Selasa, 12 Juni 2007

Lampiran 30

Renaissance Suku Bangsa Batak


1816 – 1833.
‘”Zaman Bondjol” di Tanah Batak Selatan, yakni : Pendudukan selama 17 tahun oleh Tentara Padri serta oleh War Lord Army Tuanku Lelo.

1818 – 1820.
“Tingki Ni Pidari” di Tanah Batak Utara, yakni : Pendudukan selama 2 tahun oleh Tentara Padri

Balance.
Untuk penduduk Tanah Batak Selatan dan untuk penduduk Tanah Batak Utara, pendudukan Tentara Padri merupakan malapetaka yang terbesar sepanjang zaman. Apakah untung ruginya pendudukan Tentara Padri, untuk Suku Bangsa Batak yang didapatinya masih pagan ??
I. Untuk penduduk Tanah Batak Selatan, Tentara Padri berjasa besar menghapuskan kegelapan jahiliyah, dan menanamkan Agama Islam, Mazhab Hambali. Sehingga setangah abad kemudian, penduduk Tanah Batak Selatan mudah dapat retooled kedalam Agama Islam, Mazhab Sjafi’i. Agama Islam, Mazhab Hambali (Ugamo Silom Bondjol), hanya itulah bentuk dari Agama Islam yang sanggup mendobrak paganism pada Suku Batak in splendid isolation.
II. Untuk penduduk Tanah Batak Utara, Tentara Padri berjasa memungkinkan perkembangan dari Agama Kristen Protestan Lutheran. Kedengaran seperti contradictio-in-terminis, akan tetapi dududknya very simple, sebagai berikut :
1. Tentara Padri memancung Singamangaradja X. penduduk Silindung mengerti bahwa : Singamangaradja Dynasty bukannya unvulnerable, bukannya infallible. Goncang kepercayaan akan Alemu (magic powers) pada Radja-radja Singamangaradja, selaku Halinu Ni Debata Muladjadi Nabolon, selaku Batak Pagan Priest Kings.
2. Radja-radja Singamangaradja Dynasty serta Radja-radja Sorimangaradja Dynasty sudah selama 100 generations, selama 3.000 tahun, merupakan “Halinu Ni Debata Muladjadi Nabolon” (Gods Shadow On Earth). Merupakan penghalang yang terbesar di dalam perkembangan segala Agama Monotheist di Tanah Batak Utara, termasuk Agama Islam yang sejak tahun 1500 sudah ada di Barus, Teluk Siboga, dan sekitar muara Sungai Asahan.
3. Karena runtuh Singamangaradja Dynasty, maka : Paganism pun turut runtuh di Tanah Batak Utara, mulai di Silindung.
4. Diatas reruntuhan dari Paganism, sejak tahun 1863 di Tanah Batak Utara dapat berkembang Agama Kristen QED.
Di dalam military parlance dapat dikatakan :
A. Tentara Padri di Tanah Batak Utara merupakan Artillery, to soften-up Paganism.
B. Agama Kristen di Tanah Batak Utara merupakan Infantry, menyusul, menduduki, dan memperbaharui Law and Order.
C. Catatan : Orang-orang yang segera mengenai strategy tersebut itu adalah : Sir Thomas Stamford Reffless dan Kolonel Elout. Itulah sebabnya maka : Selekas mungkin penduduk Toba dan Silindung segera setelah tanpa di-Islamkan ditinggalkan oleh Tentara Padri, hendak di-Kristenkan oleh Sir Thomas Stamford Reffless dengan menggunakan Pendeta Burton dan Pendeta Ward. Mutares mutandis demikian pula oleh Kolonel Elout, dengan menggunakan Pendeta Lyman dan Pendeta Munson.

Selection.
Tidak kurang jasa dari pendudukan Tentara Padri untuk penduduk Tanak Batak Utara Selatan, di dalam bidang selection. Karena mati di pancung dan karena epidemics, penduduk Tanah Batak di waktu pendudukan Tentara Padri berkurang separuh berkurang 800.000 jiwa. Artinya : Orang-orang Batak yang ada sekarang ini, adalah para keturunan dari the fittest, para keturunan dari mereka yang sanggup mengatasi segala malapetaka di waktu pendudukan Tentara Padri.
Bandingkan : Selection 50% atas orang-orang Djawa, hanyalah berupa prophesy dari King Djojo Bojo, akan tetapi : Belum pernah benar dijalani. Seandainya masih mesti dijalani, maka berarti bahwa harus + 40.000.000 orang Djawa yang mesti mati serentak. Berat juga !!
Di seluruh Indonesia. Suku Bangsa Batak adalah satu-satunya Suku Bangsa yang pernah menjalani selection 50%.
Karena nenek moyangnya 5 @ 7 generation yang lau, begitu berat selected-out maka : Di dalam abad ke-XX dan di dalam Republik Indonesia. Orang-orang Batak sanggup mengambil tempat yang jauh tidak seimbang dengan sensus. Artinya : Orang Batak yang tidak pun cukup 2% dari total orang-orang Indonesia, sanggup nmenghasilkan sampai puluhan persent dari Doctorandus, Sarjana Hukum, Insinyur, Notaris, Accountans. Mendadak ketinggalan kawannya selaku Proto Malayans yang juga berkurung in splendid isolation selama 3.000 tahun, yakni : Suku Bangsa Toradja.
Karena selamat mendapat selection tersebut itum Suku Bangsa Batak malahan sanggup berlomba dan meninggalkan Suku Bangsa lan di Indonesia, yang ratusan tahun lebih dahulu mengenal civilizations Agama Hindu, Islam, dan Kristen. Yang ratusan tahun pula lebih dahulu mengalami penjajahan asing oleh pihak Belanda. Itulah sebabnya maka di dalam Republik Indonesia. Orang-orang Batak yang baru saja lepas dari paganism, lepas dari cannibalism, berani tanding dengan orang-orang Minangkabau, orang-orang Djawa, siapa saja heran bin ajaib yang hanyalah dapat dimengerti, jika diperhitungkan selection maha berat yang dijalani oleh Suku Bangsa Batak di waktu pendudukan Tentara Padri.

Orang-orang Batak di dalam Nation Building Indonesia.
Sebelum PD II, masih di zaman Kolonial Belanda. Suku Bangsa Bataj yang baru saja melek dan dikira masih cannibal, sudah sanggup turut menyumbangkan outstanding Indonesians. Menyumbangkan Pioneers yang patut memorized. Antara lain sebagai berikut :
1. Seorang bintang wartawan nasional : Parada Harahap.
2. Seorang Pendiri “Antara” : Sipahutar.
3. Seorang non cooperator : Bung Amir.
4. Sangat banyak Digulists seperti : Banteng Gemuk, Urbanus Pardede, Jahja Malik dll, dll.
5. Seorang independent ahli sejarah : Sutan Martua Radja.
6. Seorang industrialist : Baginda Pipin.
7. Seorang importer exporter : Hadji Muhammad Yassin Tambunan.
Sanggup meladeni new emerging Republik Indonesia, Suku Bangsa Batak sangup menyumbangkan tenaga-tenaga sebagai berikut :
1. Seorang seniman perang : Cornel Simandjuntak.
2. Seorang gentlemen parliamentarian : Mangara Tambunan.
3. Seorang KSAP : Kolonel Sim.
4. Seorang KSAD : Kolonel Nas.
5. Seorang ahli bom tarik : Scram !!
Pada waktu concept dari buku ini di tutup (tahun 1964), ada tiga orang menteri yang berketurunan Batak lebih penting lagi : Ada pula seorang majikan yang memberikan mata pencaharian kepada puluhan ribu orang, yakni : RTD Pardede Industrialist Besar.
Begitulah kedudukan dari Suku Bangsa Batak di dalam Republik Indonesia, di abad ke –XX. Bukannya cuma sangat penting di dalam hal procentage, akan tetapi juga sangat terhormat !!

Penghargaan.
Patut maha tinggi dihargai jasa-jasa dari dua orang Batak, yang berjasa besar : Melepaskan Suku Bangsa Batak lepas dari kegelapan jahiliyah, lepas dari cannibalism, lepas dari kungkungan splendid isolation selama 100 generations. Berdua mereka itu adalah sebagai berikut :
1. Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao, Pembawa Agama Islam ke Tanah Batak. Pada tahun 1816 melepaskan penduduk Tanah Batak Selatan lepas dari kegelapan jahiliyah. Tuanku Rao : Maha Putra Batak yang terbesar selama sepanjang zaman.
2. Radja Pontas Lumbantobing, Protector Agama Kristen di Tanah Batak Utara, di waktu disitu Pendeta Nommensen masih setiap hari menghadapi bahaya maut karena pengracunan ataupun pembunuhan. Karena Radja Pontas Lumbantobing, maka : Orang-orang Silindung, Humbang, dan Toba, berlomba-lomba menjadi good Christians. Artinya : Berlomba-lomba menjadi Sintua, supaya anak-anaknya boleh masuk Sekolah Zending. Karena Radja Pontas Lumbantobing, maka orang-orang Silindung, Humbang, dan Toba, di dalam jangka waktu hanya three generations after paganism, sudah berlimpah-limpah menghasilkan Academici : Sarjana Hukum, Doctorandus, dan Insinyur. Radja Pontas Lumbantobing El Benefactor Tanah Batak Utara.
Secara jujur harus diakui bahwa : Karena Tuanku Rao serta Radja Pontas Lumbantobing, maka : Suku Bangsa Batak tidak sampai terpaksa memasuki abad ke-XX dan memasuki Republik Indonesia, di dalam keadaan bachward and underveloped keadaan zaman batu, sebagaimana memang ada yang demikian Suku Bangsa di Indonesia. Lepas dari perasaan sempit perdaerahan, mesti diakui bahwa : Pongkinangolngolan Sinambela gelar Tuanku Rao yang adalah 100% orang Toba, benar berjasa maha besar untuk orang-orang Mandailing, Angkola dan Sipirok. Mutates mutandis : Radja Pontas Lumbantobing yang adalah 100% orang Silindung, benar berjasa naha besar untuk orang-orang Toba dan untuk orang-orang Humbang juga.
Very tragic harus pula diakui bahwa : Penghargaan dan penghormatan untuk Tuanku Rao dan Radja Pontas Lumbantobing, sama sekali tidak ada !! Bagaimana mungkin ?? Tegasnya : Tidak satu pun nama jalan, nama Universitas, nama asrama mahasiswa, lebih parah lagi : tidak pun ada malam peringatan !!
Patut diadakan malam peringatan untuk menghargai jasa-jasa dari Tuanku Rao. Menjadi “Malam Peringatan Pahlawan Batak Tuanku Rao”. Tanggal yang paling tepat untuk peringatan itu adalah : tanggal 15 malam 16 Ramadhan sekali setahun. Di tengah-tengah Bulan Puasa, bulan bahagia. Dibawah sinar bulan purnama !! Karena : Pada tanggal itulah di tahun 1231 H ( 1816 M), Tuanku Rao mengadakan upacara Agama Islam yang pertama di Tanah Batak, yakni : Sembahyang Attarawich di atas bukit Dolok Pamelean di Sipirok. Diperingati oleh ribuan orang-orang Batak, dengan Malam Gembira. Dapat dimulai dengan sembahyang Attarawich, disambung dengan tortor modern. Muda, tua ditutup dengan makan saur.
Patut diadakan malam peringatan untuk menghargai jasa-jasa dari Radja Pontas Lumbantobing. Menjadi “Malam peringatan El Benefactor Tanah Batak Utara”. Untuk tanggal dari malam peringatan itu janganlah diambil hari wafat dari Radja Pontas Lumbantobing. Karena : Untuk orang Batak, hari wafat adalah “ari siluluton” (mourning day) yang tidak boleh digembirakan !! Tanggal yang paling tepat untuk peringatan itu, adalah : Tanggal 27 Agustust sekali setahun. Karena : Pada tanggal itulah di tahun 1865,Radja Pontas Lumbantobing dibaptiskan oleh Pendeta Nommensen masuk Kristen. Orang Tanah Batak Utara yang pertama masuk Kristen. Patut diperingati oleh ribuan orang-orang Batak, pantas dengan malam gembira !! Dapat dimulai dengan Partangiangan (prayers silih berganti), seperti sudah lazim diadakan oleh orang-orang Batak yang Kristen setiap tahun di Bulan Januari digedung Balai Prajurit di Djakarta. Disambung dengan Malam Gembira, seperti sudah sering success besar di Bali Room Hotel Indonesia Djakarta.
Kedua-duanya malam gembira itu, diadakanlah kiranya dan dikunjungi kiranya sama banyaknya pada setiap perayaan, oleh orang-orang Batak yang Islam dan orang-orang Batak yang Kristen. Saling harga menghargai, saling hormat menghormati. Agar supaya kembali bersatu Suku Bangsa Batak, yang sejak Zaman Bondjol tegasnya sejak tahun 1820, sudah terpecah dua karena perbedaan Agama. Insya Allah.

Penutup.
Semoga, Maliki Jaumidin Arrachman Irrachim di Hadirat Illahi, sudilah menghargai amal ibadah dari Tuanku Rao dan dari Radja Pontas Lumbantobing. Amin amin. Ja Rabbi Ul Alamin.


Xxxxx

Tidak ada komentar: