Selasa, 12 Juni 2007

Lampiran 24

तित्लेस दी केराद्जान प्तित्लेस दी agarujung
Dari correspondence antara Yang dipertuan Ali Alam Sjah (यांग dipertuan Radja Negeri Sembilan Malaya, 1803 – 1832), serta Sir Thomas Stamford Raffles, Resident Poortman menjalin sedikit titles yang terpenting, dari ratusan titles yng 1800 ada di dalam Keradjaan Pagarruyung on the decline. As always pada sesuatu powerless and declining Monarchy, tentulah di Keradjaan Pagarruyung pun ada sangat banyak honorific titles yang kosong.
I. 3 Orang Radja Nan Tigo Selo.

II.

1. Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung.
Bertempat tinggal di Gudem, Yangdipertuan Radaja Alam Pagarruyung yang terakhir, namanya : Yangdipertuan Arifin Muning Alam Sjah. Dialah yang pada tahun 1804 luput dari Massacre Pagarruyung, dan pada tahun 1832 lewat Kolonel Elout menjual Alam Minangkabau kepada Pemerintah Kolonial Belanda.

Catatan :
Oleh orang Inggris yang 1600 – 1700, lewat Kuantan datang audince ke Rayol Residence Pagarruyung, para Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung disebutkan : “The Emperors Of Menangcabao”. Alasan untuk Yangdipertuan Ali Alam Sjah, ingin menjadi “Sri Maharadja Di Radja Of Menangcabao” bawahan Inggris.

2. Radja Ibadat.
Bertempat tinggal di Sumpur Kudus. Tuanku Mufti (Cardinal) dari Agama Islam Mazhab Sji’ah di Minangkabau. Juru kunci dari makam keramat kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus, yang hingga tahun 1804 merupakan tujuan dari Upacarah Basapah di Minangkabau.

Catatan:
Kuburan Sultan Alif di Sumpur Kudus pada tahun 1804 dicungkil dan dihilangkan tanpa bekas, atas perintah Tuanku Lintau. Sejak tahun 1821 hingga tahun 1942, kuburan Sjech Burhanudin III di Ulukan Pariaman menjadi tujuan Basapah, untuk orang-orang Minangkabau yang tetap setia kepada Agama Islam Mazhab Sji’ah. Sangat dikecam oleh orang-orang Minangkabau yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, yang kini merupakan majoritas. Kebetulan sekali, Sultan Alif dan Sjech Burhanudin III berdua wafat di Bulan Sjafar, bulan ziarah ke makam Hassan dan Hussin untuk orang Islam Mazhab Sji’ah Aliran Karmatiyah. Oleh mereka dianggap pengganti Rukun Islam kelima, karena terlalu berbahaya pergi ke Mekkah.

3. Radja Adat.
Seorang wanita, yang bertempat tinggal di Buo. Referred to being “The Living Bundo Kanduang”. Symbol bahwa Adat Matriarchy sudah infiltrated masuk kedalam Keluarga Radja Pagarruyung, yang ber-adat Patriarchy karena keturunan dari Hindu Javanese Kings.

4. Extra : Yangdipertuan Radja Naro.
Seorang bekas Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung, yang entah karena apa, diturunkan dari tahta oleh powerful Baso Nan Ampeq Balai. Berupa compensation, Putranya (Yangdipertuan Ali Alam Sjah) oleh Basi Nan Ampeq Balai ditunjul menjadi Vice-Roy Negerisembilan Malaya. Nasib munjur !!


III. 4 Orang Baso Nan Ampeq Balai.
Bukan anggota dari Keluarga Radja Pagarruyung, seperti 3 orang Radja Nan Tigo Selo tersebut tadi, akan tetapi : Orang-orang Minangkabau asli dan ber-adat Matriarchy. Sejak Pyrrhus Victory Padang Sibusuk 1409, dipaksakan oleh penduduk asli Minangkabau disamping Yangdipertuan Radja Alam Pagarruyung, seperti Magna Charta dipaksakan kepada The King Of Englann. Mereka berempat de-facto memegang segala executive power di dalam Keradjaan Pagarruyung, karena mereka merupakan Menteri Inti, dan merupakan Judges Of The High Court pula. Karena mereka berempat membagi pula supervision atas daerah rantau di keempat penjuru angin, maka : Finances di Keradjaan Pagarruyung pun dikuasai oleh Baso Nan Ampeq Balai.

Catatan:
Pada tahun 1513, seluruh daerah rantau antara Indrapura dan Meulaboh di pantai Barat Pulau Andalas, dijual kepada Sultan Ali Mukajat Sjah Sultan Atjeh, oleh Baso Nan Ampeq Balai. No Comment !!

5. Puan Gadang di Batipuh (Wanita).

6. Machudum di Sumanik.

7. Titah di Sungaitarab.

8. Indomo di Suroaso.


IV. Menteri di dalam Keradjaan Pagarruyung

9. Bandaharo Nan Kuning.
Menteri Dalam Negeri dibawah Indomo. Juru bicara dari Adat Bodi Tjaniago

10. Bandaharo Nan Putih.
Menteri Luar Negeri dibawah Titah. Juru bicara dari Adat Koto Piliang.

11. Sulung Bandang.
Attorney General dibawah Puan Gadang.

12. Madjolelo (Maharadjolelo).
Hangman (Algodju) dibawah Machudum.

13. Pajung Pandji.
Lord Privy Seal (SEKDJENNEG) dibawah Titah.

14. Perpatih Bunian.
Lord Of The Exchecquer (TESDJENNEG) dibawah Machudum.

15. Sejumlah Tumenggung.
Roving Ambassador dibawah Bandaharo Nan Putih.


V. Princely Dignitaries.

16. Yangdipertuan Radja Negeri Sembilan Malaya.
Vice-Roy di Negerisembilan Malaya. Non hereditary Governor.

17. Yangdupertuan Radja Muda.
Semula title dari Vice-Roy Indrapura. Menjadi honorific title yang kosong di Gudam.

18. Daulat Radja Yangdipertuan.
Semula title dari Vice-Roy Pariaman. Menajdi idem.

19. Yangdipertuan Perang Bustami.
Semula title dari Panglima Angkatan Bersenjata. Menjadi idem.

20. Yangdipertuan Radja Munang.
Vice-Roy Pasaman. Semula di Air Bangis. Kemudian di muara Kiawi. Karena sejak 1513, Air Bangis berturut-turut dikuasai oleh pihak Atjeh dan pihak Belanda.


VI. Local Chiefs Promoted Vice Roy’s.
Bukan orang Minangkabau bukan anggota Keluarga Radja Pagarruyung. Kebanyakan mereka adalah robber barons, yang very sophisticated membeli title dari far-away Keradjaan Pagarruyung. Hal mana sedikitpun tidak ada resiko, karena Keradjaan Pagarruyung tidak punya Angkatan Bersenjata. Mereka paling doyan surat pengangkatan yang dibubuhi cap kepala sembilan (Tjap Keradjaan Pagarruyung. Sedangkan mempunyai Surat Rakata dari Sultan Atjeh, sangat berbahaya jika Vice-Roy yang bersangkutan tidak tunduk. Mereka paling bangga mendapat seorang Pagarruyung Princess.

21. Yangdipertuan Permuhunan (Patuan Parmuhunan).
Vice-Roy Batang Natal, berkedudukan di Aek Na Ngali. Orang Batak dari Marga Nasution. Sejak tahun 1581, turun temurun ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah. Patuan Parmuhunan Yang Terakhir, mati pahlawan di dalam Pertempuran Muarasipongi 1816. Patuan Parmuhunan Yang Pertama, pada tahun 1581 mendapat seorang Princess Of Pagarruyung di Mandailing, di dalam “Mythos Si Baroar”. “Mythos Si Bakkkua”, “Mythos Si Langkitang dan Si Baitang”.

Catatan:
Sultan Alif tidak kalah kepada Sultan Trenggono, di dalam hal alotting Princesses kepada barbaric dan kepada civilised local strong men, yang otherwise tidak dapat dijinakkan.

22. Tumenggung Depati.
Vice-Roy Kurintji. Hingga tahun 1804, turun temurun orang-orang Djawa Singosari, yang sejak Pamalayu Expedition (1275 – 1289), sanggup bertahan terus di Kerintji dan di Hulu Djambi. Dianggap Saudara Tua oleh Radja Pagarruyung yang semula ditahtakan oleh Tentara Modjopahit bawahan Prince Adityawarman.

23. Orang Kaya Setia.
Vice-Roy Kampar. Sangat setia membelanjai Puan Gadis, dari kecil sampai dewasa. Karena : Isterinya adalah Fathers, Sister dari Puan Gadis. Karena military assistance dari Keradjaan terhadap Gerakan Islam Kaum Putih.

24. Tun Abdulgafur.
Vice-Roy Kuantan. Pada tahun 1805, melarikan diri ke Negerisembilan, dimana dia menjadi Menteri Luar Negeri.

25. Baginda Pamenan.
Vice-Boy Pasirpengarajan Rokan. Orang Batak dari Sibuhuan. Pada tahun 1811 mati dipancung oleh Tuanku Tambusai.

26. Baginda Soripada.
Vice-Roy Langgapjung Barumun. Orang Batak dari Gunungtua Batangonang. Mendapat seorang Pagarruyung Princess dari Yangdipertuan Radja Naro. Pada tahun 1816, decapitated oleh Tuanku Kotapinang.

27. Daeng Mangewang.
Vice-Roy Pagurawan. Orang Riow yang berketurunan Sulawesi de-facto Buccaneer, bajak laut. Pada tahun 1807 mati digantung oleh Angkatan Laut dibawah Captain Hare.

Catatan:
Di Pagarruyung begitu banyak war-loot, women, gold, and jewelries, sehingga : Captain Hare sendiripun menyeleweng. Dengan maha banyak war loot dia pergi bersembunyi di Pulau Cocos. Hidup Paradise On Earth, dengan wanita calon hadji bekas tawanan Daeng Mangewang, termasuk Harem dari Sultan Bandjarmasin.

28. Etc, etc. Masih ratusan banyaknya, titles bestowed oleh Keradjaan Pagarruyung on the decline.

Tidak ada komentar: