Selasa, 12 Juni 2007

Lampiran 26

Hypothese Sam Suparlin


Terpengaruh oleh penulis orang Belanda Kolonia, Penulis orang Indonesia orang Indonesia percaya bahwa 1250 x 1550 Agama Islam di perkembangan di Kepulauan Indonesia, oleh pedagang orang Gudjarat India, katanya : Walaupun Orang Gudjarat India itu primair datang untuk berdagangkan. Mereka secundair sambil lalu mengembangkan pula Agama Islam secara damai. Terutama dengan cara : Kawin dengan wanita Indonesia, yang terpaksa turut masuk Islam. Begitulah katanya Belanda Kolonial, caranya Agama Islam diperkembang di Kepulauan di Kepulauan Indonesia. Tanpa tujuan yang tertentu. Tanpa any basking dari sesuatu well organized Islamic power, seperti pasti terjadi pada perkembangan Agama Islam di waktu Chalifatullah Medinah dan Chalifatullah Damascus.

Keadan yang sebenarnya adalah jauh dari pengeremehan oleh penulis orang Belanda Kolonial, sebagaimana tersebut tadi. Yaitu Agama Islam tahun 700, sengaja diperkembangkan di Kepulauan Indonesia dengan backing Armed Forces yang maha kuat dari Caliphate Ummayah Dynasty. What for cara begitu mengembangkan Agama Islam ?? Untuk menjamin Flow Of Goods aliran dagang rempah-rampah umumnya dan dagang meritja khususnya, tetap mengalir dari spices producing Kepulauan Indonesia, lewat jalan laut ke spices marketing Damascus.

Bukan saja Agama Islam, akan tetapi : aneka warna Agama-agama termasuk Agama Kristen, sengaja diperkembangkan di Kepulauan Indonesia, demi jaminan Flow Of Goods aliran dagang rempah-rempah Chronogic berturut-turut sebagai berikut :

I. 500 – 700 : Perkembangan Agama Buddha Hinayana.
500 – 700 pepper producing are yang terpenting di seluruh dunia adalah : Daerah Sungaidareh Batanghari di Minangkabau Timur. Tertarik oleh Monopoly Dagang Meritja at its very sources, maka : Di sekitar muara Sungai Batanghari timbullah berturut-turut Keradjaan Melayu Tua dan Sri Widjaja Djambi, yang berdua ber-Agama Buddha Hinaya as reported oleh I Tsing pada tahun 671 dan pada tahun 685. Well orgaized di dalam Keradjaan Sri Widjaja Djambi, pepper produced di daerah Sungaidareh sepanjang Sungai Batanghari diturunkan ke Muara Tembesi dan exported dari pelabuhan Muara Sabak. Lewat jalan laut pepper dikapalkan ke Canton Tiongkok dan dari situ pepper diangkat per caravans lewat jalan darat (the famous silk road) ke Damascus. Di dalam annals Tiongkok Swi Dynasty dan Tiongkok Tang Dynasty, Muara Tembesi menjadi termasyur dengan nama : San Fo Tsi ataupun : Sam Bo Tsai.

Universitas Buddha Hinayana di San Fo Tsi di Keradjaan Sri Widjaja Djambi menjadi termasyur di Tiongkok. Tetap disinggahi oleh Buddhist pilgrims en-route to Nalanda India.

II. 661 – 730 : Perkembangan Agama Islam Sunnah.
Calighate Ummayah Dynasty (661 – 750) timbul dan berpusat di Damascus. Pusat Pemerintahan Chalifatullah pindah dari kota Medinah yang tanpa dagang ke Damascus kota dagang yang di waktu itu terbesar di seluruh dunia. Character dari Chalifatullah pun turut berubah, terpengaruh oleh Kota Damascus yang sudah merupakan pusat dagang dari orang Kristeb Unitary Faith di satu pihak, serta Tiongko Tang Dynasty, di lain pihak. Seperti Troye Of old, Damascus adalah terminal dari the famous silk road, jalan darat camel caravans dari Tiongkok ke Asia Ketjil, terutama membawa sutra dan rempah-rempah berlainan dengan Chulafur Rasjidin yang hidup miskin di Medinah, Chalifatullah Damascus Ummayah Dynasty menjadi kaya raya terutama karena dagang meritja !! Caliphate Damascus hendak menggaruk lebih banyak lagi kekayaan, dengan cara : Mendatangkan the coneted pepper lewat jalan laut, langsung dari its country of origin ke Teluk Persia yang sudah dikuasai oleh Caliphate Damascus. (Catatan : Bukannya Belanda pada tahun 1593 ataupun Portugis pada tahun 1511, akan tetapi : Caliphate Damascus pada tahun 718, itulah yang pertama mendatangkan meritja lewat jalan laut).

