of Ladies Of Noble Birth and of uncertain vintage. Suka rela just for the fun of it. Total 15 orang Pria serta 20 orang wanita. Majority adalah numeric di pihak wanita. Sedangkan sebenarnya : Battle hardened Sri Panggung (42” 28” 44”) serta 4 orang dayang-dayang (averaging 39” 26” 40”), berlima saja sudah de-facto majority, How ?? Easily sanggup membanting modar cuma 15 orang male victims, yang sebahagian terbesar adalah Tengku-tengku serta murid-murid HBS Medan yang masih muda remaja.

Di guest house milik Tengku NN 1 itu ada sesuatu ruangan tengah yang maha besar. Thickly wall-to-wall carpeted. No chairs. Arabian 1001 Night style, with just only cushions on the carpet. Disitulah diadakan midnight buffet party, Tengku NN 1 sedia car loads Sampin (Champagne = Botol-botol Pung Pang) in his guest house. Well fuelled dengan Sampin the duelling violinists lebih bersemangat lagi menggesek biola. They thunderrously struck “Geylang Si Paku Geylang, Geylang Si Chameu”, “Tjiq Awang”, “Bunga Teloch” dan lain-lain old Malayan folk songs yang sudah streamlined oleh Tengku NN 1, menjadi lebih nerve breaking daripada “Belly Dance Cairo”.

Ladies Of Noble Birth sudah terlebih dahulu menyediahkan makanan yang pantas untuk eager and war-spirited Ladies and Gentlemen. What ?? Rare and whole roasted lambs, lavishly seasoned dengan super classic aphrodisiacs, termasuk Jamur Belang !! Look out. Jika sedikit saja salah masak, maka : Jamur Belang adalah deadly poisonous . was.

Jika expertly dipersiapkan di dalam usus domba, maka : Jamur Belang menjadi : “The Delicatesse Of Venus On The Olympus”, delightful dainty, a caress to the throat, but itchy to the female body in top top secret places. Blackening-out the brains. A thousandfold multiplying libido. Transforming shy breast-feeding mothers, menjadi sex hungry harlots, as aggressive as high in season.

Jamur Belang sangat ill faned di dalam sejarah dunia, Why ?? Jamur Belang itulah the myterious driving power di belakang perversities Roman Scandals, perversities versal Virgins serta perversities Sodom & Gomorra !! Itu dia, Jamur Belang setiap hari pula dimakan oleh Ladies Of Noble Birth, bangsanya Ratu Messalina, Ratu Jezibel, Lucretia Borgia dan lain-lain semacam itu, dipersiapkan sengaja tanpa usus domba, Jamur Belang digunakan antara lain untuk meracuni Socrates Ahli Filsafat Yunani. Berupa execution hukuman mati, yang dia boleh pilih sendiri.

Sengaja atau tidak sengaja, semuanya hadirin wanita at midnight di guest house Tengku NN 1, sangat banyak memakan Sodom & Gomorra fuel, yang rasanya memang sangat enak. Akibatnya seperti digemari serta diperhitungkan oleh Tengku NN 1. How ?? Tengku NN 1 sudah tua dan sudah impotent. Tidak sanggup main kuat sendiri. Akan tetapi : Tengku NN 1 sangat menggemari tontonan : lain-lain orang yang main kuat en-masse. Seperti Kaisar Nero. Di belakang layar, sandiwara rakyat “bangsawan”, terjadilah : Roman Scandals In Modern Times. Seperti juga di Sodom and Gomorra, aggressive pushing power adalah seluruhnya di pihak eve !! All night long. Sampai habis didinginkan akibat dari Jamur Belang in rare roasted lambs. Cuma dapat didinginkan, dengan abundantly menggunakan male service.

Top-top-secretly itchy females tidak dapat menggaruk deep seated itch yang cepat sekali terasa burning, selama mereka masih berpakaian. Untuk melupakan inconvenient itch, semuanya top-top-secretly itchy females itu mulai solo dancing, di dalam gay rhythm dari “Geylang Si Paku Geylang, Geylang Si Chameu Chameu”. Twisting, swinging, and gyrating. Hal mana pada those poor Jamur Belang victims, hanyalah prepostorously akibatnya malahan sanagt memperbesar Libido serta menambah parah deep seated itch.

Big and strong Sri Panggung serta para Dayang-dayang menggendong para pria one by one semuanya terpaksa turut dancing. Karena sudah ada male partners in minority, maka : The females in majority yang sudah mulai lupa dunia karena Jamur Belang, fighting and screaming memperebutkan male partners. Hal mana pada mereka malahan melonjak-lonjak mengelorakan Libido. Pengaruh dari Jamur Blang blackening-out the brains pun mulai timbul. Akibatnya : Cancing females itu menjadi seluruhnya lupa dunia. Lupa segala batas sopan santun.

Chased-on oleh ducling Maestro contra Virtuoso, frenctically itchy and mentally blacked-out wanita korban Jamur Belang itu, mulai strip tease sambil dancing. Di dalam hefty staccato dari : “Hepta Hepta Hey, Hepta Hepta Ta”, pada setiap “Hey” dan pada setiap “Ta”, berterbangan ladies lingeries yang dilepaskan dan dilemparkan oleh savagely dancing wanita, Jamur Belang victims itu. Di dalam keadaan gelap mata, mereka in a jiffy sudah selesai stripped-off in loco motion. Battle happy in Eve’s costume, mentally blacked-out female Jamur Belang victims serentak pula menrkam their male partners pihak pria in a split second sudah selesai pula stripped off oleh yelling pihak wanita, howling crazy of burning and deep seated itch.

Tari-tarian menjadi : “Ronggeng In Nudist Camp In Sodom & Gomorra”. Gorgeously voluptuous in Eve’s costume, towering Sri Panggung ombang-ambing undulating menjanjikan : “Ai Tipang Tipang, Tipang Tolo Da Turang, Ai Tipang Tipang, Tipang Do”. Freely scratthing now burning red and stunningly swollen top-top-secrets. Diikuti singing, swinging, and scratching, oleh semua wanita korban Jamur Belang lain-lainnya. Tipang=gatal, di dalam Bahasa Kanak-kanak di Tanah Karo Dusun. Tipang Tolo=gatal sekali. “Ai Gatal Gatal Gatal sekali Ja Turang, Ai Gatal Gatal, Gatalnya.” QED. Begitulah asal mulanya lagu itu. Turang=Upiq=Butet, di dalam Bahsa Karo Dusun.
Dancing pihak Eve menyerang in close combat. Stante pede menggunakan mouse trapped pihak Adam untuk mendinginkan deep seated itch. Tari-tarian berlangsung terus berupa : Belly Dance In Sodom & Gomorra”. Sangat bergembira berlangsung di dalam war spirited rhythm dari lagu : Parbudjikkil, Parbudjekkel, Pardjambunan Di Tonga Tonga”, yang sangat fanatic dinyanyikan oleh obese Si Gedut Bindjey, sambil dia sendiri heftily disalag gunakan oleh Lustige Witwem, 3 lawan 1.

Pihak wanita kekurangan partners untuk male service. Pihak pria rebut-rebutan dijudo on the carpet oleh yelling, fighting, and crawling pihak wanita. Sangat memalukan untuk pihak Pria. Nightlong dibanting modar oleh insatiable pihak wanita. En-masse. On the carpet !!

Begitulah “Deli In The Gay Thirties”, mendekati Sodom & Gomorra. Sangat dinikmati oleh old and important Tengku NN 1. Walaupun dia sendiri, serta as old and as impotent Dr. NN2, tidak boleh turut stripped-off dan tidak boleh turut di judo on the carpet. Disitulah mulai the very excelusive “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum. Sponsored oleh well heeled Tengku NN 1 sendiri-sendiri. Heated dengan Sampin. Fuelled dengan Jamur Belang.

Tidak dihiraukan oleh Tengku NN 1, sesudah fakta yang sangat parah pengaruhnya di dalam sejarah dunia. Which one ?? Wanita yang sekali pernah menikmati Jamur Belang treatment, seumur hidup menjadi Jamur Belang Addict !! Seperti yang sudah tersebut tadi beberapa. Repeat : Ratu Messalina, Ratu Jezibel, Lucretia Borgia. Dari wanita lingkungan “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum, yang paling parah menjadi life-time Jamur Belang addict, adalah : Big and strong Sri Panggung. Lihat next chapter perihal : Ibu Hadji Ratna Chalidjah.

Flowery “Cakap Melayu Sultan” hingga tahun 1942, sempat dibawahkan keluar panggung “Bangsawan”. Dibawakan oleh Si Gendut Bindjey and his nephew Si Untjoq Siantach. How ?? Berdua mereka mementaskan lakon : “Sinjo Kelas Dan Si Mertu Pik”. What’s that ?? Medan Kota Matsum edition dari “Sinterklaas En Zwarte Piet”.

Sinjo Kelas yang luar biasa gendut seperti hippopotamus. Berdjanggut palsu, putih dan panjang berombak-ombak. Dengan suara Alto menyanyikan Lagu-lagu Nasib. Mengharuhkan segala wanita dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Segala apa jang dinikmati, menjadi gratis tanpa bayar.

Si Martua Pik yang dibikin hitam dengan arang. Pakai kunis pakai kaca mata. Dengan suara Stentor yang maha dahsyat memperkenalkan diri pukul dada sebagai berikut :
“Chadjeu Djin Afchied Sahni Peuchkaseu.
“Handeu Ham puuuuuuuuuu njeu Nameu !!
Juga very welcome pada segala wanita dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Menjadi : “The Stentor Voiced Tarzan”. Menjadi Adonis yang besar badannya cuma sepertiga dari obese Sinjo Kelas.

Segala Titah dari Sinjo Kelas, dipenuhi oleh Si Martua Pik dengan very humble : “Humbeu Tuanku” (“Your Serf Mylord”). Sinjo Kelas memanggil Si Martu Pik dengan : “Cha-daaaaam !!” (“Slave”). Dengan suara gemuruh dijawab oleh Stenor voiced Si Martu Pik dengan: Eungkuuuh !! (Sir !!). kedengaran 7 rumah jauhnya di Gang Hauber.

Thunderous laughter, pada setiap pertunjukan dari Menteng sampai ke Gang Hauber. Das Ist Nur Einmal. Und Kommt Nicht Wieder. In Batavia (Djakarta) Of Olden Times. Before The Second World war. Sweet sweet Memories of A Sophisticated Old Bandit !!

Saluut kepada : Si Gendut Bindjey (Almarhum Uncle Sally). Bintang Mahasiswa Hukum yang di Zaman Kolonial Belanda, siang malam tidak lain cuma main gila. Akan tetapi : pada waktunya sempat tammat HBS, dan sempat pula mencapai gelar : Meester In De Rechten (Sarjana Hukum). Wafat sambil ber-Zikir !! Selaku petugas dari created Republik Indonesia, oleh Pemerintah Pusat diutus ke Sumatra Timur dan dibunuh oleh Tentara Djepang di Tebing Tinggi Deli (1945) “May God Receive His Soul In Eternal Peace In Rachmatullah. Ameen.”

Salut kepada : Dr. NN 2. Virtuoso yang contra Tengku NN 1 sangat besar berjasa, turut streamlining legio old Malayan folk songs. Termasuk the now famous : “Geylang Si Paku Geylang. Geylang Si Chameu Chameu”. Termasuk the now sophisticated : “Ai Tipang Tipang, Tipang Tolo Da Tipang, Ai Tipang Tipang, Tipang Do”. Bapak Dokter yang pada male and female members “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Kota Matsum, sangat teliti periodic memeriksa WR serat Coffee Beans. Segera curing eventual S1 dan GO.

Salut kepada : Karo Dusun Female Witch Doctor, yang second month menampung segala little accidents pada female members “Em En Club Sodom & Gomorra”. Tanpa bebas. In Just only 2 weeks, sudah actively and lively kembali lagi in circulation, in Eve’s Costume.

Salut kepada : Tengku NN 1. Maecenas Maestro Sponsor yang terakhir dari sandiwara rakyat “Bangsawan”. Hartawan. Agamawan. Pelindung Agama Islam Mazhab Sji’ah di Sumatra Timur. Mengongkosi perayaan “Tabut Hassan & Hussin”.

Salut kepada : Em En Club Sodom Gomorra di Medan Kota Matsum, 1930. Peninggalan di Republik Indonesia, berupa Top Hits yang disiarkan oleh RRI. Yang dinyanyikan sampai di segala taman kanak-kanak. Believe it or not. It is true. The truth is much more inbelievable, compared to phantasy !! Believe me, Brother.

B. Ibu Hadji Ratna Chalijah.
What about Sri Panggung ?? A heart warming success story !! Lebih tegang daripada : “Suzie Wong”. Sangat baik seandainya dijadikan Movie Script untuk sesuatu Film National. Lebih Paju daripada “Suzie Wong”, exportable into the World Market. Gaining Foreign Currency. Schlager yang dapat pula memperkenalkan “Bangsawan” serta Ronggeng Melodies dari Deli 1930, kepada World Audience. Menjadi popular back home in Kentucky. Menjadi Favorite pada film festival di culture centre Tasjkent. A Success Story ?? How ??

Sri Panggung di dalam usia 24 tahun, mengundurkan diri dari very lucrative Panggung “Bangsawan” dimana dia mendapat 10 % dari Recette, serta dari still more lucrative panggung Ronggeng dimana dia mendapat 40 % dari recette (isi dari the famous baskom, “waschkom” yang begitu termasjhur di seluruh Sumatra Timur). Sri Panggung settled menjadi wanita Burdjuis. Being a Eurasian, very keen and cunning in business. Brokening in Gold & Jewelries, sambil membodoh-bodohi Ladies Of Noble Birth yang membutuhkan cash untuk Boy friends. Memiliki Coconut Plantations di Tanah Karo Dusun. Memiliki Chrysanthemum and Cabbage Plantations di Tanah Karo Gunung. Memiliki Buffalo Herds di Atjeh dan Dairi. Memiliki Bungalow di Brastagi. Memiliki Emergency Landing Cottage di Medan Kota Matsum. Memiliki Wisma di Tanah Karo Dusun. Memiliki a Chain Of Stores di Pasar Central Medan, Bindjai, Brastagi, dan Kabandjahe. Naik Hadji ke Mekkah. Menjadi very respected : “Ibu Hadji Ratna Chalidjah”, pelindung Agama Islam Mazhab Sji’ah. Memelihara seorang suami yang resmi, seorang Beau Sabreur In Dolce Far Niete.

Sri Panggung the life long Jamur Belang addict, yang setiap hari memakan self prepared Jamur Belang in rare roasted lamb, benar adalah : A heart warming Success Story. Akan tetapi alas, sedikit sulit diikuti oleh wanita-wanita lain. How ??

Very helpful Sri Panggung day and night any time siap sedia, menolong murid HBS Medan di dalam hal Praticum Geodetics (Latihan Ilmu Ukur Garis Lengkung). Menolong dengan menyediakan Objects Of Study, berupa Heavyweight Geodetics (42” 28” 44”) in statu nascendi. In daylight, in soft light, ataupun in pitch darkness. Private Instructions ataupun Multiple Classroom.

Murid-murid HBS Medan para Penggemar Practicum Geodetics with the bare fingers sering pula mendapat cadeaux serta mendapat cash dari very popular Big Sister Sri Panggung. Dia kaya raya dari recettes “Bangsawan” serta Ronggeng. Big Sister Sri Panggung malahan lebih boros lagi daripada Tengku NN 1, di dalam hal memberikan cadeaux serta cash kepada murid-murid HBs Medan dan kepada Tengku-tengku yang masih muda remaja. Why ?? Supaya sering berani datang sweat-cure di rumah petak yang ditempati oleh Sri Panggung, yang begitu princely out-fitted oleh Prince NN 1 untuk emergency landings.

Very welcome. Akan tetapi awas !! Senelum pihak pria selesai menikmati Latihan Ilmu Ukur Garis Lengkung with the bare fingers, pada heavenly Forty-Two inches of heaving and panting Landscape Wonders, Sri Panggung sudah mulai main sendiri. How ?? Very nasty Big Sister Sri Panggung supine in Eve’s costume, tanpa izin menangkap tikus, dengan menggunakan crater-hot Forty-four inches mouse-trap !! Look Out. Suicide. Big Sister Sri Panggung sanagt berbahaya, mutilating dengan power-springs loaded mouse-trap. Insatiably sucking-out mouse-trapped victims.

Dengan good old Tengku NN 1 selaku wasit, pernah 5 orang Tengku-tengku serta Murud-murid HBS Medan very heroic but very stupid, , menerima tantangan 3 hours simultanneous fight in Sodom & Gomorra, contra Big Sister Sri Panggung sendiri saja. walaupun 5 orang pria muda remaja itu terus menerus bertempur dengan heroima yang maha besar, akan tetapi : Mereka berlima enak saja back breaking dibanting modar oleh gorgeously curvaccous Sri Panggung. Masing-masing in humuliating 6 – 1 scores. Totalling gloriously : 30 – 5. In just short of 3 hours. Sangat dinikmati oleh Big Sister Sri Pangung, gerak badan yang begitu. Sangat dinikmati oleh Tengku NN 1, mendaftar each score.

Sejak itu, battle happy Big Sister Sri Panggung oleh murid-murid HBS Medan very respectful disebutkan : “Big Bertha Caliber Empat puluh Empat”. Tahan serangan Rapid Fire seberapa heroic dan seberapa banyak saja.

Sri Panggung sanggup melumpuhkan 5 orang male victims in 30 fights during 3 hours only, karena : Big Bertha Caliber Empatpuluh-Empat tidak pernah membutuhkan lebih daripada 3 minutes for each fight. How ?? Male victim in a split second sudah fought under oleh Sri Panggung as strong as a bison. Ditimpa seberat buffalo. Pronto mouse-trapped in an iron grip, serta sucked-out dengan peristaltic ring muscles. Suffocated in king size bumpers male victim itu sendiri, sprawling mempercepat his own knock-out. Satu-satunya way-out supaya jangan mutilated oleh power springs loaded mouse-trap.

Kind hearted Big Sister Sri Panggung kemudian mengembirakan her defeated victim, masing-masing dengan unlimited heavenly and blisefully merry-go-round. Seperti Wodan Riding The High Clouds. Repeat : Seperti sering berani datang sweat-cure in the lioness denn. Very welcome. Akan tetapi : Exclusively dibatasi oleh Big Sister Sri Panggung, hanyalah murid-murid HBS Medan serta Tengku-tengku yang muda remaja, yang berusia 15 @ 18 tahun. Artinya 3 @ 6 tahun lebih muda daripada Big Sister Sri Panggung sendiri. Gigolo’s yang tinggi badannya 10 @ 15 centimeter dibawah 1,78 meter towering Sri Panggung sendiri. Gigolo’s yang sedikitnya sejumlah setengah lusin , permanent dibutuhkan oleh Big Sister Sri Panggung, being a Jamur Belang addict. No Snobs. No rich men from the street. “Bangsawan” and Ronggeng starring Sri Panggung was not for sale !! Cuma iseng doang perlu gerak badan, just to keep fit.

Chadjeu Djin (18) accidentally lulus HBS Medan. Setelah 3 tahun dinas selaku part-time Gigolo, happy-go-lucky puas rocking on dengan Big Sister Sri Panggung. The first ranking of her 7 Princes des Beaux. Plenty of Arrow shirts. Never short of ping-ping. Sebelum berangkat ke Delft Holland menjadi Mahasiswa Sekolah Tukang. Chadjeu Djin terpilih oleh Big Sister Sri Panggung dari her 7 Gigolo’s, untuk sesuatu tugas kehormatan. How ?? Memenuhi Perintah Atasan, yang bunyinya : “Go and Multiply !! “Big Sister Sri Panggung baru saja emeritus mengundurkan diri dari Panggung “Bangsawan”, dan juga baru saja selesai monthly periodics. Sehingga pelaksanaan dari Perintah Atasan joyously dapat dilangsungkan.

Beloved Chadjeu Djin During 6 critical weeks dikurung oleh Big Sister Sri Panggung in the lioness denn. Didatangkan 2 orang dayang-dayang untuk menampung segala visits, sambil Sri Panggung piously memenuhi Perintah Atasan. Chadjeu Djin in captivity seperti Adam in paradise, ditugaskan mengsuccesskan Perintah Atasan. In casu : Ditugaskan mencitak his own image pada crater hot anvil. Mencitak sesuatu tanda mata yang hidup, untuk dan pada Big Sister Sri Panggung sendiri, after periodics high in season.

Pencitakan day and night sangat teliti supervised oleh Female. Wicth Doctor, yang dari pagan parts of Tanah Karo Dusun mendatangkan a lot og mildly poisonous herbs and aphrodisiacs. Cukup untuk satu ribu serviceing stallions. Big Sister Sri Panggung sendiri tetap setiap hari memakan self prepared Jamur Belang, dan sangat radji pula turut makan minum big doses of Karo Dusun aphrodisiacs. Hampir celaka Chadheu Djin, in 6 weeks of slave-labour in captivity. Hampir expired mati-pahlawan in paradise. Mati tidak suci melaksanakan Perintah Atasan.

“Mission Accomplished” jubilantly pronounced and exclaimed oleh supervising Female Witch Doctor, at long last only after 6 weeks of strenous slave-labour di pihak Adam. Worn-out Chadjeu Djin dilepas oleh gleaming Big Sister Sri Panggung, dengan “Salam Beuchisi” sebesar 500 Guilders=200 US Dollars. What for ?? Tradisional fee yang di Kesultanan Deli biasa dibayarkan oleh Highly Esteemed Ladies Of Noble Birth, kepada seorang cousin yang sudah successful selesai keel-laying in 6 weeks of witch doctored captivity. Sering oerlu service yang begitu, jika the princely husband sendiri sudah terlalu degenerated untuk keel-laying, pada all his changing consorts.

Traditional fee in cash yang begitu besar, kemudian antara Marseille dan Delft Holland, cukup untuk Chadjeu Djin selama setengah bulan menjadi :”Son Altesse Le Prince Couronne de Cappala Bato”. Menikmati : “La Vie Parisienne” di Montparnasse Paris. “Hana Peng, Hana Maina.” Akan tetapi juga : “Hana Maina, Hana Peng.” Very useful pribahasa Atjeh. Artinya ?? You find out.

Before leaving for 6 years in Europe, Chadjeu Djin mendapat Bon Voyage Party di rumah petak tempat tinggal Big Sister Sri Panggung. Hadir semuanya teman-teman sejawat Gigolo’s, total 7 men strong. Hadir 4 orang dayang-dayang yang di dalam hal Heavyweight Geodetics, hanyalah second only to Sri Panggung. Hadir Tengku NN 1. Sampin. Jamur Belang in rare roasted lamb. Canned music dengan airmapon (gramophone tanpa listrik), serta war spirited records : “Terbikin oleh Tio Tek Hong Tjap Gangsa”. Di dalam kepastian bahwa Mission sudah accomplished, tinggal tunggu penuh 9 bulan incubation. Big Sister Sri Panggung joyously menikmati lagi simultaneous fghts, contra her 7 Gigolo’s semuanya. Kind hearted dia mengizinkan pula male service, untuk mendinginkan deep seated itch pada 4 orang dayang-dayang. Tengku NN 1 sangat teliti mencatat total 43 knock-outs pada 7 Gigolo’s, in just under 5 hours.

Traditional fee in his pocket, dismissed Chadjeu Djin plus satu extra luggage, yang luxuriously dipenuhi oleh loving Big Sister Sri Panggung, berangkat dari Belawan dengan kapal “SS Indrapoera RL”. Menuju ke Sekolah Tukang di Delft Holland. Sudah tahan dibakar dan tahan direndam, coached oleh insatiable Big Sister Sri Panggung di dalam usia 15 sampai 18 tahun. Lifelong terus menerus akan menjadi Freelancer. Never fearing the stork. But deadly fearing marriage status. Poor Chadjeu Djin. Korban “Em En Club Sodom & Gomorra” di Medan Matsumery.

Ketinggalan di Medan Kota Matsum, Big Sister Sri Panggung (24) expanding in colossal pregnancy, merasa perlu : For Social standing mesti nikah di depan penghulu. Siapa calon Bridegroom ?? 6 orang Gigolo’s lainnya, tidak ada yang mau mementaskan peranan Sanctus Simplicitus di depan Penghulu. Walaupun dipancing dengan 1.000 Guilders Cash down (cukup untuk satu second hand motor car), serta life-time gratis makan tidur. Seorang male victim harus lekas dtangkap, karena : Big Sister Sri Panggung in pregnancy cepat sekali bigger and bigger expanding.

Big Sister Sri Panggung fearsome in the seventh month of colossal pregnancy, menurut statistics Tengku NN 1 mencapai diameter 58 centimeter serta Waistlina 54”. Dengan tinggi badan yang 1,78 meter, benar fearsome untuk segala makhluk manusia. Pada saat begitulah, Big Sister Sri Panggung at long last berhasil menjerat seorang male victim, yang dapat digiring di depan Penghulu. Apa orangnya buta ?? Lebih para lagi !! Orangnya adalah seorang tukang tarik layar di panggung “Bangsawan”, 5 tahun lebih muda daripada his new Missus. Tukang tarik layar itu, adalahseorang silly factotum, dengan IQ kira-kira sama dengan anak kecil umur 3 tahun. Sambil Sri Panggung “dikurung di dalam dua gelap”, dia di belakang layar very cruel handed mempermainkan Si Silly Factotum, yang sudah very happy jika merasa body heat dari adired Dri Panggung.

Si Silly Factotum naik status menjadi Silly Husband, resmi legalised di depan Penghulu. Silly Husband seterusnya seumur hidup very happy gratis makan tidur. For married kept in cubicle near the kitche, oleh well heeled and polyandrous Sri Panggung alias Ibu Hadji Ratna Chalidjah. Trained di dalam : “service a la bouche”. Menolong Ibu Hadji Ratna Chakidjah secukupnya mencapai orgasmis dischrges, untuk hal mana setengah lusin Gigolo’s masih saja tidak mencukupi. Tetap saja left handed emptied oleh his Missus. Tidak sekalipun pernah menikmati meery-go-round in happy rock and roll. Nasib kodok !!

Silly Husband menjadai Ornitornitjon Silly Husband diberikan hobby memelihara membunuh. Silly Husband diberikan hobby memelihara burung tikukur. Diberikan pula king size voliere seluas (15 x 30) meter, tertutup kawat-ayam. Lengkap dengan pohon-pohonan didalamnya. Silly Husband tidak pandai bicara dengan manusia, akan tetapi : Menjadi pandai bicara dengan burung tikukur. Sanggup menternakkan Kuk-Duabelas Sisik Sembilan in captivity. Ahli Cukur ornithologist !!

7 bulan setengah sampai di Delft Holland, Chadjeu Djin menerima sepucuk surat yang air-mailed dari Medan Kota Matsum. Disuruh buatkan oleh analphabetic Big Sister Sri Panggung Why ?? Dia meminta nama untuk seorang Girl Baby !! Oleh Chadjeu Djin pronto cabled : Siti Parlinah. Berupa tanda penerimaan uang. Cash Down sebesar 500 Guilders. Chadjeu Djin sebelum penuh berusia 19 tahun sudah resmi diakui Ayah dari seorang Baby Girl. Diakui oleh Big Sister Sri Panggung !! Siapa yang sanggup begitu ?? Selama Chadjeu Djin Mahasiswa di Delft Holland, Big Sister Sri Panggung very attent pula setiap bula mengirim rendang. Panas-panas dia masukkan kedalam kaleng, dan rapat di-patri. Tahan lama bertahun-tahun.

Masih di Zaman Kolonial Belanda, sebelum PD II, Big Sister Sri Panggung sudah sanggup pergi naik Hadji ke Mekkah untuk mencapai very respected status Ibu Hadji. Big Sister Sri Panggung dengan nama : Ibu Hadji Ratna Chadidjah menjadi Tiang masyarakat di Tanah Karo Dusun (bahagian dari Tanah Karo Dusun yang menjadi jajahan, takluk dari Kesultanan Deli serta dari Kesultanan Langkat) yang 50/50 ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Pertama kali “Turang “ (sri Panggung) mempunyai nama.

Masih sebelum PD II pula, Ibu Hadji Ratna Chadidjah sudah mendirikan sebuah wisma di Tanah Karo Dusun, akan tetapi dekat ke Medan. Wisma itu terdiri dari atas : Rumah tempat tinggal lengkap dengan king sixe bedroom sebesar (5 x 12) meter, Kantor Pusat, Guest House serta Surau.

Guest House itu sebenarnya untuk Managers dari oulying plantations yang datang reporting sambil mengharapkan banus, berupa merrygo round dari the generous Missus. Akan tetapi : Di dlam Guest House itu ada pula 3 orang male Assistants yang intern. Keeping the correspondence in file. Keeping the books in accountncy. Last but not least : Keeping the demanding Missus well oiled in good running condition. Karena tidak lagi main “Bangsawan”, maka : Ibu Hadji Ratna Chalidjah tidak lagi recruiting Gigolo’s dari kalangan Tengku-tengku muda remaja setra murid-murid HBS Medan. Menjadi recruiting good looking Bookkeepers.

Ibu Hadji Ratna Chalidjah very keen and cunning in business, tidak pernah kekurangan eager Business Relations. Terutama tuan yang terhormat bekas penonton “Bangsawan” (dan Ronggeng), yang dahulunya penuh sesak banyaknya, serta dengan sesak nafas menonton Sri Panggung (Bintang Ronggeng) ombang ambing di atas podium. Mereka dahulu mengetahui adanya very exclusive “Em En Club Sodom & Gomorra”. Mengetahui pula bahwa money making Sri Panggung (Bintang Ronggeng( recruited her hand picked Gigolo’s, hanyalah dari lingkungan Tengku-tengku yang masih muda remaja serta Murid-murid HBS Medan. Untuk mereka at long last kesempatan, chancing the legendary Sri Panggung (Bintang Ronggeng). Ripened di dalam bentuk very rich Ibu Hadji Ratna Chalidjag, masih saja gorgeusly curveceous, profusely voluptuous and stunningly beautiful. Ewer ewer ngiler mereka yang datang berduyun-duyun, meramaikan business discussions di dalam king size Master Bedroom di Wisma Ibu Hadji Cholidjah. Very welcome.

Airy and tantalizing in You Can See, Ibu Hadji Ratna Chalidjah very keen mempermainkan at least 3 Busuness Relations at the same time. After eacd deal, on the spot favouring the Winner in tender swing. Nerve breaking untuk the mounth watered on looking loasers. Business Relations from deal belomba-lomba di dalam sky rocketing bids !! The last. Winner of the day, diizinkan spending the night over. Bukannya di dalam Guest House, akan tetapi di dalam king size Master Bedroom. Favour yang all-out sought after oleh Business Relations.

Ibu Hadji Ratna Chalidjah bertambah kaya raya. Maling famcy profits. Selling coconuts like gold. Selling chrysantemums like platina. Selling cabbages like diamonds. Extorting Business Relations, terpaksa terus menerus membeli dari Ibu Hadji Ratna Chalidjah dengan fancy prices.
Taat kepada Perintah Atasan, Ibu Hadji Ratna Chalidjah in her joyful life melahirkan 5 Kids. Cuma begitu sedikit hasil dari never ending usaha pencitakan, karena : Female Witch Doctor siap sedia melenyapkan semuanya unwanted dan semuanya untraceable pregnancies. Anak-anak yang very selective Ibu Hadji Ratna Chalidjah, diizinkan OK beleh terus ripening selama 9 bulan penuh adalah sebagai berikut :
1. Son, Sired oleh seorang Tionghwa Singkeh. Masih di Tobacco Plantation. Sebelum “Turang” discivered menjadi Sri Panggung.
2. Daughter. Sired oleh seorang beloved Gigolo. Murid HBS Medang, Adonis Pemain “Bangsawan” Amateur di dalam peranan : “Chadjeu Djin”.
3. Daughter. Sired oleh seorang Perantjis dari Societe Financiere. Seorang mustached Roman Novarro. Singing like Tino Rossi, lagu-lagu bangsanya : “J’Attendrai”, “Sous Les Toits De Paris”., “J’Ai Deux Amours”. Sangat terharu dan terguling Ibu Hadji Ratna Chalidjah . lupa segala Agama Islam Mazhab Sji’ah. Akhirnya orang Perantjis itu melarikan diri ke Congo. Tidak kuat sendiri harus meladeni seorang Jamur Belang Addict, yang bertambah-tambah demading karena colossal and fearsome in pregnancy Coward !!
4. Daughter. Sired oleh serang Tuanku Sri Sultan, yang citi sakit di Brastagi dan kurus kering bertambah-tambah sakit, Mouse trapped and sucked out oleh formidable Ibu Hadji Ratna Chalidjah. Hasilnya : “Siti Sultanan” yang di Wisma Ibu Hadji Ratnma Chalidjah disebutkan : “Anaq Chadjeu”. Di dalam segala hal : Calon Sri Panggung II. Sangat disesalkan oleh Ibu Hadji Ratna Chalidjah, tidak menjadi “Muhammad Sultan Alamsjah”.
5. Son, Sired oleh seorang Dai Nippon Teikoku Rikugun Kempei Tai Sjo I. Dia quoet simple selama 4 bulan mengurung Ibu Hadji Ratna Chalidjah, tanpa Famale Witch Doctor, dengan tuduhan : “Subversive Actions”. Sangat puas dengan Subversive Actions, yang benar dia peroleh dari Ibu Hadji Ratna Chalidjah, undulating in Eve’s costume. Mau tida mau. Ibu Hadji Ratna Chalidjah terpaksa melahirkan : “Nipon Kodomo Taiheng Yoroshi”. Untuk Kemakmuran bersama, Asia Timur Raya. Di dalam hal mana orang-orang Djepang sangat berjasa.

Masih di Tobacco Plantations, sebelum penuh berusia 19 tahun, Ibu Hadji Ratna Chalidjah (Sri Panggung=Turang), sudah melahirkan anak dari seorang Tionghwa Singkeh ?? How ??

Turang sendiri sired oleh seorang towering Dutch Tobacco Planter pada seorang “Njai” (wanita Djawa kuli kontrak, yang temporary promoted menjadi : “Babu Dalam”). Deli punya macam. Berlainan dengan di Pulau Djawa, di Sumatra Timur tidak ada “Belanda Indo”, yang sangat dimanja-manjakan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Akan tetapi : Di Sumatra Timur situation adalah sama seperti di Semanadjung Malaya, dimana “Half Casts” adalah lebih rendah daripada “Natives” (Inlanders).

Ibu dari “Turang” di dalam keadaan pregnant 5 bulan, sudah dismissed oleh her freelancing Dutch Lord and Master, sebagaimana lazim dengan dowry 500 Guilders (200 US Dollars). Out of no where muncul seorang Batak Krani Timbangan, yang segera saja mau resmi menjadi suami dari pregnant Ex Njai. Untuk menolong menghabiskan cash money yang sekian banyak.

Berumur cuma 3 hari, “Turang” oleh ibunya sudah dijual seharga satu Ringgit (satu US Dollars), kepada seorang Female Witch Doctor di Tanah Karo Dusun di pinggir Tobacco Plantations. Disitulah “Turang” mendapat nama panggilannya “Turang” (Butet, Upik). Disitulah “Turang” dibesarkan, hingga dia berumur 15 tahun.

Female Witch Doctor suka main ceki dengan wanita Djawa kuli kontrak di Pondok. Akibatnya : Dia tidak pun punya uang untuk membeli sandang pangan. Akan tetapi : Seorang Tionghwa Tukang Warung selama 3 tahun sangat luas memberikan Credit kepada Female Witch Doctor. Notabene seorang meagre and miserable Singkeh, yang sudah berusia lebih setengah abad. Sampai Credit menjadi sebesar 300 Guilders (120 US Dollars). Kenapa begitu baik budi itu Singkeh Tjina Warung ??

Singkeh old miser mouth watered melihat growing-up and blossoming-out “Turang”. Barefeet and shantily clad terpaksa in one piece you can see. Promising a veritable Paradise On Earth. Harus lekas-lekas secured, sebelum dimakan oleh entah seorang Dutch Tobacco Planter, yang paling suka consuming their own products. Deli punya macam.

Di dalam usia 15 tahun only, crying “Turang” suada palmed in dan sudah pula defflorated oleh penny-wise Singkeh Shopkeeper itu. After 3 long years on the receiving end, now adult “Turang” masih saja belum melahirkan anak dari her very ctive Owner. Why not ?? Tjina Warung itu sudah impotent. Akan tetapi : Being an Opium Addict, Libido sangat besar padanya setiap kali dia mengisap candu.

Karena sangat banyak candu, untuk sepenuhnya dapat menikmati his now profusely voluptuous possession, maka : Tjina Warung itu menjadi jatuh miskin. Sedangkan candu di waktu itu, resmi tapi sangat mahal dapat dibeli unlimited dari Opium Regie Pemerintah Kolonial Belanda. Dari mana uang untuk terus menerus dapat membeli candu ?? Sedangkan warung sudah kosong tanpa investment tanpa barang dagangan. Singkeh Shopkeeper ada akal. Singkeh punya macam !!

Dengan bayaran 25 Guilders (10 US Dollars) per person, Tjina Warung itu after shop closing hour, mempersewakan his gorgeously curvaceous and very sexy possession kepada mouth-watered male clients yang ingin spending a long night in good female company. Segera sangat paju !! Malahan traffic menjadi sulit, karena : Setiap malam datang sedikitnya 4 orang Singkeh, masing-masing eagerly paying for long night. How ??

Singkeh Shopkeeper tidak sampai dirugikan 75 % dari Gross In take Singkeh clients mendapatkan solution, yang sanagt memuskan untuk segala pihak terkecuali untuk “Turang”. Yakni : Semuanya mereka membayar penuh Bea Cukai masing-masing sebesar 25 Guilders kepada Tjina Warung. Kemudian mereka in the nude, very noisy main Mah Yong sambil sangat banyak minum arak serta makan b 2 panggang. Berupa side-line entertainment, terpaksa diladeni oleh “Turang” in Eve’s costume . hongkong Kowloon-side punya mcam !! Drunken Singkeh gamblers gantian memberikan floor-show : “Ursus The Strong Man”. Tentulah big and strong “Turang”, terpaksa basically turut main pada setiap floor-show exhibition. Disitulah oleh “Turang” improved her Simultane Techniques. Sanggup in 3 minutes only, memaksakan knock-out pada setiap would-be strong man. Easily menarik dua lusin knock outs per night, dari very noisy Singkeh. Berupa compensation malahan enjoying simultanes !!

Warung Tjina menjadi sepi di siang hari karena : Tjina Warung terpaksa siang hari menghabiskan akibat-kibat dari now plenty of candu. Warung Tjina menjadi ramai di malam hari, berupa Hongkong Kowloonside speakeasy. Tidak dinganggu oleh Pemerintah Kolonial Belanda, karena : Gambling and obsceneyies memang unlimited diizinkan di Deli Tobacco Plantations. Why ?? Supaya kuli kontrak (Djawa dan Singkeh), tidak mungkin menabung untuk kembali ke kampung asalnya. Pihak Belanda tidak mau rugi ongkos terlalu sering mendatangkan kuli kontrak yang baru dari Bagelen lalu dan dari Hakka Tiongkok. Biar mati di Deli.

Very soon “Turang” meras, bahwa dia mulai pregnant dari entah siapa di antara Singkeh Floor Show Artists itu. Supaya selama setengah tahun dapat istirahat lepas dari floor-shows, maka : “Turang” saboteged desakan dari her Owner Tjina Warung, in the third month harus membuang handicapping foetus itu. Floor shows berhenti selama setengah tahun, dan pembelian candu pun turut berhenti. Tjina Warung crazy marah-marah, memukuli his big floor show attraction yang sementara tidak performing. Tjina Warung terpaksa berutang dari his Singkeh clients. Terpaksa in advance menerima reduced prices. Menjadi per night 10 Guilders (4 US Dollars) only. Ngidjon selamanya rugi. xxx

2 komentar:

roagnroll mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
roagnroll mengatakan...

terimakasih atas gambaran sejarah tuanku rao

roagnroll@gmail.com