Muawiyah Ibn Abisufjan Chalifatullah Damascus yang pertama (661 – 680), menggunakan orang Tionghwa Singkiang yang sudah masuk Islam sejak Tentara Chalifatullah Usman Ibn Affan pada tahun 651 merebut Siangfu Tiongkok, to find out the country of origin of the coveted pepper. Di dalam estafette mereka membawa surat-surat dari Chalifatullah Muawiyah Ibn Abisufjan di Damascus sampai kepada Sri Maharadja Lokitawarman di Sri Widjaja Djambi, sampai kepada Ratu Simo di Kallangga Djepara. (Catatan : Sangat dikecam di dalam annals dari Tiongkok Tang Dynasty).

Chalifatullah Sulaiman Abdulmadjid (715 – 717 M) memberangkatkan sesuatu Armada sekuat 35 bottoms of ocea worthy ships berangkat dari Teluk Persia ke Sri Widjaja Djambi. Chalifatullah Sulaiman Abdulmadjid memang benar very active. Dialah pula yang memerintahkan kepada Panglima Djamal Al Tarik, harus merebut dan meng-Islamkan Spanjol yang sudah Kristen.

Armada Caliphate Damascus merebut Semenandjung Gudjarat India, singgah di Perlak Atjeh dimana sejak 800 tahun sudah ada settlement dari pelaut-pelaut orang Persia, mencapai Sri Widjaja Djambi, dan selamat kembali dengan membawa sangat banyk meritje !! Dagang meritja lewat jalan laut, sangat berkembang antara Keradjaan Sri Widjaja Djambi yang ber-Agama Buddha Hinayana, serta Caliphate Damascus. Kota pelabuhan Muara Sabak menjadi termasyhur di Dunia Islam dengan nama “Zabag”, seperti sebelumnya San Fo Tsi di Tingkok Tang Dynasty. Chalifatullah Damascus bertambah kaya Raya, eager to ascertain Flow Of Goods aliran dagang meritja dari Keradjaan Sri Widjaja Djambi. How ?? didatangkan Mubaliigh untuk disitu menanamkan Agama Islam !! Supaya terjamin Flow Of Goods aliran meritja dari Keradjaan Sri Widjaja Djambi yang sesama Islam. Diperkembangkan pula Agama Islam di daerah Singkil, untuk menjamin Flow Of Goods camphor serta kemenjan.

Pada tahun 99 H (718 M) : Sri Maharadja Sirindrawarman, Radja Sri Widjaja Djambi, masuk Islam !! Di Dunia Islam yang bru saja ada selama seratus tahun, Keradjaan Sri Widjaja Djambi menjadi termasyur dengan nama : “Keradjaan Sribuza Jang Islam”.

Pada tahun 107 H (726 M) : King Jay Sinna, Radja Kallangga Djepara (Putra dari Ratu Simo), menyusul pula masuk Islam.

Catatan : Copies dari Correspondence antara Ratu Simo dan Chalifatullah Muawiyah Ibn Abisufjan dan juga dari correspondence antara Sri Maharadja Sirindrawarman dan Chalifatullah Umar Abdulaziz (99 – 102 H = 717 – 720 M), kini ada Granada Spanjol. Dibawa kesitu oleh Rahmaniyah Dynasty, yang adalah penerusan dari Ummayah Dynasty. Microfilm copies ada di dalam Collection Djendral Abdulkadir. (Lihat : Lampiran XIV). Itulah bukti bahwa : Di dalam jangka waktu cuma satu abad sesudah Nabi Muhammad SAW, sudah ada seorang Radja yang ber-Agama Islam di Sri Widjaja Djambi, di Kepulauan Indonesia. Berlainan dengan pengremehan perkembangan Agama Islam oleh penulis orang Belanda Kolonial yang hanyalah hendak menanamkan minority complexes kepada orang Indonesia.

III. 720 – 950 : Perkembangan Agama Budha Mahayana.
Pihak Tiongkok Tang Dynasty (608 – 907) tentulah sangat dirugikan, karena meritja tidak lagi mengalir ke Asia Ketjil lewat Tiongkok lewat jalan-laut, akan tetapi mengalir langsung ke Teluk Persia lewat jalan laut. Tiangkok Tang Dynasty jumped into action.

Pada tahun 720, pihak Tiongkok Tang Dynasty yang ber-Agama Buddha Mahayana, mendatangkan dua orang very rigourous propagandists dari Agama Buddha Mahayana, dari Universitas Nalanda India ke Universitas San Fo Tsi di Sri Widjaja Djambi, yakni : Vadjarabodi dan Amogavadjara. Dengan backing dari Angkatan Laut Tiongkok Tang Dynasty, Agama Buddha Hinayana dan Agama Islam dengan pedang dibasmi habis di Keradjaan Sr Widjaja Djambi. Sri Maharadja Sirindrawarman wafat di dalam pemberontakan dalam negeri, yang dihasut oleh Tiongkok,Tang Dynasty. Pepper was king ! Agama Buddha Mahayana dengan kekerasan dipaksakan di Keradjaan Sri Widjaja. Ibukota dari Sri Widjaja di tepi Sungai Batanghari habis dibumi hanguskan dan didirikan baru di tepi Sungai Musi menjadi Sri Widjaja Palembang dimana Sjailendra Dynasty ditahtakan oleh Angkatan Laut Tiongkok Tang Dynasty, 727.

New emerging Sri Widjaja Palembang (727 – 950), bersama Tiongkok Tang Dynasty merebut dan memusnahkan Kallangga Djepara. King Jay Sinna mati sjahid mempertahankan Agama Islam, Sjailendra Dynasty yang ber-Agama Buddha Mahayana mendirikan Candi Borubudur di Pulau Djawa 900.

IV.730 – 1128 : Agama Islam hilang Lenyap dari Kepulauan Indonesia.
Repeat : Agama Islam yang di Kepulauan Indonesia diperkembangkan oleh Chalifatullah Ummayah Dynasty, 720 – 730 dibasmi habis oleh Kaisar-kaisar Tingkok Tang Dynasty dan oleh Radja Sri Widjaja Palembang dari Sjailendra Dynasty. Agama Islam selama 400 tahun hilang lenyap dari Kepulauan Indonesia. Situation Berambah parah lagi, karena : Ummayah dynasty sendiri pun exterminated oleh Abbassiyah Dynasty yang bertahta di Bagdad. Abbassiyah Dynasty (749 – 1258 M) tidak kuat di bidang maritim, walaupun sangat kuat di bidang romantic.

V. 1128 – 1339 : Perkembangan Agama Islam Mazhab Sji’ah.
Monopoly Dagang Meritja lewat jalan laut yang pernah direbut oleh Caliphate Damascus, 400 tahun kemudian direbut pula oleh Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty. Untuk kedua kalinya datang lagi pedagang-pedagang orang Islam di Pulau Djawa, seperti di Leran. Lebih penting lagi : Di Pulau Andalas terjadi Kesultanan yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah Aliran Fathimiyah, yakni : Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Bandarkalipahm Kesultanan Muar Malaya, Kesultanan Aru Barumun dan Kesultanan Kuntu Kampar.
Bagaimana sebelumnya Chalifatullah Ummayah Dynasty menjadi kaya raya dari Monopoly Dagang Meritja, begitulah pula Sultan Mesir Fathimiyah Dynasty.

VI.Extra Perihal : Kesultanan Perlak, 1168 – 1297.
Sebelum lahir Nabi Muhammad SAW, sebelum lahir Nabi Isa, orang-orang Parsi (Orang-orang Persia yang belum Islam) sudah mengadakan hubungan dagang lewat jalan laut dengan Tiongkok. Untuk rendezvous persinggahan kapal-kapal, mereka mendirikan settlements di Bombay India dan di Perlak Atjeh. Di dalam Bahasa Parsi, Perlak disebutkan “Tadj I Alam”= “Mahkota Alam”. (Tadj seperti di “Taj Mahal”).

Di waktu pemerintahan Chalifatullah Umur Ibn Chattab (634 – 644 M), Persia direbut dan di-Islamkan. Menyusul pula masuk Islam, orang Persia yang di Perlak=Tadj I Alam. Di waktu itulah nama “Ta Chih”=”Tadj I Alam”, timbul di dalam annals Tiongkok. Menjadi nama dari semuanya settlement Islam antara Selat Malacca dan Teluk Persia, termasuk Singkil, yang oleh Pihak Tiongkok hanyalah dikenal dari cerita-cerita.

Pada tahun 551 H (1159 M), Persia direbut oleh Panglima Zalkari Gafur Attabek, Panglima Tentara Turki. Sedikit kapal-kapal dari Angkatan Laut Persia dibawah commando Laksamana Sayid Alaidin Alawi melarikan diri dari Teluk Persia dan kembali ke Perlak, yang baru saja setengah tahun ditinggalkannya. Perlak yang sedang dikepung oleh Orang-orang Batak Gajo yang pagan, direbut oleh Laksamana Sayid Alaidin Alawi. Perlak dijadikan “New Persia” dengan nama “Kesultanan Perlak”. Laksamana Sayid Alaidin Alawi menjadi Sultan Sayid Alaidin Alawi Alam Sjah Sultan Perlak Jang Pertama. Sultan yang pertama pula di Kepulauan Nusantara, memakai gelar Persia : “Alam Sjah”.

Kesultanan Perlak adalah sesuatu miniature Kesultanan, yang sedikit pun tidak pernah ada artinya di dalam Sejarah Islam di Kepulauan Indonesia, seperti the contemporary Kesultanan Daya Pasai. Akan tetapi : Kesultanan Perlak menjadi termasyhur di Eropah, karena kunjungan Marco Polo pada tahun 1293. Menjadi termasyur pula di Pulau Andalas, karena Putri Ganggang Sari Putri Perlak, yang menjadi Sultanah dari Sultan Malik Us Saleh, Sultan Samudera Pasai Jang Pertama, Ibu dari Sultan Malik Ul Mansur Sultan Aru Barumun Jang Pertama pula.

Berkali-kali Perlak Tadj I Alam diserang oleh Keradjaan Sr Widjaja Palembang oleh Keradjaan Darmasraya Djambi dan oleh orang Batak Gajo yang pagan. Oleh Kesultanan Daya Pasai, Kesultanan Perlak berkali-kali pula diturunkan menjadi Kesjahbandaran. Pada tahun 1297. Kesultanan Perlak definitive dihapuskan oleh Keradjaan Modjopahit.

VII. 1235 – 1511 : Perkembangan Agama Islam Mazhab Sjafi’i.
Monopoly Dagang Meritja lewat jalan laut, yang pernah direbut oleh Caliphate Damascus dan oleh Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty direbut pula oleh Kesultanan Mesir Mamaluk Dynasty (1252 – 1516). Kesultanan Daya Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah (1204 – 1235) dihapuskan oleh Armada Mesir Mamaluk Dynasty dibawah commando Laksamana Ismail As Siddik, yang mendirikan Kesultanan Sumadera Pasai yang ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i (1283 – 1522).

Agama Islam Mazhab Sjafi’I sangat pesat berkembang di kalangan penduduk asli Indonesia di sekitar Selat Malacca, karena oleh Sultan Malik Us Saleh Sultan Samudera Pasai Jang Pertama digunakan menjadi uniting National symbol pihak asli Indonesia, menantang penjajahan asing oleh orang-orang Cambay Gudjarat, yang ber-Agama Islam Mazhab Sji’ah.


VIII. 1293 – 1376 : Perkembangan Agama Hindu Djawa.
Pepper producing areas di Pulau Andalas direbut oleh Keradjaan Singosari di dalam “Pamalayu Expedition” 1275 – 1289. Direbut pula oleh Tentara Modjopahit dibawah commando Panglima Adityawarman, pada tahun 1339. Agama Hindu Djawa berkembang di Keradjaan Silo Simalungun di waktu King Indra Warman, 1293 – 1339. Berkembang pula di Keradjaan Pagarruyung Minangkabau di waktu King Adityawarman, 1335 – 1379. Survivals dari Agama Hindu Djawa, kini di Pulau Andalas sedikit masih ada di Simalungun dan di Kurintji.

IX. 1339 – 1409 : Agama Islam contra Agama Hindu Djawa.
Penulis orang Belanda sangar Java centric menitik-beratkan perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia, di densely populated Pulau Djawa dan bukannya di sparsely populated Pulau Andalas. Idee-fix itu, tentulah dilanjutkan oleh chauvinistic penulis orang Djawa, yang sulit menginsyafi bahwa : Kesultanan Daya Pasai di Pulau Andalas tigaratus tahun mendahului Kesultanan Demak di Pulau Djawa. Katanya : Periode yang menentukan untuk perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia, adalah periode “Wali Songo” di Pulau Djawa. Yakni : Mulai dengan Maulana Malik Ibrahim sampai masa jaya dari Kesultanan Demakm dibulatkan : 1400 – 1550. Sangat dipentingkan pula oleh penulis orang Djawa, bahwa : Keradjaan Modjopahit sedikitpun tidak pernah menentang Perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia umumnya dan di Pulau Djawa khususnya.

Keadaan yang sebenarnya berlainan sekali !! Yakni : Hidup atau mati dari perkembangan Agama Islam di Kepulauan Indonesia, ditetapkan di dalam periode 1339 – 1409 (dibulatkan 1300 – 1400), di dalam pertarungan mati-matian antara Keradjaan Modjopahit yang kafir contra Kesultanan Aru Barumun serta Kesultanan Samudera Pasai yang berdua mempertahankan Agama Islam di dalam aggression Modjopahit.

Infiltration dari Agama Islam dari Pulau Andalas masuk ke Pulau Djawa, tentulah bahwaya maut untuk keradjaan Modjopahit yang ber-Agama Hindu Djawa. Pada tahun 1339, Perdana Menteri Gadjah Mada very energetic bertindak, hendak menghapuskan segala Kesultanan di Pulau Andalas, menghabiskan Agama Islam hilang lenyap dari seluruh Kepulauan Nusantara, dan sekaligus pula merebut Monopoly Dagang Meritja yang sudah pernah direbut oleh Keradjaan Singosari di dalam “Pamalayu Expedition”. (Catatan : Kesultanan Perlak pada tahun 1297 sudah terlebih dahulu direbut oleh Keradjaan Modjopahit, untuk membendung Kesultana Samudera Pasai.

Pada tahun 1339 itu juga, pepper producing Kesultanan Kuntu Kampar direbut oleh Tentara Modjopahit dibawah Panglima Adityawarman. Akan tetapi : Kesultanan Aru Barumun dibawah Sultan Firman Ul Karim (1339 – 1361) serta Kesultanan Samudera Pasai dibawah Sultan Achmad bin Malik Ut Tahir (1326 – 1349), masing-masing sanggup mengatasi aggression oleh Keradjaan Modjopahit dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada (1331 – 1364). Artinya : Pihak Islam di Pulau Andalas, tidak mungkin dimusnahkan oleh pihak Hindu Djawa. Sebaliknya : Pihak Islam dari Pulau Andalas, tidak cukup kuat untuk merebut Keradjaan Modjopahit dan menanamkan Agama Islam di Pulau Djawa. Terjadilah equilibrium, selama tiga orang Strong Men tersebut itu masih berkuasa.

Di dalam periode 1341 – 1365, Angkatan Laut Kesultanan Aru Barumun dari muara Sungai Barumun dan dari muara Sungai Muar Malaya dibawah Laksamana Hang Tuah serta Laksamana Hang Lekir sanggup pula mengunci Selat Malacca bebas dari serangan Angkatan Laut Modjopahit. Malahan sanggup pula berkali-kali menyerang ke Laut Djawa. Karena Kesultanan Aru Barumun, maka : Agama Islam di Pulau Andalas seluruhnya lepas dari bahaya penghancuran oleh Keradjaan Madjopahit. (Catatan : yang sangat menimbulkan marah dari Perdana Menteri Gadjah Mada, selaku politician didiamkan oleh Muhammad Yamin di dalam bukunya “Gadjah Mada”. Lihat : Lampiran XX/

Pada tahu 1409, offensive power dari Keradjaan Modjopahit dimusnahkan di Samudera Pasai oleh Angkatan Laut Tionngkok Ming Dynasty dibawah commando Laksamana Hadji Sam Po Bo. Yang ber-Agama Islam Mazhab Hanafi. Akibatnya : Agama Islam di dalam periode Wali Songo, dapat berkembang dari Kesultanan Samudera Pasai lewat Kesultanan Malacca, di wilayah Keradjaan Modjopahit yang sudah impotent. Hal mana tidak mungkin di Keradjaan Modjopahit, yang masih maha kuat dibawah Perdana Menteri Gadjah Mada.


X. 1511 – kini : Perkembangan Agama Kristen.
Monopoly Dagang Rempah-rampah lewat jalan laut, pada tahun 1511 direbut oleh Keradjaan Portugis dengan merebut Kesultanan Malacca. Pihak Portugis tidak ketinggalan kepada pihak Damascus Ummayah Dynasty, pihak Tiongkok Tang Dynasty, pihak Mesir Fathimiyah Dynasty, serta pihak Mesir Mamaluk Dynasty, di dalam jal menanamkan Agamanya di Kepulauan Indonesia, demi jaminan atas Flow Of Good aliran dagang rempah-rempah. Agama Kristen Rom Katholik menjadi access besar di kepulauan Nusatenggara. Karena orang Spanjol, Agama Kristen Rom Katholik menjadi success besar pula di Kepulauan Filippina.

Monopoly Dagang Rempah-rempah sejak tahun 1619, direbut pula oleh orang-orang Belanda, yang juga tentulah tidak ketinggalan menanamkan Agamanya di Kepulauan Indonesia demi jaminan atas Flow Of Goods aliran dagang rempah-rempah. Agama Kristen Protestan menjadi success besar di Ambon, Minahasa, Tanah Batak Utara, Tanah Karo Gunung, Tanah Toradja, dan entah lain-lain lagi.

XI. 1511 – 1740 : Pihak Islam Bertahan Terhadap Pihak Kristen.
Agama Islam Mazhab Sjafi’i untuk kedua kalinya menjadi uniting national symbol di pihak penduduk asli Indonesia, menentang penjajahan asing oleh orang-orang berlainan Agama, yakni oleh pihak Kristen. Menggantikan Kesultanan Malacca serta Kesultanan Samudera Pasai yang sudah dimusnakan oleh pihak Kristen di Kepulauan Nusantara timbullah legio Kesultanan yang Ber-Agama Islam Mazhab Sjafi’i, dan yang sangat gigih bertahan terhaadap penghancuran Agama Islam oleh pihak Kristen. Antara lain : Kesultanan Atjeh, Kesultanan Haru Delitua, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, Kesultanan Ternate, Kesultanan Berunai, Kesultanan Sulu Filippina dan sangat banyak lagi.

Betapa fanatic pihak Islam menyerang pihak Kristen, ternyata pada serangan bunuh diri oleh Tentara Sultan Agung atas Artillery Belanda di Fort Diamant Batavia. Betapa bengis pihak Kristen terhadap pihak Islam, ternyata pada Putri Hidjau. Betapa besar Austauer pada pihak Islam terhadap superior armament dari pihak Kristen, ternyata pada Kesultanan Atjeh serta Kesultanan Sulu Filippina yang masing-masing ratusan tahun sanggup bertahan.

XII. 1745 – 1942 : Kesultanan Boneka di Kepulauan Indonesia.
Sejak medio abad ke-XVIII, orang Belanda yang menjajah di Kepulauan Indonesia menjadi cukup pinter, untuk meniru imperialisma Rumawi di dalam hal : Untuk Devide Et Impera menciptakan Pappet Kings seperti Radja Herodes, yang cukup bengis menindas bangsanya sendiri demi kepentingan penjajah asing. Pihak Belanda di Kepulauan Indonesia menciptakan dan mempermainkan legio Sultan Boneka !! Menjadi Puppet Sultans di Kesultanan Djokdja Kesultanan Pontianak, Kesultanan Deli dan sangat banyak lagi.

Sultan Boneka di Kepulauan Indonesia tentulah tidak ada satupun, yang membantu perjuangan dari Pahlawan Indonesia seperti : Trunodjojo, Pangeran Diponegoro, dan Dr. Sutomo. Oleh Pemerintah Republik Indonesia, Kesultanan Boneka seluruhnya dihapuskan.

XIII. 1950- Dst : Sesudah PD II.
Peranan dari Agama Islam di Republik Indonesia yang majoritas berpenduduk Islam, masih terlalu premature untuk analysa pada tahun concept dari buku ini ditutup = 1964. Entah pun kelak Agama Islam akan memegang peranan utama di Kepulauan Nusantara ?? Who knows Manusia yang hidup pendek menimbang. Allah Jang Abadi menetapkan.

XIV. Hypothese Sam Suparlin
Very childish dibandingkan kepada brilliant quality dari Sultan Martua Radja, “Hypothese Sam Suparlin” Bunyinya sebagai berikut :
1. Perebutan Monopoly Dagang Rempah-rempah, membawa aneka warna Agama-agama sengaja ditanamkan di Kepulauan Nusantara, yakni, berturut-turut : Agama Buddha Hinayana, Agama Islam Sunnah, Agama Buddha Mahayana, Agama Islam Sji’ah, Agama Islam Sjafi’I, Agama Kristen Rom Katholik, dan Agama Kristen Protestan.
2. 661 – 730 : Gelombang Pertama Agama Islam, masuk di Kepulauan Nusantara. Sponsored oleh Caliphate Damascus Ummayah Dynasty.
3. 1128 – 1295. Gelombang Kedua Agama Islam, masuk di Kepulauan Nusantara. Sponsored oleh Kesultanan Mesir Fathimiyah Dynasty.
4. 1285 – 1511 : Gelombang Ketiga Agama Islam, masuk di Kepulauan Nusantara. Sponsored oleh Kesultanan Mesir Mamuluk Dynasty dan oleh Chalifatullah Abbassiyah Dynasty Titulair di Mesir.
5. 727 – 1128 : Ada Vacuum 400 tahun, di dalam perkembangan Agama Islam di Pulau Andalas, antara Sri Maharadja Sirindrawarman Keradjaan Sri Widjaja Djambi dan Laksamana Abud Al Kamil di Kesjahbandaran Daya Pasai.
6. Vacuum 400 tahun di dalam perkembangan Agama Islam, adalah di Pulau Andalas masa jaya dari Keradjaan Sri Widjaja Palembang dan dari Keradjaan Darmasraya Djambi.
7. 730 – 1411 : Ada vacuum 700 tahun, di dalam perkembangan Agama Islam di Pulau Djawa, antara King Jay Sinna di Keradjaan Kallanga Djepara dan Laksamana Hadji Sam Po Bo di Semarang.
8. Vacuum 700 tahun di dalam perkembangan Agama Islam, itulah di Pulau Djawa masa jaya dari Keradjaan Hindu Djawa.
9. Hidup atau mati dari perkembangan Agama Islam. Kepulauan Nusantara, dimenangkan oleh pijak Islam di dalam pertarungan mati-matian antara Sultan Firman Ul Karim dan Sultan Achmad bin Malik Ut Tahir di pihak Islam, contra Perdana Menteri Gadjah Mada di pihak Hindu Djawa.
10. Agama Islam ditanamkan dan dipertahankan, di Kepulauan Nusantara, dengan backing dari Chalifatullah serta Sultan.
Demikianlah “Hypothese Sam Suparlin”. Mudah-mudahan lebih lanjut dan dibuktikan oleh para pembaca yang arif budiman. Insja Allah

Tidak ada komentar: